Rumusan Masalah Manfaat Penelitian 1. Kerangka Konsep Hipotesis Desain Penelitian

Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado merupakan salah satu sekolah Madrasah setingkat menengah pertama di Sulawesi Utara yang terletak di Kecamatan Bunaken dengan siswa yang beragama Islam. Siswa merupakan remaja generasi muda penerus bangsa. Untuk itu, perlu mempersiapkan generasi mudanya sebaik mungkin. Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat di antaranya dengan membebaskan remaja dari cengkraman rokok. Hal ini menjadi alasan dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok dan apakah terdapat hubungan antara sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado tentang bahaya rokok . 2. Mengetahui gambaran sikap siswa Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado terhadap bahaya rokok. 3. Mengetahui gambaran tindakan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado tentang pencegahan merokok. 4. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado. 4 5. Mengetahui hubungan antara sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado.

1.4 Manfaat Penelitian 1.

Bagi Institusi Pendidikan a. Memberikan informasi dan masukan kepada Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado mengenai perilaku merokok pada siswa. b. Sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan yang mengatur tentang pengendalian rokok di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado. c. Sebagai bahan bacaan dan wawasan bagi siswa dalam hal pemahaman dan upaya pencegahan merokok.

2. Bagi Masyarakat dan Orang Tua

a. Bagi masyarakat dapat memberikan penjelasan apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan merokok di kalangan siswa sehingga dapat melakukan pencegahan penyakit-penyakit yang diakibatkan kebiasaan merokok. b. Bagi orang tua dapat memberikan gambaran pengaruh internal keluarga terhadap kebiasaan merokok siswa sehingga orang tua dapat memberikan upaya penanggulangan dan lebih memperhatikan perilaku khususnya merokok.

3. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam menambah pengetahuan tentang bahaya rokok dan memperluas wawasan mengenai sikap tentang bahaya rokok dan tindakan pencegahan merokok. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok 2.1.1 Pengertian Rokok Menurut PP No. 811999 Pasal 1 ayat 1, rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

2.1.2 Kandungan Rokok

Adapun beberapa zat yang terkandung dalam rokok, yaitu : 1. Nikotin Nikotin merupakan bahan kimia berminyak yang tidak berwarna dan merupakan racun paling keras. Jika sesorang menyuntikkan sejumlah nikotin yang terkandung dalam sebuah cerutu kepada seorang pria yang berpostur sedang, ia akan segera mati dalam beberapa menit. Bila cerutu dihisap, tidak semua nikotin diserap dan penyebarannya berlangsung lebih lama, yang memungkinkan tubuh untuk menanggulangi racun tersebut Istiqomah, 2003. 2. Karbon Monoksida CO Karbon monoksida merupakan gas yang lebih muda terikat dengan hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen. Akibatnya, kandungan oksigen di dalam darah menurun sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk menyediakan oksigen bagi tubuh. Dalam jangka waktu lama, kandungan karbon monoksida yang tinggi dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pengerasan ini terutama pada pembuluh darah yang membawa oksigen ke otot jantung Saktiyono, 2004. 3. Tar Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh dengan cara distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah tembakau. Tar terdapat dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang dapat 6 menyebabkan kanker pada hewan. Bilamana zat-zat itu dihisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru Nainggolan, 1990. 4. Timah Hitam Pb Setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Bila seseorang menghisap satu bungkus rokok perhari berarti menghasilkan 10 mikrogram, sedangkan batas bahaya kadar Pb dalam tubuh adalah 20 mikrogramhari Istiqomah, 2003. 5. Amoniak Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma Nainggolan, 1990. 6. Hidrogen Sianida HCN Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian Nainggolan, 1990. 7. Nitrous Oxide Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai anastesia zat pembius waktu diadakan operasi Nainggolan, 1990. 8. Fenol Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim Nainggolan, 1990. 9. Hidrogen sulfide 7 Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim zat besi yang berisi pigmen Nainggolan, 1990. 2.2 Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok 2.2.1 Pengetahuan Knowledge Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007. Apabila seseorang menerima perilaku baru atau adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sebagai contoh para siswa dilarang untuk merokok oleh orangtua atau guru di sekolah tanpa menjelaskan efek atau dampak apa yang akan terjadi, maka para siswa akan mencoba untuk merokok karena tidak didasari pengetahuan tentang bahaya rokok dan dampak yang akan terjadi apabila merokok. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu Notoatmodjo, 2007: a. Tahu know: diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami comprehension: diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. c. Aplikasi application: diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 8 d. Analisis analysis: diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis synthesis: diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Evaluation: diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang telah ada.

2.2.2 Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan

Menurut Miller yang dikutip oleh Istiqomah, “rokok merupakan penyebab utama epidemik kanker paru-paru, korbannya sebanding banyaknya dengan korban beberapa jenis infeksi pada masa lalu, seperti: kolera, tipus, dan tuberculosis. Merokok juga merupakan penyebab utama bronchitis dan emfisema, dan timbul sesak napas selama bertahun-tahun serta mengakibatkan kematian pada akhirnya. Ini merupakan faktor pendorong terbesar yang menaikkan angka kematian karena trombisis koroner, dan juga penyebaran degenerasi arteri yang berangsur menutup arteri pada tungkai. Penutupan arteri di bagian itu menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan akhirnya menyebabkan kelumpuhan Istiqomah, 2003. Di Indonesia ada 57.000 jiwa meninggal setiap tahun akibat merokok atau 158 jiwa meninggal setiap hari akibat merokok. Selain itu, dijumpai 12-13 juta jiwa di antaranya akan meninggal pada usia muda. Sebagai penyebab polusi udara dalam ruangan, rokok memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat. Gas dalam asap rokok berupa CO, NO 2 , formaldehid, dan lain-lain yang bersifat karsinogenik. Sedangkan logam berat yang berupa cadmium Ca, arsen As, krom Cr, timah Pb, nikel Ni, dan sebagainya yang bersifat racun bagi tubuh. Gangguan akut dari populasi ruangan akibat asap rokok adalah bau kurang menyenangkan serta menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan, menstimulasi kumatnya penyakit asma, kanker paru- paru, gangguan pernapasan, dan beberapa hal penyakit menonjol bagi anak-anak, 9 misalnya penyakit telinga, infeksi saluran pernapasan. Dan batuk yang menghasilkan dahak Istiqomah, 2003. Bila seseorang merokok, maka asap tembakau dihisap, karbon monoksida dan nikotin mengalir ke dalam aliran darah dengan cara yang sama seperti oksigen lalu dialirkan ke seluruh tubuh. Unsur-unsur tembakau yang tidak diserap membentuk tar, yang akan berkumpul di dalam alur udara, paru-paru dan gigi. Merokok mengganggu kerja paru-paru yang normal karena hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida daripada oksigen. Orang yang banyak merokok berakibat paru-paru mereka banyak mengandung karbon monoksida sehingga kadar oksigen di dalam darah berjumlah lebih kecil 15 persen daripada kadar normal. Asap rokok yang dihisap oleh yang bukan perokok perokok pasif bersifat karsinogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Asap rokok membunuh satu non-perokok dari setiap 8 orang yang meninggal akibat merokok. Beberapa penelitian menemukan peningkatan resiko penyakit yang serius disebabkan terpapar oleh asap rokok. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan resiko terkena penyakit jantung akibat terpapar asap rokok antara 23 hingga 25 persen. Dilaporkan juga adanya penurunan yang signifikan dari coronary flow velocity reserve kecepatan aliran darah pada yang bukan perokok setelah 30 menit terpapar asap rokok, mengakibatkan menurunnya fungsi endothelial sehingga terkena penyakit kardiovaskuler. Hal ini menunjukkan walaupun seseorang terpapar asap rokok dalam waktu pendek dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan dalam jangka panjang. Lebih dari 97 juta non-perokok di Indonesia secara rutin terpapar asap rokok Lembaga Demografi Universitas Indonesia, 2008 Lingkungan sekolah sebagai lembaga terpenting dalam membentuk pola pikir anak dan memberi masukan-masukan tentang bahaya rokok melalui berbagai ilmu pengetahuan serta menanamkan sikap disiplin baik terhadap pelanggaran maupun penyalahgunaan bahan-bahan atau zat yang bersifat adiktif sehingga dapat diaplikasikan di lingkungan masyarakat.

2.2.3 Bahaya Asap Rokok Terhadap Kesehatan

10 Asap rokok yang dihisap ke dalam paru oleh perokok disebut asap rokok utama mainstream smokeMS sedangkan asap rokok yang berasal dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok samping sidestream smokeSS. Polusi udara yang ditimbulkan disebut asap rokok lingkungan ARL atau environment tobacco smoke ETS. Mereka yang menghisap ETS disebut perokok pasif. Mereka yang tidak merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok dari lingkungannya mungkin akan menderita berbagai penyakit akibat rokok kendati mereka sendiri tidak merokok. Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan asap rokok utama antara lain karena tembakau terbakar pada temperatur yang lebih rendah ketika sedang dihisap membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan lebih banyak bahan kimia. Dalam hal perokok pasif, International Non Governmental Coalition Against Tobacco INGCAT telah menyampaikan rekomendasi yang didukung oleh lebih dari 60 negara di seluruh dunia yang dimuat dalam IUALTD News Bulletin on Tobacco and Health 1997. Rekomendasi ini berbunyi ”paparan terhadap asap rokok lingkungan yang sering kali disebut perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru dan kerusakan kardiovaskuler pada orang dewasa yang tidak merokok dan dapat merusak kesehatan paru dan pernapasan pada anak” Haris dkk, 2012. Pengaruh asap rokok pada organ tubuh dapat menimbulkan kelainan atau penyakit pada hampir semua organ tubuh yaitu : a. Otak : stroke, perubahan kimia otak b. Mulut dan tenggorokan : kanker bibir, mulut, tenggorokan dan laring c. Jantung : kelemahan arteri, meningkatkan serangan jantung d. Paru : penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, asma e. Hati : kanker hati f. Abdomen : kanker lambung, pancreas dan usus besar g. Ginjal dan kandung kemih : kanker h. Reproduksi : impotensi, kanker leher rahim, mandul i. Kaki : gangrene Mekanisme asap rokok menimbulkan penyakit pada saluran pernapasan seperti Haris dkk, 2012: 11 a Penyakit paru obstruktif kronik Iritasi saluran napas oleh asap rokok dan bahan toksik lain akan menimbulkan reaksi inflamasi saluran napas sehingga terjadi deposit sel radang neutrofil maupun makrofag di tempat tersebut. Neutrofil akan mengeluarkan elastase yang berlebihan mengakibatkan metaplasia sel epitel sekretori dan hipertrofi kelenjar mukus. Elastase netrofil menghambat mucociliary clearance. Di samping itu elastase neutrofil akan merangsang produksi mukus berlebihan akibat hipertrofi kelenjar dan metaplasia sel sekretori. b Kanker paru Telah diketahui perokok merupakan faktor risiko kanker paru. Asap rokok mengandung bahan toksin dan iritan, mutagenik dan karsinogenik termasuk reactive organic radicals RORs yang memicu proliferasi sel, kerusakan kromosom, perubahan formasi DNA dan aktivasi onkogen. c Interstitial lung disease ILD Merupakan sekelompok penyakit heterogen paru umumnya ditandai dengan sesak napas, batuk kering, diffuse interstitial infiltrate yang membatasi fungsi paru dan gangguan pertukaran gas. Interstitial lung disease dapat berupa sarkoidosis, fibrosis paru idiopatik IPF, pneumokoniosis dan penyakit yang berhubungan dengan jaringan ikat. 2.3 Sikap Tentang Bahaya Rokok 2.3.1 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial Notoatmodjo, 2007. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : a. Menerima receiving: diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap seseorang terhadap rokok dapat dilihat dari perhatian orang itu terhadap sosialisasi atau penyuluhan mengenai rokok dan bahaya yang ditimbulkan dari merokok. 12 b. Merespon responding: memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa ada yang menerima ide tersebut. Misalnya seseorang dengan mengetahui dampak dari bahaya merokok, orang tersebut tidak akan mencoba untuk merokok. Bagi yang telah menjadi perokok, ia mau berusaha untuk berhenti karena mengetahui apa dampak yang akan terjadi bila terus merokok. c. Menghargai valuing: mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seseorang dengan niat ingin menolong orang lain agar tidak terjerumus lebih dalam dan menjadi pecandu berat rokok, sehingga dia mengajak orang lain untuk tidak atau berhenti merokok dengan menjelaskan bahaya rokok yang ia ketahui dengan harapan orang lain akan mendengar ajakannya dan tidak lagi merokok. d. Bertanggung jawab responsible: bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seseorang dengan pengetahuan yang ia miliki tentang rokok dan bahayanya maka ia bertanggungjawab atas apa yang dipilihnya untuk tidak merokok. Berjanji dalam dirinya untuk menolak ajakan merokok dari orang lain, menegur dengan baik apabila merokok di sekitarnya dan menyarankan kepada orang lain untuk tidak atau berhenti merokok. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting. Sikap dimulai dari subjek yang telah mendengar dan mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan oleh rokok dan bagaimana pencegahannya. Kemudian pengetahuan ini akan membawa subjek untuk berpikir dan berusaha supaya diri dari subjek tidak terkena dampak dari bahaya rokok. Dalam berpikir, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga subjek tersebut berniat untuk menjauhi atau tidak mencoba untuk merokok sebagai upaya mencegah agar diri dari subjek tidak terkena dampak bahaya rokok. Subjek ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa bahaya rokok. 13

2.3.2 Bahaya Rokok Terhadap Motivasi Belajar

Motivasi motivation adalah mengapa individu bertingkah laku, berpikir, dan memiliki perasaan dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada aktivasi dan arah dari tingkah lakunya Santrock, 2003. Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. Seseorang dapat dimotivasi untuk makan jika belum makan selama 16 jam, untuk menonton bioskop yang memutar film yang mendapatkan piala Oscar tahun ini, dan untuk mendapatkan nilai bahasa Inggris yang lebih baik pada semester yang akan datang. Dengan kata lain, kata motivasi dapat diterapkan pada tingkah laku berbagai situasi Djiwandono, 2002. Salah satu kegunaan konsep motivasi adalah menggambarkan kecenderungan umum seseorang dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat kepribadian seseorang yang relatif stabil. Motivasi sebagai suatu sifat yang stabil adalah suatu konsep yang berbeda dengan motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik atau khusus dalam situasi tertentu Djiwandono, 2002. Beberapa remaja memiliki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dan mereka menghabiskan banyak waktu dalam berusaha agar berhasil, lainnya lagi tidak bermotivasi untuk berhasil dan tidak bekerja keras agar berhasil. Kedua tipe remaja ini berbeda dalam hal motivasi berprestasi achievement motivation, keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan Santrock, 2003. Rokok mempunyai zat yang bersifat adiktif atau dapat menimbulkan efek kecanduan bagi perokok. Apabila seorang siswa mencoba untuk merokok, maka resiko yang dipilih akan mengalami kecanduan dan berbagai penyakit akibat merokok. Siapapun yang mengalami efek ketagihan akan melakukan usaha untuk selalu terus merokok. Sebagai contoh pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa yang telah kecanduan rokok dengan rela dapat meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung demi untuk menghisap sebatang rokok. Ia berusaha 14 mencari rokok yang dapat menenangkan pikirannya yang kemungkinan menjadi penyebab motivasi untuk belajar menurun. Seorang yang merokok dalam jangka waktu cukup lama semakin meningkatkan efek ketagihan dalam dirinya, sehingga tidak perduli dengan pendidikan sebagai indikator keberhasilan masa depan. Oleh karena itu, para orangtua dan guru di sekolah menjadi faktor penting selain diri siswa sendiri sebagai faktor utama dalam menumbuhkan rasa tanggungjawab dan motivasi bagi siswa remaja sebagai penerus cita-cita bangsa. 2.4 Tindakan Pencegahan Merokok 2.4.1 Tindakan Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan support dari pihak lain. Tindakan atau praktek mempunyai beberapa tingkatan Notoatmodjo, 2007, yaitu: a. Persepsi perception: merupakan praktik tingkat pertama yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin guided response: merupakan indikator praktik tingkat dua yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. c. Mekanisme mecanism: merupakan praktik tingkat tiga yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. d. Adopsi adoption: suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut tindakan atau praktek 15 practice kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan overt behavior. Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetahuan dan sikap kesehatan tersebut di atas, yaitu : a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penyakit menular dan tidak menular jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara. b. Tindakan atau praktik sehubungan dengan faktor-faktor yang terkait danatau mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara dan sebagainya. c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan utilisasi fasilitas pelayanan kesehatan.

2.4.2 Strategi World Health Organization WHO

Untuk mengatasi epidemi tembakau, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengajak negara anggotanya menerapkan strategi MPOWER. Strategi ini merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan konsumsi tembakau tahun 2007 di Indonesia. MPOWER terdiri atas 6 enam upaya pengendalian tembakau yang meliputi WHO Indonesia, 2008: 1. Monitor Prevalensi Penggunaan Tembakau dan Pencegahannya Monitoring penggunaan tembakau dan dampak yang ditimbulkannya harus diperkuat untuk kepentingan perumusan kebijakan. Saat ini 23 negara berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar penggunaan tembakau pada anak muda dan orang dewasa dan Indonesia menduduki posisi ketiga dalam proporsi perokok di dunia Global Tobacco Control Report, 2008. 2. Perlindungan Terhadap Asap Tembakau Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya perokok pasif. Lebih dari separuh Negara di dunia, dengan populasi mendekati 23 penduduk dunia, masih membolehkan merokok di kantor pemerintah, tempat kerja dan di dalam gedung WHO Indonesia, 2008. 16 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 pasal 22 menjelaskan peraturan tentang kawasan bebas rokok yaitu setiap ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi danatau penggunaan rokok PP No. 19 tahun 2003. 3. Optimalisasi Dukungan Untuk Berhenti Merokok Ada 3 tiga bantuan yang diberikan seperti pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer, quitline atau telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah diakses dan cuma-cuma serta terapi obat yang murah dengan pengawasan dokter. 4. Waspadakan Masyarakat Akan Bahaya Tembakau Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar penyakit akibat rokok. 5. Eliminasi Iklan, Promosi, Dan Sponsor Tembakau Larangan terhadap promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh untuk memerangi tembakau. Di seluruh dunia, perusahaan tembakau menghabiskan 10 milyar US Dollar setiap tahunnya untuk biaya promosi WHO Indonesia, 2008. 6. Raih Kenaikan Cukai Tembakau Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.

2.4.3 Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah

Dalam mendukung peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Bagian Keenam tentang Kawasan Tanpa Rokok bahwa pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok di tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar dalam hal ini sekolah. 17 Untuk mewujudkan pengembangan kawasan tanpa rokok di sekolah, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyusun langkah-langkah pengembangan kawasan tanpa rokok di tempat proses belajar mengajar. Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pemimpinpengelola tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Yang perlu dilakukan oleh pimpinanpengelola dalam hal ini kepala sekolah untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut Kemenkes, 2011: a. Analisis Situasi Penentu kebijakanpimpinan di tempat proses belajar mengajar dalam hal ini kepala sekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran seperti karyawan, guru dan siswa terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. b. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusun Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Antara pimpinan sekolah, karyawan dan guru yang mewakili perokok dan bukan perokok melakukan pertemuan atau rapat untuk menyampaikan maksud dan tujuan diadakan Kawasan Tanpa Rokok, membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok, meminta masukan dan saran tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya serta membahas cara sosialisasi yang efektif bagi guru, karyawan dan siswa. c. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Komite atau kelompok kerja yang terbentuk selanjutnya membuat kebijakan yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya. d. Penyiapan Infrastuktur Membuat surat keputusan dari pimpinan atau kepala sekolah tentang penanggung jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah, menyediakan instrument pengawasan, menyediakan materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok, pembuatan dan penempatan larangan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan 18 Tanpa Rokok di sekolah melalui poster, stiker dan sebagainya, pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok dan pelatihan bagi karyawan, guru dan siswa tentang cara berhenti merokok. e. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Melakukan sosialisasi tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan internal bagi karyawan, guru dan siswa, melaksanakan sosialisasi tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan, guru dan siswa melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan sebagainya, penyediaan tempat bertanya dan pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok. g. Pengawasan dan Penegakan Hukum Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah dan mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku dan melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas pengawasan yang ditunjuk baik diminta atau tidak. h. Pemantauan dan Evaluasi Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang telah dilaksanakan, meminta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan dan putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan. 2.5 Remaja 2.5.1 Pengertian Remaja Menurut Depkes RI 2005, masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak- kanak ke dewasa muda. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun dengan 21 atau 22 19 tahun adalah remaja akhir. Menurut Hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya Ali dan Asrori, 2011.

2.5.2 Makna Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja seperti Debrune mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak- kanak dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahunan Ali dan Asrori, 2011. Masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Adapun masa remaja menjadi masa remaja awal 13 hingga 16 atau 17 tahun dan masa remaja akhir 16 atau17 tahun hingga 18 tahun. Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan masa dewasa Ali dan Asrori 2011. Masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka dimana pembentukan cita- cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

2.5.3 Aspek Perkembangan Pada Remaja

Dalam perkembangan remaja terbagi menjadi tiga aspek sebagai berikut Jahja, 2011: 1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. 20 Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif. 2. Perkembangan Kognitif Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide ini. 3. Perkembangan Kepribadian Sosial Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orangtua. 21

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado. 2. Ada hubungan antara sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado. 22 Tindakan siswa dalam pencegahan merokok BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh pada saat melakukan penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP GAMBAR PENYAKIT AKIBAT MEROKOK YANG TERDAPAT DALAM Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gambar Penyakit Akibat Merokok Yang Terdapat Dalam Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Masyarakat Di Kelura

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP GAMBAR PENYAKIT AKIBAT MEROKOK YANG TERDAPAT DALAM Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Gambar Penyakit Akibat Merokok Yang Terdapat Dalam Kemasan Rokok Dengan Perilaku Merokok Masyarakat Di Kelura

0 2 21

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMP Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Merokok Dengan Perilaku Merokok Di SMPMuhammadiyah 1 Kartasura.

0 5 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 0 14

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan tentang Merokok dan Motivasi Merokok dengan Jumlah Rokok yang Dikonsumsi.

1 0 8

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA.

0 2 107

artikel KETENAGAKER JKETENAGAKERJAANAAN KETENAGAKER JKETENAGAKERJAANAAN

0 0 11

ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 78

ASOSIASI PAPARAN IKLAN ROKOK DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

1 1 93