Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Perilaku Responden

27 sterilisasi botol pun dapat diperoleh dari survey yang dilakukan dengan cara bertanya kepada responden. Tabel 2. Waktu kontak kemasan botol susu polikarbonat dengan susu formula Lokasi Waktu Kontak menit Jakarta Barat 13.65 Jakarta Pusat 18.00 Jakarta Selatan 18.33 Jakarta Timur 17.14 Jakarta Utara 16.58 Rata-rata 16.74 C. Hugnes dan F. vom Saal 2005 melakukan studi penentuan migrasi BPA dari beberapa kemasan botol susu polikarbonat menggunakan air. Pengujian migrasi ini menggunakan perlakuan waktu selama 24 jam, serta suhu pada suhu ruang dan suhu 80 o C. Hasil uji pada perlakuan suhu dan waktu yang diperoleh, antara lain untuk ke empat sampel botol susu yang disimpan pada suhu ruang menunjukan bahwa tidak terdektesinya migrasi BPA pada air air yang dikemasnya, sedangkan untuk ke empat botol susu yang yang disimpan pada suhu 80 o C terdektesi bahwa ada BPA yang termigrasi dari kemasan botol susu ke air yang dikemasnya. Besarnya BPA yang termigrasi untuk merk A ssebesar 5,64 µgml, merk B sebesar 7,08 µgml, merk C sebesar 6,26 µgml, dan merk D sebesar 6,41 µgml. Dari hasil pengujian ini menunjukan bahwa semakin tinggi suhu dan lama waktu kontak maka residu BPA yang bermigrasi ke pangan pun semakin banyak.

4.1.7 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Perilaku Responden

Dalam Memilih Merk Botol Susu, Proses Sterilisasi Botol Susu, dan Proses Penyiapan Susu Formula Tingkat pendidikan akan menentukan besar kecilnya penggunaan pendapatan keluarga serta berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Faktor pendidikan ibu sangat mempengaruhi dalam penentuan gizi anak baik segi kualitas maupun kuantitasnya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan menimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Salah satu faktor yang berhubungan dengan pendidikan yaitu didalam melihat tingkat kesadaran dari responden dalam memahami resiko bahaya paparan BPA dari botol polikarbonat. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku responden dalam memilih merk botol polikarbonat, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan susu formula. Untuk mencari hubungan antar variable ini digunakan uji hipotesis asosiatif dengan alat pengujian dalam perhitungannya menggunakan korelasi Kendal Tau. Menurut D.A. De Vaus 2002 Uji korelasi Kendal Tau adalah uji statistik yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variable berskala ordinal dengan jumlah sampel ≥30. Kemudian untuk mempermudah perhitungannya digunakan software SPSS Statistical Products and Solution Services. Hasil dari perhitungan uji korelasi Kendal Tau menggunakan SPSS dapat dilihat pada Tabel 3. 28 Tabel 3. Hasil perhitungan uji korelasi Kendal Tau menggunakan SPSS 1 Tingkat pendidikan merk botol susu Proses sterilisasi botol susu Proses penyiapan susu formula Kendalls tau_b Tingkat Pendidikan responden Correlation Coefficient 1.000 .358 -.568 -.312 Sig. 2-tailed . .000 .000 .000 N 183 183 183 183 Merkbotol susu Correlation Coefficient .358 1.000 -.204 -.014 Sig. 2-tailed .000 . .004 .854 N 183 183 183 183 Proses sterilisasi botol susu Correlation Coefficient -.568 -.204 1.000 .413 Sig. 2-tailed .000 .004 . .000 N 183 183 183 183 Proses penyiapan susu formula Correlation Coefficient -.312 -.014 .413 1.000 Sig. 2-tailed .000 .854 .000 . N 183 183 183 183 Correlation is significant at the 0.01 level 2tailed. Hipotesis awal H0 dari pengujian ini adalah tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan perilaku responden dalam memilih merk botol susu, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan susu formula. Sedangkan hipotesis bandingan H1 untuk pengujian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan perilaku responden dalam memilih merk botol susu, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan susu formula. Berdasarkan hasil keluaran SPSS di atas menunjukan untuk korelasi variable tingkat pendidikan responden dengan variable merk botol susu memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.358 yang memiliki arti hubungan korelasinya lemah dan signifikan pada level 0,000 yang berarti asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 1 H0 ditolak dan H1 diterima. Selanjutnya untuk korelasi variable tingkat pendidikan responden dengan variable proses sterilisasi botol susu memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0.568 yang memiliki arti hubungan korelasi kuat dengan hubungan yang terbalik dan signifikan pada level 0,000 yang berarti asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 1 H0 ditolak dan H1 diterima. Kemudian korelasi variable tingkat pendidikan responden dengan variable proses penyiapan susu formula memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0.312 yang memiliki arti hubungan korelasi lemah dengan hubungannya yang terbalik dan signifikan pada level 0,000 yang berarti asosiasi kedua variable signifikan pada tingkat taraf 1 H0 ditolak dan H1 diterima. Bila ditinjau secara keseluruhan dari ketiga variable yang dicari korelasinya dengan variable tingkat pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan perilaku responden dalam memilih merk botol susu, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan susu formula. 29

4.1.8 Hubungan Pekerjaan Responden Dengan Perilaku Responden Dalam