Latar Belakang Kajian Paparan Bisfenol-A (BPA) Dari Botol Susu Polikarbonat Pada Bayi. Studi Kasus : Wilayah DKI Jakarta

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polikarbonat telah menjadi salah satu pilihan yang paling popular sebagai wadah kemasan pangan. Bahan kemasan ini dibuat dengan menggunakan bahan tambahan bisfenol-A sehingga memiliki sifat yang keras, bening, dan ringan. Penggunaan polikarbonat sebagai bahan dasar kemasan dapat ditemukan pada kemasan botol susu bayi, gelas anak balita, botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dibalik keunggulan dan penggunaan polikarbonat sebagai bahan dasar pengemasan, tersimpan bahaya kesehatan. Beberapa riset terkini membuktikan bahwa penggunaan kemasan polikarbonat diragukan keamanannya karena material pengikat bisfenol-A dimungkinkan dapat terlepas dari polimer matriks dan pindah ke produk yang dikemas. Dan demikian kemasan ini perlu diwaspadai penggunaannya, terlebih untuk kemasan botol susu bayi yang sering mendapatkan perlakuan panas. Hal ini disebabkan karena kandungan bisfenol-A pada kemasan polikarbonat lebih cepat terurai bila mengalami kontak dengan panas, dan kandungan bisfenol-A sangat berbahaya bagi kesehatan bila sampai terkonsumsi oleh manusia. Pakar kesehatan David Melzer menyatakan bahwa senyawa bisfenol-A sangat berbahaya untuk kesehatan apabila terkonsumsi pada dosis yang tinggi dan dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit serta gangguan kesehatan. Para peneliti telah menemukan bahwa bisfenol-A dapat menyebabkan kanker prostat, kangker payudara, pubertas lebih awal, obesitas, diabetes, perubahan dalam system imun, mengganggu pengaturan hormone tiroid, mengganggu kerja kelenjar endokrin, memicu penyakit jantung, dan masih banyak lagi. Hasil penemuan inilah yang kemudian membuat pelarangan penggunaan botol susu plastik yang mengandung bisfenol-A dibeberapa wilayah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Selandia Baru. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat FDA serta Eropa EFSA telah menetapkan batas asupan harian yang aman untuk bisfenol-A adalah sebesar 0.05 mg kg bb hari Federal Drug Administration, 2008. Batas asupan harian yang aman yang ditetapkan oleh FDA dan EFSA memang cukup besar akan tetapi penggunaan botol susu bayi yang mengandung bisfenol-A tetap perlu diwaspadai penggunaannya. Kajian awal paparan ini dipilih karena selain alasan dampak terhadap kesehatan, penelitian yang mengkaji tingkat bahaya paparan senyawa bisfenol-A dari kemasan polikarbonat pada kemasan botol susu belum ada yang melakukan di Indonesia. Terlebih lagi, penggunaan di Indonesia tergolong cukup banyak. Selain itu kemasan polikarbonat yang beredar di Indonesia diduga melepaskan sejumlah bisfenol-A ke dalam pangan yang di kemas. Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka kajian terhadap risiko yang ditimbulkan oleh paparan senyawa bisfenol-A dari kemasan polikarbonat sangat perlu dilakukan. Kajian awal paparan senyawa bisfenol-A dari kemasan polikarbonat pada botol susu bayi ini akan mengkaji besarnya risiko terburuk atau bisa dikatakan sebagai skenario terburuk worst case scenario terhadap paparan senyawa bisfenol-A pada bayi. Pada pengkajian skenario tersebut mengasumsikan bahwa semua senyawa bisfenol-A yang terlepas akan berpindah migrasi 100 ke dalam pangan yang dikemas. Jakarta dipilih menjadi lokasi untuk pengkajian karena mengingat Jakarta merupakan kota besar yang memiliki tingkat angka kelahiran bayi yang tinggi dan hal ini berdampak pada banyaknya penggunaan botol susu bayi di daerah ini. 2

1.2 Tujuan