Nilai indeks keanekaragaman pada umumnya memiliki nilai lebih dari nol. Shannon-Wiener  1963  diacu  dalam  Fachrul  2008  menyatakan  indeks
keanekaragaman H’ dikategorikan rendah H’ 1, sedang 1H’3 dan tinggi H’    3.  Keanekaragaman  spesies  pada masing-masing  tingkat  pertumbuhan  di
Cagar  Alam  Kamojang  menunjukkan  kategori  keanekaragaman  berada  pada kategori sedang sampai tinggi. Tingkat pertumbuhan semai dan habitus tumbuhan
bawah  memiliki  kategori  keanekaragaman  yang  tinggi  sedangkan  tingkat pertumbuhan  dan  habitus  yang  lainnya  berada  pada  kategori  sedang.  Hal  ini
menunjukkan bahwa kondisi ekosistem hutan Cagar Alam Kamojang yang sudah terganggu  dengan  kondisi  yang  relatif  terbuka  sehingga  semai  atau  tumbuhan
bawah lebih banyak ditemukan sebagai spesies pionir atau sebagai penutup lantai hutan pada kondisi tutupan hutan yang terbuka Indriyanto 2006.
5.1.3 Dominansi spesies tumbuhan
Indriyanto  2006  menyatakan  untuk  mengetahui  tingkat  terpusatnya dominansi  penguasaan  spesies  dalam  komunitas  dapat  dilakukan  dengan
menghitung indeks dominansinya C. Dominansi spesies dalam komunitas dapat terpusat  pada  satu  spesies,  beberapa  spesies  atau  pada  banyak  spesies  dengan
memperkirakan tinggi rendahnya nilai indeks dominansi Indriyanto 2006. Nilai indeks  dominansi  yang  diperoleh  untuk  masing-masing  tingkat  pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4  Indeks dominansi C di lokasi penelitian
Tingkat Pertumbuhanhabitus Indeks Dominansi C
Semai dan tumbuhan bawah 0,15
Pancang, semak dan terna 0,30
Tiang 0,13
Pohon 0,19
Besarnya  nilai  indeks  dominansi  pada  berbagai  tingkat  pertumbuhan berkisar diantara 0,13
– 0,30. Dominansi oleh satu spesies di dalam komunitasnya akan terlihat apabila nilai indeks dominansi bernilai 1 atau mendekati 1 sedangkan
apabila  beberapa  spesies  yang  mendominasi  secara  bersama-sama  maka  nilai  C akan  bernilai  rendah  atau  mendekati  nol  Indriyanto  2006.  Nilai  indeks
dominansi  pada  setiap  tingkat  pertumbuhan  yang  berkisar  antara  0,13 –  0,30
menunjukkan dominansi atau penguasaan spesies terhadap komunitasnya di Cagar Alam Kamojang tersebar pada beberapa spesies.
Soerianegara  dan  Indrawan  2008  menyatakan  dominansi  spesies  dapat diketahui  menggunakan  parameter  indeks  nilai  penting  INP.  Spesies  tumbuhan
dinilai mendominasi apabila INP untuk tingkat semai dan pancang lebih dari 10 sedangkan  untuk  tingkat  tiang  dan  pohon  lebih  dari  15  Sutisna  1981  diacu
dalam Rosalia 2008. Dominansi oleh beberapa spesies terhadap komunitasnya di Cagar  Alam  Kamojang  juga  ditunjukkan  oleh  INP  yang  cukup  tinggi.  Spesies
yang memiliki indeks nilai penting lebih dari 10 disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5  Spesies dengan INP  10 pada setiap tingkat pertumbuhan di lokasi pengamatan.
Spesies  yang  dominan  merupakan  spesies  yang  mampu  mengoptimalkan sumberdaya  yang  terdapat  di  lingkungannya.  Spesies-spesies  tersebut  mampu
bersaing  dengan  spesies  lainnya  dan  dapat  beradaptasi  dengan  lingkungan. Berdasarkan  hal  tersebut,  spesies  teklan  A.  riparia,  kirinyuh  A.  inulifolium,
kaso S. spontaneum, kuray T. orientalis, suren T. sureni, cerem Macropanax sp dan tebe S. sigun yang memiliki INP tinggi di dalam komunitasnya mampu
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 A. riparia
I. cylindrica A. inulifolium
S. spontaneum M. acuminata
L. camara T. orientalis
T. sureni M. tanarius
M. blumei S. sigun
S. pendula T. orientalis
S. sigun Macropanax sp
E. spicata M. tanarius
INP S
p es
ies
Semai t.bawah
Pohon Tiang
Pancang, semak
dan terna
mengoptimalkan  sumberdaya  dibandingkan  spesies  yang  lainnya  sehingga pertumbuhannya mendominasi komunitas tumbuhan di Cagar Alam Kamojang.
Salah satu spesies yang cukup mendominasi komunitas tumbuhan di Cagar Alam  Kamojang adalah kaso Saccharum spontaneum. Hal ini ditunjukkan oleh
INP  S.  spontaneum  di  lokasi  pengamatan  yang  mencapai  30,46.  Spesies  S. spontaneum merupakan tumbuhan asli India dan sangat banyak ditemukan di Asia
Tengah  dan  Asia  Tenggara.  Tumbuhan  ini  dapat  beradaptasi  pada  lingkungan yang  beragam  mulai  dari  wilayah  tropis  sampai  subtropis.  Tempat  alami  bagi
pertumbuhan S. spontaneum berupa lahan yang terdegradasi akibat kebakaran atau penggunaan lahan yang berlebihan Hammond 1999.
Gambar 6  Spesies  kaso  Saccharum  spontaneum  yang  cukup  mendominasi  di Cagar Alam Kamojang.
Spesies  S.  spontaneum  merupakan  gulma  serius  pada  lahan  pertanian  di Thailand, Philipina, India dan Indonesia yang bersaing pada lahan yang terganggu
Holm  et  al.  1997  diacu  dalam  DHAOGTR  2004.  Di  luar  wilayah  Asia  seperti Panama, S. spontaneum menjadi spesies tumbuhan asing invasif pada hutan yang
terdegradasi  Hammond  1999.  Wishnie  et  al.  2002  menyatakan  bahwa  S. spontaneum  merupakan  tumbuhan  semak  belukar  yang  mampu  menghambat
pertumbuhan  spesies  tumbuhan  berkayu  dan  bersifat  resisten  terhadap  upaya pengendalian gulma pada spesies yang memiliki sistem perakaran yang dalam dan
menyebar  luas.  Upaya  reboisasi  pada  lahan  yang  telah  terinvasi  oleh  S. spontaneum  memerlukan  upaya  pengendalian  gulma  secara  intensif  meliputi
kombinasi  pengendalian  secara  mekanik  dan  kimia  Wishnie  et  al.  2002.
Meskipun spesies S. spontaneum tidak termasuk sebagai spesies tumbuhan asing invasif berdasarkan Webber 2003 dan Invasive Species Specialist Group ISSG
2005, namun menurut Pacific Island Ecosystems at Risk Project  PIER 2011 spesies  ini  merupakan  salah  satu  spesies  yang  berpotensi  menjadi  invasif  di
Indonesia.
5.2 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif