Migrasi Bisfenol-A BPA Kajian Paparan Bisfenol-A (BPA) Dari Botol Susu Polikarbonat Pada Bayi. Studi Kasus : Wilayah DKI Jakarta

7 lembaga internasional dan baru akan dinyatakan berbahaya apabila kadar bisfenol-A yang terkandung dalam pangan melebihi 0,03 µgmL 30 ppb.

2.3 Migrasi Bisfenol-A BPA

Menurut Balai Besar Kimia dan Kemasan 2011, migrasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu global migrasi dan spesifik migrasi. Global migrasi atau migrasi total merupakan hasil perpindahan komponen dari kemasan, dimana komponen tersebut tidak dibedakan antara yang berbahaya toksik dengan yang tidak berbahaya non-toksik pada kesehatan. Global migrasi ini dinyatakan dalam satuan mg bahan yang berpindah per satuan luas mgdm 2 atau mgkg bahan kemasan. Sementara spesifik migrasi merupakan proses perpindahan komponen-komponen dalam kemasan yang telah diketahui dapat membahayakan kesehatan manusia. Nasiri et.a.l 2009 menyatakan bahwa jumlah migrasi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu kontak, peningkatan waktu kontak, peningkatan kandungan bahan kimia dalam kemasan, peningkatan luas permukaan kontak, dan peningkatan agresifitas pangan yang dikemas. Suhu dan waktu kontak yang semakin meningkat akan mempercepat proses migrasi bahan kimia ke bahan makanan sehingga nilai migrasi yang dihasilkan akan lebih tinggi. Mudahnya terjadi migrasi BPA kepada makanan atau minuman dikarenakan ikatan kimia antar monomer BPA dalam polimer plastik sangat lemah dan tidak stabil. Apabila kemasan tersebut terus menerus kontak dengan pangan, maka senyawa BPA yang ada dalam bahan kemasan akan terlepas. BPA ini dapat bekerja dalam konsentrasi yang sangat kecil dalam ppb atau ppt sekalipun sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Sebenarnya potensi migrasi ini dapat menurun apabila bobot molekul dari bahan kemasan tinggi, kontak antara pangan dan kemasan tidak langsung atau kering, daya difusi bahan kemasan rendah inert, dan adanya lapisan pembatas yang inert Barnes et. al. 2007. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui migrasi senyawa kimia yang berasal dari plastik polikarbonat, yaitu senyawa bisfenol-A BPA. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Biedermann-Brem dan Grob pada tahun 2009, tentang pengaruh suhu terhadap migrasi BPA dalam air ledeng, menunjukan bahwa konsentrasi BPA dalam air ledeng pada suhu 50°C sebesar 0.0001 µgmL meningkat menjadi 0.0006 µgmL ketika air mendidih. Kemudian konsentrasi BPA dalam air pada pH 9.5 50 o C sebesar 0.002 µgmL meningkat menjadi 0.033 µgmL ketika air mendidih. Menurut Biles et. al. 1997, konsentrasi terbesar migrasi BPA dari kemasan polikarbonat dalam air deionisasi dan air ledeng adalah sebesar 1 mgl pada suhu 65°C selama 10 hari. Suhu merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya BPA bermigrasi. BPA akan sangat mudah bermigrasi apabila suhunya dinaikkan atau dipanaskan. Sementara botol susu dalam penggunaannya selalu bersentuhan panas baik untuk sterilisasi dengan cara direbus, dipanaskan dengan microwave, hingga dituang dengan air mendidih atau air panas. Oleh karena itu peluang berpindahnya BPA dari kemasan kedalam produk yang dikemas sangat besar. Penelitian lain dilakukan oleh Sung-Hyun Nam et.al. 2010 yang menghitung kadar migrasi bisfenol-A dari botol bayi berbahan polikarbonat baru yang diisi dengan air bersuhu 40 o C hingga 95 o C. Konsentrasi migrasi yang terukur pada suhu 40°C dan 95°C masing-masing adalah 0,03 µgmL 0,03 ppb dan 0,13 µgmL 0,13 ppb. Kemudian masih menggunakan botol yang sama namun setelah digunakan selama 6 bulan menunjukan konsentrasi migrasi yang terukur pada suhu 40°C dan 95°C masing-masing adalah 0,18 µgmL 0,18 ppb dan 18,47 µgmL 18,47 ppb. Tingkat migrasi akan semakin meningkat ketika suhu air lebih dari 80 o C. Sun 2003 juga melakukan penelitian mengenai migrasi BPA dalam botol susu botol susu bayi. Dalam penelitiannya digunakan simulan pangan berupa minyak dan etanol 10. Inkubasi dilakukan pada suhu tinggi selama 8 jam, 72 jam, dan 240 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah migrasi BPA dalam minyak berkisar antara 8 ND not detected hingga 0.37 mginch 2 , sedangkan jumlah migrasi BPA dalam etanol 10 berkisar ND hingga 1.92 mginch 2 Sun, 2003. Penelitian lain juga dilakukan oleh Wong et. al. 2005 yang menghitung jumlah migrasi yang terjadi pada 28 sampel botol susu polikarbonat dengan menggunakan simulant pangan ethanol 10 dan minyak jagung. Ethanol 10 digunakan sebagai food simulant yang mewakili makanan yang berair dan makanan yang mengandung asam. Sedangkan minyak jagung untuk mewakili makanan yang mengandung lemak. Inkubasi dilakukan pada suhu 70 o C pada ethanol 10 dan 100 o C pada minyak jagung. Sedangkan lama waktu inkubasi untuk kedua food simulant adalah selama 8, 72, dan 240 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata migrasi BPA didalam ethanol 10 pada suhu 70 o C untuk masing-masing lama waktu inkubasi adalah 0.028 ; 0.059 ; 0.625 µgin 2 . Sedangkan untuk nilai rata-rata migrasi BPA didalam minyak jagung pada suhu 100 C untuk masing- masing lama waktu inkubasi adalah 0.107 ; 0.212 ; 0.405 µgin 2 . Dari hasil penelitian Wong et. al. 2005 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu inkubasi, maka jumlah BPA yang bermigrasipun semakin meningkat. Sama halnya dengan suhu inkubasi, semakin tinggi suhu inkubasi, maka BPA yang bermigrasipun semakin banyak. Dan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya BPA yang bermigrasi kedalam food simulant berbanding lurus dengan lamanya waktu dan suhu kontak.

2.4 Survei Konsumsi Pangan