34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil survei konsumsi pangan yang dilakukan di kota Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara memberikan beberapa gambaran, antara lain pengguna botol
susu polikarbonat paling banyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah diploma sarjana keatas sebesar 54, berdasarkan pekerjaan adalah ibu rumah tangga sebesar 57, berdasarkan jenis kelamin
bayi adalah perempuan sebesar 52, berdasarkan umur bayi adalah 19 – 24 bulan sebesar 23, dan
berdasarkan berat badan bayi adalah 10 – 12 kg sebesar 40. Selain itu, juga memberi gambaran
sebaran berdasarkan merk botol susu polikarbonat yang paling banyak digunakan adalah merk A sebesar 83, berdasarkan proses sterilisasi botol susu polikarbonat adalah dengan direbus sebesar
75, berdasarkan proses penyiapan susu formula adalah dengan cara langsung dibuat di botol susu sebesar 95, berdasarkan tempat penyimpanan botol adalah ditempat tertutup sebesar 74, dan
lamanya waktu kontak antara kemasan botol susu polikarbonat dengan susu formula dari seluruh kota rata-ratanya sebesar 16,74 menit. Hasil uji korelasi dengan SPSS Statistical Products and Solution
Services dari tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap perilaku konsumen dalam memilih merk botol susu, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan botol susu memperlihatkan, bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan responden dengan perilaku responden dalam memilih merk botol susu, proses sterilisasi botol susu, dan proses penyiapan susu formula.
Sedangkan untuk hasil uji korelasi umur dan berat badan bayi terhadap konsumsi pangan memperlihatkan, bahwa terdapat hubungan antara umur dan berat badan bayi terhadap konsumsi
pangan bayi. Dalam hal ini hubungan yang terjadi adalah berbanding lurus dengan semakin tinggi umur dan berat badan bayi, maka konsumsi pangannya pun semakin banyak.
Kajian awal paparan bisfenol-A dari botol polikarbonat pada botol susu ini adalah mengkaji besarnya risiko bisfenol-A dalam pangan yang akan diterima atau berpotensi memapari jika
terkonsumsi. Hasil estimasi nilai paparan bisfenol-A pada susu formula yang dikemas botol susu polikarbonat dari kegiatan survei di lima kota di DKI Jakarta memberikan gambaran bahwa nilai
paparan bisfenol-A sebesar 0,0023 mgkg berat badanhari. Hasil estimasi nilai paparan ini masih dibawah nilai Tolerable Daily Intake TDI bisfenol-A yang sebesar 0,05 mgkg berat badanhari.
Akan tetapi hal ini belum sepenuhnya aman karena nilai paparan senyawa bisfenol-A yang didapatkan berasal dari asumsi-asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya dan belum sesuai dengan kondisi riil di
lapang, sehingga bila dilakukan pengujian lagi yang sesuai dengan kondisi riil di lapang hasil estimasi paparannya mungkin akan berbeda.
Hal-hal yang mempengaruhi nilai paparan, diantaranya besar porsi dan frekuensi konsumsi, kadar residu bisfenol-A yang bermigrasi ke pangan, dan berat badan. Porsi dan frekuensi pangan yang
dikonsumsi berbanding lurus dengan nilai paparan, artinya semakin besar porsi dan frekuensi konsumsi maka nilai paparannya pun semakin tinggi dan sebaliknya. Kadar residu juga berbanding
lurus dengan nilai paparan, akan tetapi dalam memprediksi kasus terburuk digunakan satu nilai kadar residu yaitu nilai yang paling tinggi untuk menunjukan kualitas kemasan yang paling rendah. Berbeda
dengan berat badan, seseorang yang memilki berat badan yang lebih tinggi maka nilai paparannya akan lebih rendah.
35
5.2 Saran