Kemasan Polikarbonat Kajian Paparan Bisfenol-A (BPA) Dari Botol Susu Polikarbonat Pada Bayi. Studi Kasus : Wilayah DKI Jakarta

4 extruder dan blow, metode ini juga bisa digunakan untuk botol yang bervariasi dari bentuk, ukuran, bukaan leher botol, maupun bentuk handle. Tahapan-tahapan proses didalam pembuatan botolnya adalah sebagai berikut Norman, 2008 : 1. Cairan plastik dikeluarkan dari ekstruder masuk kedalam cetakan tiup dengan pengarah lubang. 2. Cetakan ditutup. 3. Fluida udara dialirkan melalui pengarah lubang kedalam cairan plastik untuk menekan cairan plastik sehingga terbentuk cairan plastik seperti bentuk cetakan. 4. Cetakan dibuka untuk pengeluaran produk. Skema tahapan proses pembentukan botol polikarbonat dengan menggunakan metode extrusion blow mold dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Tahapan proses pembuatan botol polikarbonat menggunakan metode extrusion blow mold Norman, 2008 Botol polikarbonat dari proses pencetakan selanjutnya dapat dilanjutkan keproses akhir seperti pelarutan dan adhesive bonding, pengecatan, printing, hot-stamping, dan ultrasonic welding Iman Mujiarto, 2005. Didalam pengaplikasiannya kedalam sebuah produk, polikarbonat banyak digunakan diberbagai macam bidang, antara lain Iman Mujiarto, 2005 : 1. Otomotif. Polikarbonat memberi performance tinggi pada lensa lampu depanbelakang. Polikarbonat opaque grade digunakan untuk rumah lampu dan komponen elektrik. Dan polikarbonat glass reinforced grade biasa digunakan untuk grill. 2. Pangan. Polikarbonat digunakan untuk tempat minuman, mangkuk pengolah makanan, alat makanminum, microvwave, dan peralatan lain yang memerlukan produk yang jernih. 3. Medis Pada bidang ini polikarbonat biasa digunakan untuk pembuatan filter housing, tubing connector, dan berbagai macam peralatan operasi yang harus disterilisasai. 4. Industri elektrikal. Polikarbonat pada bidang ini biasa digunakan untuk pembuatan konektor, pemutus arus, tutup baterai, dan „light concentrating panels‟ untuk display kristal cair. 5. Alatmesin bisnis. Polikarbonat pada bidang ini dapat digunakan untuk membuat : rumah dan komponen bagian dalam dari printer, mesin fotokopi, dan konektor telepon. 5

2.2 Bisfenol-A BPA

Bisfenol-A 2,2-bis 4-hydroxyphenyl propane atau BPA merupakan bagian terpenting dalam pembuatan plastik polikarbonat. bisfenol-A memiliki persamaan dengan senyawa kimia diethyl sylbestrat DES dan hormon estrogen. DES ini ternyata merupakan senyawa yang kurang baik karena dapat menyebabkan kanker dan masalah yang berhubungan dengan reproduksi. Selain itu juga merupakan zat kimia yang menyerupai hormon estrogen pada perempuan. BPA dapat digunakan sebagai hormon buatan yang bekerja seperti hormon estrogen untuk mengatai masalah kehamilan Colborn et. al., 1997. Bahan ini apabila digunakan dalam jumlah yang tidak teratur dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Sehingga beberapa tahun terakhir ini mulai berkembang isu bahaya penggunaan BPA pada berbagai kemasan. Saat ini BPA banyak digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat dan beberapa untuk pembuatan resin epoxy yang sebagian besar banyak digunakan sebagai wadah makanan, minuman, dan sealant gigi Alonso-Magdalena et. al., 2006. BPA merupakan salah satu bahan kimia yang paling berlimpah diproduksi di seluruh dunia dan memiliki kapasitas global pada tahun 2003 sebesar 6,4 miliar pounds dengan peningkatan produksinya sebesar 6-10 pertahun. Karena meluasnya penggunaan BPA dalam plastik polikarbonat serta lapisan kaleng, maka manusia terus-menerus terpapar bahan kimia ini, terutama di negara-negara maju Calafat et. al., 2005. Dalam proses produksinya, plastik polikarbonat dihasilkan melalui proses kondensasi antara BPA dengan karbonil klorida Gambar 3 Sun, 2003. Penggunaan BPA pada plastik polikarbonat banyak diaplikasikan untuk berbagai produk plastik seperti kemasan makanan dan minuman, botol susu, botol air, kaleng susu formula, dan pipa-pipa saluran air. Penggunaan BPA dalam pembuatan plastik polikarbonat cukup diminati oleh industri karena botol yang dihasilkan tahan lama dan tampil lebih mengkilat. Sedangkan aplikasi BPA dalam pembuatan resin epoxy banyak digunakan pada bahan pelapis logam seperti kaleng makanan, botol air minum, kertas thermal, alat kesehatan, dan saluran air Aschberger et.al., 2010. Penggunaan BPA semakin lama semakin meluas tidak hanya untuk produk pangan, tetapi juga digunakan sebagai bahan penambal gigi, pembuatan kepingan CD atau DVD, dan dalam pembuatan kacamata. Gambar 3. Proses pembentukan polikarbonat Sun, 2003. Beberapa penelitian telah berhasil mengetahui bahaya BPA bagi kesehatan. Saat ini banyak badan-badan kesehatan negara yang melihat potensi resiko kesehatan yang disebabkan oleh BPA. Oleh karena itu, negara-negara yang telah membuktikan bahaya BPA mulai melarang penggunaan bahan tersebut pada berbagai bentuk kemasan. Pusat Riset Toksikologi Nasional FDA bekerja sama dengan National Toxicology Program NTP saat ini melakukan kajian yang mendalam untuk mengklarifikasi dugaan tersebut. Sementara itu, US-FDA mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi paparan BPA pada makanan, seperti mendorong industri untuk berhenti memproduksi botol bayi yang mengandung BPA dan peralatan makan bayi untuk pasar AS, memfasilitasi pengembangan alternatif untuk BPA, dan mendukung upaya untuk mengganti atau meminimalkan tingkat BPA dalam pelapis kaleng makanan Lailya, 2010. Di lain sisi, Badan Kesehatan Kanada The Health Canada memilih kebijakan untuk mengambil tindakan pencegahan dan menyimpulkan bahwa BPA harus dianggap sebagai zat atau bahan yang dapat menimbulkan bahaya pada kehidupan atau kesehatan manusia. Sebagai langkah awal Pemerintah Kanada berencana Bisfenol-A Carbonyl Chloride Polikarbonat formation 6 untuk membuat peraturan untuk melarang import, iklan, dan penjualan botol bayi berbahan polikarbonat Joaquim Maia et.al., 2010. Selanjutnya, Organisasi kesehatan dunia WHO melalui forum panel yang beranggotakan 30 pakar dari Kanada, Eropa, dan Amerika Serikat pada 10 November 2010 di Ottawa, Kanada, menyampaikan bahwa kadar BPA yang terkandung dalam urine seseorang ternyata relatif sama dengan kadar BPA yang masuk ke dalam tubuh orang tersebut. Hal ini berarti sebagian besar atau bahkan mungkin semua BPA dapat diekskresikan secara alamiah dari dalam tubuh. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa berbagai penelitian yang telah dilakukan membuktikan meskipun dalam kadar yang rendah, BPA tetap dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan Anonim, 2010 1 . Menurut Sun 2003, terdapat korelasi antara BPA masalah biologis pada laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, dapat menyebabkan penurunan produksi sperma, penambahan berat prostat, dan kanker testis. Sementara itu, pada perempuan dapat menyebabkan perkembangan endometrium yang tidak normal sehingga dapat menimbulkan infertilitas dan meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Sun 2003 juga memaparkan bahwa bayi dan anak-anak juga akan terkena dampak negatif dari BPA ini. Pada anak-anak, terutama pada bayi yang masih dalam kandungan maupun bayi yang baru lahir, dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang berdampak buruk selama periode emas pertumbuhan anak, meskipun akibatnya tidak langsung tampak. Penelitian juga dilakukan oleh para peneliti di University of Missouri-Columbia untuk menentukan dampak dari BPA pada organ reproduksi tikus. Penelitian dilakukan adalah dengan cara menyuntikan BPA pada dua tikus betina yang sedang hamil dengan dua dosis yang berbeda 2 ppb dan 20 ppb. Setelah dua tikus betina tersebut lahir selanjutnya, dipilih secara acak anak tikus yang berkelamin jantan dari kedua tikus betina tersebut untuk dibesarkan dan diteliti pengaruhnya terhadap organ reproduksi tikus jantan. Hasilnya ditemukan bahwa pemberian dua dosis BPA yang berbeda pada indukan dapat memberikan efek yang berbeda pada kemampuan reproduksi anaknya. Untuk anak tikus betina yang diberikan dosis BPA sebesar 2 ppb memperlihatkan adanya efek peningkatan ukuran kelenjar preputial sebesar 35, kelenjar preputial ini bertanggung jawab atas perilaku sociosexual pada tikus jantan. Sebaliknya, dosis yang sama mengurangi ukuran epididimis, organ yang menyimpan sperma pada tikus jantan. Hal ini juga yang akan mengurangi ukuran vesikula seminalis yang berguna untuk mengalirkan sperma saat ejakulasi dan hal ini yang menggambarkan tingkat kesuburan pada tikus jantan. Selanjutnya, untuk anak tikus betina yang diberikan dosis BPA sebesar 20 ppb secara signifikan menurunkan efisiensi produksi sperma sebesar 20 dibandingkan dengan kelompok tikus jantan kontrol. Dalam studi sebelumnya oleh kelompok ilmuwan yang sama, kelenjar prostat pada tikus jantan yang diberi dosis BPA yang sama 2 ppb dan 20 ppb meningkat sebesar 30 dibandingkan dengan tikus jantan kontrol. Kedua hasil peneltian ini membuktikan bahwa pemberian berbagai dosis BPA pada tikus memberikan efek menurunkan fungsi pada organ reproduksinya. Dari dasar hasil penelitian inilah maka beberapa ilmuwan menduga sementara bahwa sangat mungkin BPA juga dapat mempengaruhi perkembangan bayi pada manusia Vom Saal et. al., 1998. Setelah terbukti bahwa BPA memiliki efek negatif pada organ tikus, dilakukan lagi penelitian mengenai efek samping BPA terhadap manusia dan terlihat adanya suatu korelasi antara paparan BPA dengan penyakit ovarium pada wanita, kanker prostat pada pria, dan berkurangnya sistem kekebalan tubuh Vom Saal et. al., 2005 Meskipun telah banyak penelitian mengenai bisfenol-A dan pelarangan penggunaannya tersebut didalam pembuatan kemasan pangan tetapi, penggunaan bisfenol-A sebagai bahan dasar pembuatan kemasan pangan masih banyak digunakan oleh beberapa industri. Hal ini terjadi karena kemasan pangan yang mengandung senyawa bisfenol-A masih di nyatakan aman oleh berbagai