Kerangka Pemikiran Operasional Analisis peramalan ekspor, konsumsi domestik dan produksi Crude Palm Oil (CPO)

37 2. Estimasi. Tahap ini dilakukan untuk nilai-nilai dari parameter atau koefisien dari model tentatif. Estimasi ini dilakukan dengan software Minitab13.2. Estimasi ini dilakukan untuk melihat signifikansi dari suatu parameter. Selain itu tahap ini dilakukan untuk menghitung nilai MSE dan MAPE dari suatu model. 3. Evaluasi model. Model-model tentatif yang dihasilkan kemudian dievaluasi dengan enam kriteria kelayakan untuk memilih model yang paling baik, sebagai model yang digunakan untuk meramalkan kondisi di masa depan. Enam kriteria kelayakan yang dilakukan antara lain : a. Pengecekan residual, b. Kesederhanaan model, c. Signifikansi model, d. Kondisi invertibilitas model dan stasioneritas, e. Interasi konvergen, dan f. MSE terkecil. Apabila semua kriteria kelayakan itu terpenuhi maka pengolahan data dilanjutkan ke tahap selanjutnya. 4. Peramalan. Model yang diperoleh tersebut kemudian dapat dilakukan acuan untuk melakukan peramalan ekspor, konsumsi domestik dan produksi CPO.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Minyak kelapa sawit CPO merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi unggulan di Indonesia. Tercatat dari tahun ke tahun devisa yang disumbangkan melalui sektor ini memiliki trend yang meningkat BPS, 2010. Hal inilah yang menjadi dasar pemerintah untuk memberikan perhatian khusus kepada sektor perkebunan ini. Peningkatan fasilitas juga dilakukan oleh pemerintah melalui kredit pinjaman bagi petani yang ingin membuka lahan dan operasional dalam perkebunan rakyat. CPO juga menjadi bahan baku bagi berbagai industri hilir seperti industri minyak goreng, margarin, sabun, kosmetik farmasi, makanan dan sebagainya. Indonesia merupakan pemegang pangsa pasar CPO terbesar didunia. Tercatat 44 persen dari produksi negara penghasil CPO di dunia dikuasai oleh Indonesia, dan urutan berikutnya adalah Malaysia dengan persentase 41 persen. Sebenarnya perbedaan pangsa pasar antara Indonesia dan Malaysia sangat sedikit sehingga perlu ada upaya untuk dapat terus mempertahankan posisi Indonesia sebagai produsen nomor satu CPO dalam hal produksi. Hal ini membuat 38 Indonesia sangat berpengaruh dalam perdagangan CPO dunia. Sebagai produsen nomor satu, Indonesia memiliki kekuatan tawar yang tinggi dalam hal pemasok CPO ke negara-negara dunia, khususnya India dan Cina. Di sisi lain, posisi Indonesia sebagai pemegang pangsa pasar CPO nomor satu di dunia tidak mencerminkan kemampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Faktanya sampai sekarang Indonesia masih mengimpor CPO dari Malaysia untuk memenuhi kekurangan pemenuhan kebutuhan dalam negeri Indonesia. Tercatat pada tahun 2010 sebesar 70.000 ton CPO diimpor Indonesia dari salah satu negara penghasil CPO tersebut. Untuk itu perlu ada keseimbangan antara porsi CPO yang diekspor dan digunakan untuk pemenuhan konsumsi domestik. Perencanaan produksi perlu dilakukan agar di masa depan mampu mengimbangi pemenuhan kebutuhan dalam negeri tetapi juga mengutamakan ekspor untuk mempertahankan pangsa pasar Indonesia selain itu juga sebagai sumber devisa dalam negeri. Untuk itu perlu dilakukan peramalan tentang ekspor, konsumsi domestik dan produksi CPO, untuk melihat kesanggupan produsen CPO Indonesia dalam memenuhi permintaan ekspor dan domestik. Namun perlu juga mengetahui hubungan antara ekspor-impor CPO terhadap harga CPO dan selisih harga antara harga nasional Medan dengan harga internasional Rotterdam dan Malaysia. Hal ini perlu dilakukan agar terlihat suatu kecenderungan perdagangan CPO Indonesia, apakah ekspor impor yang dilakukan Indonesia berhubungan dengan selisih harga atau murni karena harga CPO internasional saja. Peramalan ekspor digunakan sebagai dasar untuk melihat trend ekspor yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Peramalan konsumsi domestik juga digunakan untuk melihat trend yang akan terjadi di masa yang akan datang. Peramalan produksi digunakan untuk melihat kemampuan produsen memenuhi permintaan CPO baik dari segi ekspor maupun konsumsi domestik. Sedangkan analisis hubungan selisih harga nasional-internasional terhadap ekspor-impor CPO digunakan sebagai pertimbangan untuk menyusun kebijakan di masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data historis ekspor-impor tahun 1981 sampai 2010, konsumsi domestik dari 1980-2010, dan produksi dari 39 tahun 1967-2010. Sedangkan untuk harga, menggunakan data historis harga pasar Medan dari tahun 1998-2010, harga pasar internasional pasar Rotterdam dari tahun 1998-2010, dan harga pasar Malaysia dari 1998-2010. Data ekspor-impor dan harga dianalisis dengan metode analisis asosiasihubungan rank Spearman. Melalui metode analisis asosiasihubungan tersebut data ekspor-impor dianalisis untuk dicari hubungannya dengan harga internasional dan selisih harga nasional-internasional. Pertama, data ekspor CPO Indonesia yang terjadi dari tahun 1998-2010 dianalisis apakah memiliki hubungan dengan harga internasional Rotterdam dan apakah ekspor CPO juga memiliki hubungan dengan selisih harga nasional Medan-internasional Rotterdam. Kedua, dianalisis apakah impor yang terjadi dari tahun 1998-2010 memiliki hubungan terhadap harga internasional Malaysia dan apakah impor CPO juga memiliki hubungan dengan selisih harga nasional Medan-internasional Malaysia. Data ekspor, konsumsi domestik dan produksi CPO diolah dengan model peramalan kuantitatif time series ARIMA Box-Jenkins. Adapun langkah-langkah peramalan dilakukan melalui empat tahap, antara lain : 1. Identifikasi pola data, 2. Estimasi 3. Evaluasi kelayakan model, dan 4. Peramalan ekspor, konsumsi domestik dan produksi dari tahun 2011 sampai 2015. Berdasarkan hasil analisis kita dapat mengetahui model yang paling tepat digunakan untuk menjelaskan deret data ekspor, konsumsi domestik dan produksi CPO yang diperoleh. Model yang paling baik dipilih berdasarkan terpenuhinya keenam kriteria kelayakan yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari hasil ramalan yang diperoleh tersebut, akan terlihat laju ekspor, laju konsumsi domestik dan laju pertumbuhan produksi CPO. Kemudian laju pertumbuhan ekspor, konsumsi domestik, produksi dan hubungan antara harga serta selisih harga nasional-internasional terhadap volume ekspor-impor digunakan sebagai pertimbangan untuk menyusun kebijakan. Perilaku eksportir dan importir CPO yang diperoleh kemudian dianalisis dan menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan ekspor-impor CPO. Pada dasarnya kebijakan yang disusun didasari pada tujuan mempertahankan posisi pangsa pasar CPO Indonesia di dunia dan meminimalisir impor CPO. 40 Apabila laju ekspor dan laju konsumsi domestik lebih besar dari laju produksi CPO maka kebijakan yang disusun difokuskan untuk pengoptimalan ekspor tetapi tetap memenuhi konsumsi domestik dengan cara peningkatan produksi melalui peremajaan atau perluasan lahan dan meningkatkan produktivitas. Apabila laju ekspor dan laju konsumsi domestik kurang dari laju produksi maka kebijakan yang disusun difokuskan pada peningkatan ekspor untuk mempertahankan posisi pangsa pasar Indonesia di perdagangan intenasional bahkan meningkatkannya, dan peningkatan produksi produk turunannya sebagai nilai tambah dari produk kelapa sawit agar mampu memenuhi konsumsi dalam negeri seperti minyak goreng dan margarin untuk memperkecil kemungkinan melakukan impor produk turunan CPO. Kebijakan yang diambil didasarkan pada pertimbangan laju pertumbuhan produksi dan kecenderungan ekspor-impor terhadap harga dan selisih harga yang terjadi, baik harga nasional Medan maupun harga internasional Rotterdam dan Malaysia. Bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditampilkan pada Gambar 9. 41 Keterangan : ....... : proses analisis dan pengolahan : uji analisis hubungan Produksi CPO Indonesia pemegang pangsa pasar CPO nomor satu didunia, masih impor untuk memenuhi konsumsi domestiknya. Keseimbangan antara porsi ekspor CPO dan porsi konsumsi domestik CPO Indonesia Rekomendasi kebijakan untuk meminimalisir impor CPO namun tetap mempertahankan atau terus meningkatkan ekspor CPO Ekspor-Impor CPO Harga CPO internasional Rotterdam dan Malaysia Selisih harga CPO Internasional- Nasional Konsumsi Domestik CPO Ekspor CPO Proyeksi hingga tahun 2015 Gambar 9. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Peramalan Ekspor, Konsumsi Domestik dan Produksi CPO Indonesia IV. METODE PENELITIAN

1.1 Jenis dan Sumber Data