Paparan Zat Kontak Pangan Akibat Migrasi dari Kemasan Pangan

10 murah untuk dilaksanakan. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan peneliti dapat didekati. Sedangkan kelemahannya adalah tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sampel itu representatif seperti halnya dengan sampel acakan atau random. Kriteria yang digunakan atas dasar pertimbangan peneliti harus didasarkan atas pengetahuan yang mendalam tentang populasi agar dapat dipertanggungjawabkan. Sekalipun demikian, pertimbangan itu tidak bebas dari unsur subyektifitas Nasution, 2007. Menurut Hadi 1977, dalam purposive pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sebutan purposive menunjukkan bahwa teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Semua sampling pasti bertujuan, karena itu sebutan purposive sampling untuk sesuatu teknik sampling sebenarnya kurang tepat. Akan tetapi yang lebih penting adalah mempunyai pengertian yang jelas tentang maksudnya dan memastikannya apakah yang dilakukan benar-benar memenuhi kriteria purposive sampling.

2.7 Paparan Zat Kontak Pangan Akibat Migrasi dari Kemasan Pangan

Sejak ditangani sampai digunakan konsumen, pangan harus tetap bersifat aman untuk dikonsumsi. Pangan yang aman dikonsumsi adalah pangan yang bebas di bawah toleransi maksimum yang dipersyaratkan dari cemaran berbahaya seperti cemaran biologis, kimia, dan benda asing yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia Fardiaz, 1994. Lebih lanjut Hariyadi 2007 juga menjelaskan bahwa produk pangan yang mempunyai tingkat keamanan yang baik adalah produk pangan yang bebas cemaran biologis, kimia, dan benda asing yang dapat mengganggu, merµgikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Menurut UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Menurut Wirakartakusumah 1994, keamanan pangan merupakan masalah yang kompleks sebagai hasil interaksi antara toksisitas mikrobiologi, toksisitas kimiawi, dan status gizi. Hal ini, sangat berkaitan dimana pangan yang tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang pada akhirnya dapat menimbulkan masalah terhadap status gizinya. Keamanan yang menurun pada suatu produk dapat memberikan efek keracunan pangan atau foodborne disease bagi konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut. Menurut Nasiri et al. 2009, bahan kimia berbahaya atau cemaran merupakan salah satu penyebab berbagai masalah kesehatan yang serius dan menimbulkan dampak permanen atau bahkan kronis. Oleh karena itu diperlukan studi kesehatan masyarakat yang ditimbulkan dari adanya bahan kimia toksik berbahaya dalam pangan, dengan mengestimasikan paparan kontaminan asupan pangan harian yang kemudian dibandingkan dengan referensi toksisitas zat yang dimakan seperti Asupan Harian yang Ditoleransi Tolerable Daily Intake, TDI atau Asupan Mingguan yang Ditoleransi Sementara Provisional Tolerable Weekly Intake, PWTI. Kajian tersebut bertujuan untuk memonitor kesesuaian paparan kontaminan dengan standar maksimum yang tercantum dalam peraturan. Penilaian paparan kontaminan sangat penting dalam membuat keputusan tentang status keamanan pangan. Paparan didefinisikan sebagai total bahan kimia yang dikonsumsi oleh manusia. Untuk memperkirakan tingkat paparan bahan kimia JECFA joint FAO WHO Expert Committe on Food Additives menggunakan tiga tipe pendekatan yaitu perkiraan per kapita, perkiraan dari survei konsumsi pangan dan analisis bahan kimia menggunakan metode TDS Total Diet Study WHO, 1987. Kajian paparan mempelajari proses yang terjadi karena adanya interaksi antara lingkungan yang mengandung kontaminan dengan manusia. Kajian ini akan mengukur seberapa besar paparan kontaminan dapat diterima oleh organisme manusia atau hewan yang ditargetkan atau berapa banyak 11 paparan kontaminan akan mengakibatkan efek biologis pada organisme tersebut. Walaupun secara konsep kajian paparan berlaku untuk semua jenis kehidupan, namun dalam hal ini hanya akan diaplikasikan untuk kesehatan manusia sehingga kajian paparan merupakan salah satu alat bagi pengukuran kesehatan masyarakat Warsiki, 2010. Kajian paparan adalah dasar untuk menetapkan asupan harian yang dapat ditoleransi TDI, yang berdasarkan bahaya toksisitas. Meskipun kadang suatu zat toksik tidak berbahaya bagi kesehatan manusia jika zat tersebut dikonsumsi dalam jumlah kecil, namun risiko kontaminan makanan tidak tergantung dari sumbernya tetapi dari kombinasi bahaya suatu zat toksisitas tersebut dan banyaknya zat tersebut dikonsumsi atau memapari konsumen. Keamanan pangan tidak hanya ditentukan hanya semata-mata pada toksisitas zat yang bermigrasi, tetapi juga jumlah zat berbahaya tersebut yang dikonsumsi estimasi keberadaan yang dikonsumsi Warsiki, 2010. Kajian paparan diet akan mengombinasikan data konsumsi dengan data kadar zat kimia dalam pangan. Hasil dari estimasi paparan ini kemudian dibandingkan dengan data referensi nutrisi atau toksikologi terhadap zat kimia yang dikaji. Kajian paparan mungkin dilakukan untuk jangka pendek akut dan jangka panjang kronis. Kajian paparan jangka pendek hanya menggunakkan data paparan selama 24 jam, sedangkan kajian paparan jangka panjang menggunakan data rata-rata paparan harian selama hidup seseorang. Adakalanya kajian paparan nutrien menggunakan asumsi- asumsi dasar yang cenderung menghasilkan nilai estimasi paparan kurang dari sebenarnya sedangkan kajian paparan zat kimia toksik harus menggunakan asumsi-asumsi yang menghasilkan nilai estimasi paparan yang lebih tinggi dari sebenarnya kasus terburuk. Persamaan umum untuk kajian paparan dapat dilihat berikut ini: ∑ Satuan paparan diet adalah milligram zat per kilogram berat badan per hari. Pengguna terminologi standar sangat dianjurkan untuk memastikan konsistensi di dalam aplikasi dan pemahaman. Konsumsi mengacu pada jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang baik dalam bentuk padatan maupun cairan dan paparan diet adalah jumlah zat kimia dalam pangan yang dikonsumsi Warsiki, 2010. 12 III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian