Metode Peramalan Time Saries ARIMA Box-Jenkins

35 2. Jika data memiliki unsur trend, maka antara Y t dengan Y t-k akan terdapat autokolerasi yang tinggi. Gejala ini terlihat dari nilai koefisien autokolerasi yang berbeda signifikan dari nol untuk beberapa selang waktu pertama dan kemudian menurun seiring peningkatan jumlah periode. Pada nilai r k di selang pertama cenderung tinggi mendekati satu dan tetap tinggi pada selang kedua tetapi lebih kecil daripada selang pertama, begitu juga pada selang- selang berikutnya. Pola data dengan pola r k menurun secara perlahan disebut juga dying down Firdaus,2006. 3. Apabila data mengandung unsur musiman, maka terdapat selang dimana nilai r k mendekati satu dan berulang pada selang waktu kelipatannya. Data yang mengandung unsur trend dan musiman akan menunjukkan kombinasi antara penjelasan pada poin dua dan terdapat kelipatan selang waktu yang menunjukkan nilai koefisien autokolerasinya berbeda nyata dengan nol. 4. Jika data memiliki ragam dan rataan yang konstan sepanjang waktu pengamatan stasioner, maka nilai koefisien autokolerasi pada ACF akan tinggi mendekati satu pada selang periode pertama dan menurun dengan cepat pada selang berikutnya. Apabila ternyata pada selang ketiga r k kembali mendekati satu, maka data tersebut tetap belum stasioner. Pola r k yang menurun secara cepat antara selang waktu satu dengan selang waktu yang lain disebut cut off Firdaus, 2006.

3.1.7 Metode Peramalan Time Saries ARIMA Box-Jenkins

Metode ARIMA merupakan metode peramalan yang menyajikan suatu set kriteria kelayakan model yang lengkap dan jelas. Metode ini memberikan kajian yang teliti, tidak dapat diterapkan dengan baik apabila tidak dapat dimengerti dengan baik. Hal yang menarik dalam metode ini bahwa dengan nilai p, d, q dan P, D, Q yang kecil, kita dapat menangani bermacam himpunan data Markidakis, et all , 1999. Output yang ditampilkan dan enam kriteria kelayakan dari metode ini dapat menerangkan signifikansi parameter, kesederhanaan model, tidak adanya autokolerasi dan ketetapan model dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut Henke, et all, 2003, kelebihan dan kelemahan metode ARIMA adalah sebagai berikut : 36 Tabel 5. Kelebihan dan Kelemahan Metode ARIMA Box-Jenkins Kelebihan Kekurangan 1. Baik untuk peramalan jangka pendek 1. Diperlukan data dalam jumlah yang banyak 2. Fleksibel dan dapat mewakili rentang yang lebar dari karakter deret waktu yang terjadi dalam jangka pendek 2. Tidak ada cara memperbaharui model apabila terjadi penambahan data 3. Terdapat prosedur yang formal dalam pengujian kesesuaian model. 3. Pembentukan model yang baik seringkali membutuhkan waktu dan sumberdaya lain yang besar 4. Interval ramalan dan prediksi sudah mengikuti modelnya. 4. Tidak dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel lain terhadap variabel dependent yang diamati di masa yang akan datang selain berdasarkan informasi variabel dependent dari lag sebelumnya. Sumber : Hanke, et all, 1996 Model ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average merupakan gabungan dari auto-regresi dengan rata-rata bergerak yang dapat mewakili deret data yang stasioner maupun non-stasioner. Metode ARIMA tidak mengikuti variabel bebas dalam pembentukan modelnya. Metode ini mengandalkan perilaku masa lalu dari variabel yang diramal dengan menganggap bahwa data antara deret waktu saling berkaitan dan mempengaruhi ramalan di masa depan Henke, et all, 2003. Model yang terbentuk dari model autoregresive AR dan moving average MA ini ditulis dalam bentuk ordo menjadi ARIMA p,d,q dimana p mewakili AR, d mewakili MA. Bila dalam suatu deret data terdapat komponen musiman, maka untuk membentuk model dibutuhkan perbedaan musiman beserta ordo musimannya. Modelnya menjadi ARIMA p,d,q P,D,Q L dimana P adalah ordo AR musiman SAR, D adalah perbedaan secara musiman, dan Q adalah odo MA musiman SMA. Menurut Firdaus 2006, tahapan peramalan dengan menggunakan metode ini adalah : 1. Identifikasi pola data. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui pola data, apakah stasioner atau ada pola trend dalam data. Selain itu mengetahui pola Autocorelation function dan Partial Autocorelation function. 37 2. Estimasi. Tahap ini dilakukan untuk nilai-nilai dari parameter atau koefisien dari model tentatif. Estimasi ini dilakukan dengan software Minitab13.2. Estimasi ini dilakukan untuk melihat signifikansi dari suatu parameter. Selain itu tahap ini dilakukan untuk menghitung nilai MSE dan MAPE dari suatu model. 3. Evaluasi model. Model-model tentatif yang dihasilkan kemudian dievaluasi dengan enam kriteria kelayakan untuk memilih model yang paling baik, sebagai model yang digunakan untuk meramalkan kondisi di masa depan. Enam kriteria kelayakan yang dilakukan antara lain : a. Pengecekan residual, b. Kesederhanaan model, c. Signifikansi model, d. Kondisi invertibilitas model dan stasioneritas, e. Interasi konvergen, dan f. MSE terkecil. Apabila semua kriteria kelayakan itu terpenuhi maka pengolahan data dilanjutkan ke tahap selanjutnya. 4. Peramalan. Model yang diperoleh tersebut kemudian dapat dilakukan acuan untuk melakukan peramalan ekspor, konsumsi domestik dan produksi CPO.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional