Latar Belakang 98831909 hubungan pengetahuan dan sikap tentang rokok dengan perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik PPOK, kanker paru, kanker mulut, dan kelainan kehamilan. Penyakit-penyakit tidak menular tersebut saat ini merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di negara kita Indonesia. Konsumsi tembakaurokok membunuh satu orang setiap detik. Global Youth Survey GYTS Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari 13 37,3 pelajar biasa merokok, anak laki-laki lebih tinggi dari perempuan, yaitu pada anak laki-laki sebesar 61,3 responden sedangkan pada anak perempuan sebesar 15,5 responden. Kemenkes, 2010. Tidak ada cara yang aman untuk merokok kecuali menghentikannya sama sekali. Meskipun dipasar tersedia rokok dengan kadar nikotin yang rendah namun tidak benar bahwa rokok yang rendah nikotin akan menghindarkan perokok dari bahaya nikotin. Argumentasi bahwa rokok dengan kadar nikotin yang rendah tidak berbahaya hanyalah untuk pembenaran tindakan semata. Satu hal jika ingin hidup sehat dan tidak ingin mengalami gangguan kesehatan, tidak ada kompromi, yakni berhenti dan jauhi rokok. Dalam penelitian penentuan kadar nikotin dalam sebatang rokok, menunjukkan bahwa kandungan dalam rokok kretek lebih besar dari rokok filter. Perbedaan ini selain dikarenakan perbedaan dalam pembentukannya, juga disebabkan karena asap rokok arus samping terus menerus dihasilkan selama rokok menyala walaupun tidak sedang dihisap. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang dilepaskan ke udara lebih besar dari yang dihisap oleh perokok. Hal ini membuktikan bahwa perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif Susanna dkk, 2003. Dalam penelitian lain oleh Nasution dari Universitas Sumatera Utara tentang perilaku merokok pada remaja, didapat kesimpulan bahwa perokok pada umumnya dimulai pada usia remaja diatas 13 tahun. Ada beberapa faktor yang 1 menjadi pemicu remaja merokok yaitu disebabkan oleh faktor psikologis dan dalam mengatasi stres. Semakin stres yang dialami, semakin banyak rokok yang mereka konsumsi Nasution, 2007. Dari penelitian di Indonesia, terdapat 31 responden mulai merokok di usia 10-17 tahun, 11 responden pada usia 10 tahun atau kelas V dan VI SD. Di Jakarta Selatan di antara anak umur 12-18 tahun, 80-nya telah menjadi perokok. Survei yang diadakan Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 pada anak-anak berusia 10-16 tahun menunjukkan angka perokok berusia 10 tahun 9 responden, 12 tahun 18 responden, 13 tahun 23 responden, 14 tahun 22 responden dan 15-16 tahun 28 responden Istiqomah, 2003. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi merokok di Indonesia naik dari tahun ke tahun. Persentase pada penduduk berumur 15 tahun adalah 35,4 persen aktif merokok 65,3 persen laki-laki dan 5,6 persen wanita, artinya 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif. Data dari Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010 prevalensi penduduk yang pertama kali mulai merokok tiap hari pada kelompok umur 5-9 tahun di Sulawesi Utara yaitu 1,1. Pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu 16,6 dan pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu 44,7 Riskesdas, 2010. Hal ini menunjukkan pada anak usia sekolah Menegah Pertama dengan umur berkisar 11- 15 tahun sudah tercatat ada yang telah merokok. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden Notoatmodjo, 2007. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara 2 langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek Notoatmodjo, 2007. Terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan support. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu recall. Pengukuran tidak langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 2007. Madrasah dilihat dari segi bahasa arab dari kata darasa yang artinya belajar, sedangkan Madrasah itu sendiri berarti tempat belajar. Persamaan kata Madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah, sementara itu pengertian yang berasal dari bahasa arab diatas menunjukkan bahwa tempat belajar tidak mesti di suatu tempat tertentu, tetapi bisa dilaksanakan dimana saja, misalnya dirumah, surau, langgar atau di masjid. Secara istilah madrasah berarti lembaga pendidikan yang mempunyai porsi lebih terhadap mata pelajaran agama khususnya Islam atau sering disebut dengan sekolah agama. Dalam perkembangan selanjutnya, kata Madrasah secara teknis mempunyai arti atau konotasi tertentu, yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu yang lengkap dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses belajar agama Muniarsih, 2008. Perbedaan utama madrasah dengan pesantren terletak pada sistem pendidikannya. Madrasah menganut sistem pendidikan formal dengan kurikulum nasional, pemberian pelajaran dan ujian yang terjadwal, bangku dan papan tulis seperti umumnya sekolah model Barat sedangkan pesantren menganut sistem non-formal dengan kurikulum yang sangat bersifat lokal, pemberian pelajaran yang tidak seragam, sering tanpa ujian untuk mengukur keberhasilan belajar siswa Akhwan, 2008. Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30 disamping mata pelajaran umum Muniarsih, 2008. 3 Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado merupakan salah satu sekolah Madrasah setingkat menengah pertama di Sulawesi Utara yang terletak di Kecamatan Bunaken dengan siswa yang beragama Islam. Siswa merupakan remaja generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, perlu mempersiapkan generasi mudanya sebaik mungkin. Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat di antaranya dengan membebaskan remaja dari cengkraman rokok. Hal ini menjadi alasan dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP GAMBAR PENYAKIT AKIBAT MEROKOK YANG TERDAPAT DALAM Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gambar Penyakit Akibat Merokok Yang Terdapat Dalam Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Masyarakat Di Kelura

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP GAMBAR PENYAKIT AKIBAT MEROKOK YANG TERDAPAT DALAM Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gambar Penyakit Akibat Merokok Yang Terdapat Dalam Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Masyarakat Di Kelura

0 2 21

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMP Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Merokok Dengan Perilaku Merokok Di SMPMuhammadiyah 1 Kartasura.

0 5 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 0 14

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan tentang Merokok dan Motivasi Merokok dengan Jumlah Rokok yang Dikonsumsi.

1 0 8

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA.

0 2 107

artikel KETENAGAKER JKETENAGAKERJAANAAN KETENAGAKER JKETENAGAKERJAANAAN

0 0 11

ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 78

ASOSIASI PAPARAN IKLAN ROKOK DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

1 1 93