19
sawit banyak digunakan sebagai bahan baku makanan. Bahan makanan yang berbahan baku kelapa sawit antara lain : minyak goreng, margarin, lemak nabati
untuk susu dan es krim, serta masih banyak lainnya. Sebagai bahan makanan, minyak kelapa sawit memiliki dua aspek kualitas. Aspek kualitas pertama
berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak bebas FFA, Free Fatty Acid
, serta kelembaban dan kadar kotor yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tersebut. Aspek kualitas yang kedua berhubungan dengan aroma, rasa,
kejernihan serta kemurnian dari produk. Minyak kelapa sawit yang bermutu prima special quality mengandung asam lemak bebas FFA tidak lebih dari dua
persen pada saat pengapalan untuk diekspor atau diimpor. Sedangkan untuk kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari lima persen
asam lemak bebas.
2.3. Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit
Pola perusahaan inti rakyat PIR adalah pola yang sangat cocok dengan komoditi kelapa sawit Badrun, 2010. Konsep dari pola ini adalah pola
pengembangan perkebunan rakyat di lahan bukaan baru atau di lahan sekitar perkebunan besar dengan mengintegrasikan aktifitas produksi melalui kerjasama
yang saling
membutuhkan dan
menguntungkan. Pola
ini mencoba
menggabungkan keunggulan yang dimiliki oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar dengan azas kemitraan.
Pengembangan pola PIR melibatkan petani rakyat dengan kepemilikan penuh lahan minimal dua hektar per kepala keluarga, sebagai petani plasma. Dan
perusahaan besar yang menjadi intinya berkewajiban membeli hasil panen dari petani plasma. Pola ini sangat sesuai dengan UUD 1945, khususnya pasal 33 ayat
3 yan g berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Melalui metode ini hanya dalam 25 tahun sudah mampu
memperluas luasan lahan kelapa sawit sebesar 24,5 kali lebih besar dari luas lahan di tahun 1981 Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010. Mengingat bahwa pola ini
diterapkan secara simultan pada tahun 1980-an.
20
Pengembangan pola PIR menurut Badrun 2010, telah banyak memberikan perubahan positif pada pola pengusahaan kelapa sawit. Berikut
adalah perubahan positif yang dimaksud : 1. Perubahan bentuk usaha, yang semula hanya dilakukan perusahaan besar
sekarang dengan PIR perkebunan rakyat dapat dikembangkan. 2. Perubahan yang mendorong terciptanya kemitraan sehingga ada
penggabungan kekuatan dan tidak bekerja sendiri-sendiri. 3. Perubahan arah pengembangan yang dahulu berupa intensifikasi pada lahan
yang tetap sekarang mengarah ke perluasan lahan. 4. Tumbuh budaya petani Indonesia yang sadar disiplin, kualitas produk dan
paham pasar global.
2.4. Konsep Perkebunan yang Berkelanjutan