yang dikehendaki oleh pemilik pekerjaan dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak terkait.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peresekongkolan tender adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan
maupun diam-diam melalui tindakan penyesuaian kesamaan tindakan concerted action dan atau membandingkan dokumen tender sebelum
penyerahan comparing Bid prior to submission dan atau menciptakan persaingan semu sham competition dan atau menyetujui dan atau
memfasilitasi dan atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahi bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk mengatur dalam rangka memenangkan perserta tender tertentu.
21
E. Persekongkolan Tender Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat,
22
yang dimaksud dengan larangan dalam hal ini adalah apabila pelaku usaha
bersekongkol dengan pihak lain, baik pihak penyelenggara tender yang dilakukan oleh pemerintahswasta atau pelaku usaha yang turut terllibat dalam
tender itu bertindak seolah-olah sebagai pesaing. Padahal ia sebagai pelengkap atau pelaku usaha semu yang bersepakat untuk menentukan pelaku usaha yang
21
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks, h. 150.
22
Insan Budi Maulana, Catatan Singkat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Laragnan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,Bandung:Pt.Citra Aditya
Bakti,2000,h.33
akan memenangkan tender. Tindakan persekongkolan tersebut menurut Pasal 22 dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Persekongkolan dalam tender dapat dibedakan pada tiga jenis, yaitu persekongkolan
horizontal, persekongkolan
vertikal, dan
gabungan persekongkolan vertikal dan horizontal. Berikut penjelasan atas ketiga jenis
persekongkolan tersebut.
1 Persekongkolan Horizontal
Merupakan persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau penyedia barang dan
jasa pesaingnya. Persekongkolan ini dapat dikategorikan sebagai persekongkolan dengan menciptakan persaingan semu di antara peserta
tender.
23
2 Persekongkolan Vertikal
Merupakan persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia
tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan.Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana
panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan bekerjasama dengan salah satu atau
beberapa peserta tender.
23
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, Pedoman Pasal 22 UU No.51999 Larangan Persekongkolan Dalam Tender Berdasarkan UU No.5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,h.16.
3 Persekongkolan Horizontal dan Vertikal
Merupakan persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan
dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait dalam proses tender.
Salah satu bentuk persekongkolan ini adalah tender fiktif, dimana baik panitia tender, pemberi pekerjaan, maupun para pelaku usaha melakukan
suatu proses tender hanya secara administratif dan tertutup.
39
BAB III PEMBATALAN PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Gambaran umum akan persaingan usaha dan persekongkolan tender yang telah dijelaskan sebelumnya akan berhubungan dengan sengketa dalam
penulisan skripsi ini. Sengketa yang diangkat adalah tentang Putusan Mahkamah Agung Nomor 241 KPdt.Sus-KPPU2014 yang membatalkan
Putusan KPPU Nomor 06KPPU-L2012. Untuk itu, pada BAB III ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai peran KPPU dalam menegakan hukum di
Indonesia, pelaksanaan putusan KPPU, dan pembatalan putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU.
A.
Peranan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Penegakan Hukum Persaingan di Indonesia
Dalam konteks ketatanegaraan, KPPU merupakan lembaga negara komplementer state auxiliary organ yang mempunyai wewenang
berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat untuk melakukan penegakan
hukum persaingan usaha. Secara sederhana state auxiliary organ adalah dan merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas lembaga negara pokok
eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif yang sering juga disebut dengan lembaga independen semu negara quasi. Peran sebuah lembaga independen semu