interpolasi yang dihasilkan tidak bisa lebih kecil dari minimum atau lebih besar dari data sampel karena metode ini menggunakan rata-rata dari data sampel. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil interpolasi yang baik, maka sampel data yang digunakan harus lebih rapat.
3.5.2.2 Metode interpolasi Kriging
Metode interpolasi kriging merupakan metode pendugaan nilai yang bersifat stochastic atau pendugaan nilai dilakukan secara statistik untuk menghasilkan data
interpolasi Pramono 2008. Asumsi dari metode ini yaitu jarak dan orientasi antara sampel data menunjukkan korelasi spasial dan memiliki sebuah tren.
Metode ini menggunakan semivariogram yang merepresentasikan perbedaan spasial dan nilai diantara pasangan sampel data. Apabila diketahui korelasi spasial
jarak dan orientasi data maka pendugaan nilai dengan menggunakan metode interpolasi kriging dapat dilakukan dengan tepat.
Perbandingan antara metode interpolasi IDW dengan kriging dilakukan untuk mengetahui metode yang paling sesuai dalam menduga sebaran jumlah
individu dengan melihat koefisien determinasi R
2
yang dihasilkan dari plot scatter. Drapper dan Smith 1992 menyatakan koefisien determinasi merupakan
koefisien yang mengukur proporsi keragaman atau variasi total disekitar nilai tengah Y yang dapat dijelaskan oleh regresi yang dihasilkan atau dalam hal ini
koefisien determinasi menjelaskan keragaman pada hasil metode interpolasi yang diperoleh dari fungsi regresi antara dugaan jumlah individu berdasarkan hasil
interpolasi dengan jumlah individu di lapangan. Semakin besar nilai koefisien determinasi maka semakin besar pula keragaman yang dapat dijelaskan oleh
fungsi yang dihasilkan.
3.5.3 Pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu spesies
tumbuhan asing invasif yang dominan
Hubungan antara peubah jarak dari jalan dengan sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi linier sederhana. Mattjik dan Sumertajaya 2006 menyatakan regresi linier sederhana merupakan persamaan regresi yang menggambarkan
hubungan antara dua faktor antara satu peubah bebas X, independence variable
dan satu peubah tak bebas Y, dependence variable dimana hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai garis lurus. Regresi linier sederhana dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan Mattjik Sumertajaya 2006: Y =
α + β X Dimana: Y= Peubah tak bebas, X= Peubah bebas, α = Intersep, β = Kemiringan.
Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan
yaitu: H
: Jarak dari jalan tidak berpengaruh secara nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan.
H
1
: Jarak dari jalan berpengaruh nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan.
Hipotesis diuji secara statistik dengan uji f dan uji t pada persamaan regresi yang dihasilkan. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95 atau nilai
α sebesar 0,05. Apabila nilai signifikansi pada uji f dan uji t lebih kecil daripada nilai α, maka hipotesis yang diterima yaitu H
1
atau jarak dari jalan mempengaruhi secara nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif
yang dominan, sedangkan apabila nilai signifikansi pada uji f dan uji t lebih besar daripada nilai α, maka hipotesis yang diterima yaitu H
atau jarak dari jalan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan
asing invasif yang dominan.
3.5.4 Alur proses penelitian
Proses pendugaan sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif dengan menggunakan metode interpolasi dan proses analisis regresi untuk
mengetahui pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan diuraikan seperti pada Gambar 3.
Gambar 3 Proses pembuatan peta sebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif yang dominan.
Pengaruh jarak terhadap sebaran
jumlah individu IAS Analisis Regresi Linier
Uji normalitas sisaan
Data jarak titik pengamatan
terhadap jalan
Proses Euclidean
Distance untuk
memperoleh jarak titik pengamatan dari jalan
Koreksi hasil interpolasi dengan
keadaan di lapangan Peta Interpolasi Sebaran
Jumlah Individu IAS di Cagar Alam Kamojang
Peta Jaringan Jalan Jawa Barat shp
Peta Cagar Alam Kamojang shp Proses Clip Peta
Peta Jaringan jalan di Cagar Alam Kamojang
Proses Overlay Peta
Peta Hasil
Interpolasi Sebaran Jumlah Individu
IAS Reclassify
Proses Interpolasi dengan metode IDW dan kriging
Transformasi koordinat UTM Arc Gis 9.3 Shapefile
MS Excel tipe file text delimatedtxt
Data titik koordinat
Metode interpolasi yang sesuai
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Secara administrasi pemerintahan, kawasan Cagar Alam Kamojang CAK terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat. Menurut administrasi pengelolaan, kawasan ini termasuk ke dalam wilayah kerja Seksi KSDA Garut, Balai Besar KSDA Jawa Barat. Di
kawasan ini, terdapat dua tipe kawasan konservasi yaitu Cagar Alam Kamojang dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang yang terletak hampir di tengah-tengah
kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang. Batas-batas kawasan Cagar Alam Kamojang sebagai berikut Anonim 2005:
Sebelah Utara : Kecamatan Paseh dan Ibun, Kabupaten Bandung
Sebelah Barat : Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung
Sebelah Timur : Kecamatan Leles dan Tarogong, Kabupaten Garut
Sebelah Selatan : Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110Kpts-II90 tanggal 14 Maret 1990 ditetapkan luas Cagar Alam Kamojang adalah 7.805 Ha. Pada
tahun 1994, luas kawasan bertambah 12,196 Ha sebagai lahan kompensasi dengan dasar Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433Kpts-II94 sehingga luas total
kawasan cagar alam menjadi 7817,196 Ha dan luas taman wisata alam 481 Ha. Pada tahun 2004 terjadi penambahan fungsi cagar alam di Blok Guntur sehingga
terjadi pengurangan luas Cagar Alam Kamojang seluas 500 Ha untuk hutan lindung dan ± 25 Ha untuk Taman Wisata Alam TWA Cipaniis sehingga luas
total kawasan menjadi 7067,196 Ha. Penetapan kawasan cagar alam didasarkan pada gejala alam yang unik berupa peristiwa vulkanologi dengan munculnya
kawah kecil di daerah kaldera Kamojang Anonim 2005.
4.2 Kondisi Fisik dan Biologis Kawasan
4.2.1 Topografi dan tanah
Kawasan Cagar Alam Kamojang berada pada ketinggian antara 1.650 –
2.610 mdpl. Topografi kawasan pada umumnya berbukit landai dengan