di Sekolah Menengah Umum di Medan bahwa sebagian besar responden perokok oleh karena orang tua mereka juga perokok 38,3. Hal ini disebabkan karena
keluarga merupakan panutan terbaik menurut para remaja, sehingga apapun yang dilakukan oleh anggota keluarga cenderung baik menurut anggota keluarga lain
termasuk merokok dan apapun yang dilakukan kemungkinan besar diikuti oleh anggota keluarga lain. Menurut Nasution 2007 bahwa dari survei terhadap
perokok faktor-faktor yang menyebabkan remaja merokok salah satunya yaitu adanya orang tua atau saudara yang merokok.
Alasan mengalami kecemasan atau stress sehingga para remaja merokok dikarenakan adanya masalah. Terdapat 1 responden 0,4 menyatakan bahwa
karena stres, ia merokok. Dalam situasi seperti ini sesungguhnya mereka mengalami stres yang berat, sehingga bagi mereka cara yang paling tepat ialah
melarikan diri dari masalah yang dihadapinya dengan merokok. Mereka berpikir bahwa rokok dapat menghilangkan stres, padahal pada kenyataannya mereka
merasakan kenikmatan sesaat yang tidak akan pernah terlepas dari masalah yang dihadapi. Merokok bukan menyelesaikan masalah tetapi bahkan menambah
masalah yaitu membuat remaja yang merokok menjadi ketagihan atau kecanduan yang pada waktu lama menyebabkan kebiasaan dan menjadi perokok berat dengan
mengundang berbagai penyakit kronis bagi kesehatannya. Kebiasaan yang destruktif ini menjadi terbawa-bawa sampai dewasa dan mendatangkan bahaya
bagi suasana keluarga, lingkungan dan masyarakat Nadeak,1991.
5.8 Responden Yang Tidak Merokok
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden dengan status tidak merokok dengan 225 responden 79,6 yang terbagi atas 79 responden
laki-laki 28,0 dan 146 responden perempuan 51,6. Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat sebagian besar responden wanita memiliki tingkat
pengetahuan yang baik tentang bahaya rokok sehingga mereka lebih memilih untuk tidak merokok. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya rokok 59,4. Selain itu, menurut Mursel seorang ahli psikologi dalam Mangkunegara 1993 berdasarkan
hasil penelitiannya menyelidiki IQ dalam hubungannya dengan faktor jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang berarti antara taraf intelegensi laki-laki dan
62
perempuan. Hanya saja para ahli psikologi telah cenderung untuk menilai bahwa perempuan menunjukkan lebih baik dalam kemampuan bahasa, ingatan, apresiasi
aestetis, pengamatan detail dan ketangkasan tangan. Adapun alasan yang melatarbelakangi responden tidak merokok karena
tidak mau dengan jumlah 66 responden 23,3. Alasan mereka tidak mau dikaitkan akan berdampak pada prestasi atau cita-cita mereka. Jika seseorang
memiliki cita-cita atau pengharapan, baik pengaharapan jangka pendek maupun panjang, maka segala tindakannya akan cenderung terarah pada pencapaian cita-
cita tersebut. Sebagai contoh, remaja yang ingin menjadi juara disekolah, maka ia akan terus belajar giat, mengikuti kursusles atau tambahan belajar,
memperbanyak bacaan buku dan sebagainya. Remaja menyibukkan dirinya dengan berbagai prestasi daripada merokok yang hanya menghambur-hamburkan
uang untuk hal yang tidak bermanfaat. Dengan memiliki kebutuhan prestasi diharapkan remaja tidak sempat untuk coba-coba ke hal-hal yang tidak bermanfaat
termasuk merokok. Faktor karena dilarang oleh orang tua merupakan alasan terbanyak ketiga
oleh responden dengan jumlah 62 responden 21,9. Dengan adanya orang tua yang selalu mengingatkan akan bahaya rokok setiap saat, secara otomatis remaja
tersebut akan sendirinya mengambil keputusan dan berani berkata tidak atau menolak merokok walaupun diajak oleh teman-temannya.
Pernyataan menurut Davey Hussey dan Phil Lowe dalam Istiqomah 2003 mendukung hasil penelitian ini yang menjelaskan bahwa remaja mandiri,
berkualitas dan mempunyai konsep diri yang kuat, akan mengambil keputusan berbasis pada dua aspek, yaitu aspek pikiran dan aspek perasaan. Sehingga remaja
dapat memilih sendiri hal yang mana baik untuk dirinya berdasarkan dua aspek tersebut.
Adapun pertimbangan seseorang merokok dari segi pandangan agama seperti agama islam. Rokok dikatakan haram apabila menyebabkan kerugian yang
berlebihan seperti menyebabkan penyakit kanker, jantung, paru-paru dan lainnya yang berakhir pada kematian. Akan tetapi jika digunakan dalam dosis yang sesuai
rokok dapat dikatakan mubah atau makruh karena rokok bukanlah benda yang memabukkan. Para remaja berpikir bahwa menghisap 1 batang rokok dalam
63
sehari masih termasuk dalam dosis yang ringan sehingga tidak haram dalam melakukannya. Tetapi alangkah baiknya jika tidak melakukan hal tersebut dalam
hal ini merokok, karena dampak jangka panjang dari merokok dapat menyebabkan penyakit yang dapat merubah hokum mubah atau makruh menjadi
haram. Selain itu juga walaupun merokok dalam dosis yang terggolong ringan tetapi dilakukan setiap waktu sama halnya dengan menghambur-hamburkan uang
dengan sia-sia yang dalam hukum islam berarti haram karena harta dihambur- hamburkan yang menyebabkan mubazir membelanjakan uang dengan berlebih-
lebihan untuk hal yang tidak bermanfaat.
5.9 Responden Yang Sudah Berhenti Merokok