9
2.5 Kuisioner Frekuensi Pangan atau Food Frequency Questionnaire FFQ
Tidak ada metode baku untuk mengumpulkan data konsumsi pangan. Data konsumsi pangan secara luas tersedia dan mungkin semua metode survei yang ada dapat digunakan. Metode
pengambilan data konsumsi dapat dilakukan secara langsung pada tingkat individu dan secara tidak langsung dengan mengumpulkan informasi konsumsi dari pembelian produk pangan atau produksi
suatu jenis pangan di industri. Salah satu metode langsung yang dapat digunakan adaah kuisioner frekuensi pangan atau food frequency questionnaire FFQ Warsiki, 2010. Food Frequency
Questionnaire FFQ adalah metode survei konsumsi pangan yang bertujuan untuk mendapatkan pola konsumsi bahan pangan tertentu. FFQ yang juga disebut kuisioner frekuensi pangan sering mengacu
pada riwayat diet berdasarkan daftar list-based diet history yang terdiri dari daftar diet. Untuk setiap jenis pangan dalam daftar, responden ditanya untuk memperkirakan berapa kali makan dalam sehari,
minggu, bulan atau tahun. Jumlah atau jenis pangan mungkin bervariasi seperti jumlah dan tiap kategori frekuensi. Validitas pola diet yang dikaji dengan FFQ tergantung pada keterwakilan pangan
yang tercatat dalam kuesioner. Meskipun beberapa telah menyimpulkan bahwa FFQ menghasilkan data yang valid untuk pengkajian paparan diet, selebihnya telah ditemukan bahwa FFQ tidak
menghasilkan estimasi yang nyata dari asupan beberapa nutrisi makro karena responden tidak ingat dengan pasti. FFQ biasanya digunakan untuk menentukan peringkat individu melalui konsumsi
pangan atau nutrisi pilihan. Meskipun FFQ dirancang untuk digunakan mengukur paparan diet absolute, metode ini mungkin lebih akurat dibandingkan metode lain yang digunakan dalam
mengestimasi paparan diet rata-rata untuk zat kimia dengan variabilitas hari ke hari dan yang relatif sedikit sebagai sumber survei Nasiri et al., 2009.
Kuesioner frekuensi pangan memberi daftar kelompok pangan untuk diisi frekuensi pangannya dan ditimbang, data grup pangan biasanya telah disiapkan pilihan frekuensi konsumsi dan ukuran
penyajian. Metode ini merupakan metode yang paling sedikit membutuhkan tenaga dan dapat menangani banyak sampel. FFQ dapat bersifat khusus atau umum. Akan tetapi, data grup pangan yang
disajikan sering kurang detail dalam penilaian paparan zat kimia, misa lnya “ikan” tidak menunjukkan
detail apakah ikan berminyak atau kerang. Selain itu, data level merk tidak dapat dikumpulkan Warsiki, 2010.
2.6 Purposive Sampling
Secara sederhana, sampling adalah pengambilan sampel atau contoh dari populasi untuk diamati atau diteliti. Tetapi jika pengamatan atau penelititan dilakukan terhadap seluruh elemen atau
anggota populasi maka kegiatan tersebut mempunyai istilah khusus, yaitu sensus. Keuntungan ekonomis sampling dibandingkan sensus adalah sangat besar, dan hal ini merupakan salah satu faktor
penting yang menjadi pertimbangan mengapa kita melakukan sampling tersebut. Salah satu metode sampling yang biasanya digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan
metode pengambilan sampel non probability dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Penarikan sampel dengan non probability pada umumnya dilakukan
untuk suatu penelitian yang populasinya tidak diketahui Gulo, 2002. Menurut Sugiyono 2010, sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampling yang
purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Dengan demikian diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat
dianggap cukup representatif. Keuntungan metode purposive sampling ialah sampel itu dipilih sedemikian rupa sehingga relevan dengan desain penelitian. Selain itu, cara ini relatif lebih mudah dan
10 murah untuk dilaksanakan. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan peneliti
dapat didekati. Sedangkan kelemahannya adalah tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sampel itu representatif seperti halnya dengan sampel acakan atau random. Kriteria yang digunakan atas dasar
pertimbangan peneliti harus didasarkan atas pengetahuan yang mendalam tentang populasi agar dapat dipertanggungjawabkan. Sekalipun demikian, pertimbangan itu tidak bebas dari unsur subyektifitas
Nasution, 2007. Menurut Hadi 1977, dalam purposive pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri
atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sebutan purposive menunjukkan bahwa teknik ini
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Semua sampling pasti bertujuan, karena itu sebutan purposive sampling untuk sesuatu teknik sampling sebenarnya kurang tepat. Akan tetapi yang lebih
penting adalah mempunyai pengertian yang jelas tentang maksudnya dan memastikannya apakah yang dilakukan benar-benar memenuhi kriteria purposive sampling.
2.7 Paparan Zat Kontak Pangan Akibat Migrasi dari Kemasan Pangan