30 sebesar 0.627 yang memiliki arti hubungan korelasi kuat dan signifikan pada level 0,000 yang berarti
asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 1 H0 ditolak dan H1 diterima. Kemudian korelasi variable pekerjaan responden dengan variable proses penyiapan susu formula memiliki nilai
koefisien korelasi sebesar 0.245 yang memiliki arti hubungan korelasi lemah dan signifikan pada level 0,000 yang berarti asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 1 H0 ditolak dan H1
diterima. Bila ditinjau secara keseluruhan dari ketiga variable yang dicari korelasinya dengan variable pekerjaan responden maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan
responden dengan perilaku responden dalam memilih merk botol susu, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan susu formula.
4.1.9 Hubungan Antara Umur dan Berat Badan Bayi Terhadap Konsumsi
Pangan
Secara umum untuk bayi yang sehat seiring bertambahnya umur dan berat badan, konsumsi pangan bayi pun akan semakin bertambah dikarenakan kebutuhan asupan nutrisinya yang ikut
bertambah. Oleh karena itu, tentu saja untuk setiap rentang umur dan berat badan bayi yang berbeda jumlah paparan bisfenol-Anya pun akan berbeda karena hal ini dipengaruhi oleh konsumsi pangannya.
Semakin banyak pangan yang dikonsumsi, maka paparan bisfenol-A pun akan semakin tinggi. Untuk itu perlu dilakukan uji korelasi antara umur dan berat badan bayi terhadap konsumsi pangan bayi
untuk mengetahui apakah benar ada hubungan antara ketiga variable tersebut, yang akan berpengaruh terhadap besar paparan bisfenol-A. Dari hasil analisis uji Kendal Tau menggunakan SPSS untuk
mencari hubungan antara umur bayi dan konsumsi pangan terhadap berat badan bayi didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil perhitungan uji korelasi Kendal Tau menggunakan SPSS 3
Umur bayi Bulan
Berat badan bayiKg
Konsumi pangan
Lhari Kendalls tau_b
Umur bayi Bulan Correlation
Coefficient 1.000
.657 .123
Sig. 2-tailed .
.000 .050
N 183
183 183
Berat badan bayi Kg Correlation
Coefficient .657
1.000 .199
Sig. 2-tailed .000
. .002
N 183
183 183
Konsumi pangan Lhari
Correlation Coefficient
.123 .199
1.000 Sig. 2-tailed
.050 .002
. N
183 183
183 . Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed
Uji korelasi yang pertama adalah umur bayi dengan konsumsi pangan. Hipotesis awal H0 dari pengujian ini adalah tidak terdapat hubungan antara umur dan berat badan bayi terhadap konsumsi
pangan. Sedangkan hipotesis bandingan H1 untuk pengujian ini adalah terdapat hubungan antara umur dan berat badan bayi terhadap konsumsi pangan. Berdasarkan hasil output SPSS di atas
31 menunjukan untuk korelasi variable umur bayi dengan konsumsi pangan memiliki nilai koefisien
korelasi sebesar 0.123 yang memiliki arti hubungan korelasinya sangat lemah dan signifikan pada level 0.050 yang berarti asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 5 H0 ditolak dan H1
diterima. Selanjutnya untuk korelasi variable berat badan bayi dengan konsumsi pangan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.199 yang memiliki arti hubungan sangat lemah dan signifikan pada
level 0,002 yang berarti asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 5 H0 ditolak dan H1 diterima Dari besarnya nilai signifikansi kedua variable yang telah diuji korelasi maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur dan berat badan bayi terhadap konsumsi pangan. Dalam hal ini hubungan yang terjadi adalah berbanding lurus dengan semakin tinggi umur dan berat
badan bayi maka konsumsi pangannya pun akan semakin banyak.
4.1.10 Estimasi Nilai Paparan Bisfenol-A