Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 pasal 22 menjelaskan peraturan tentang kawasan bebas rokok yaitu setiap ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi danatau penggunaan rokok PP No. 19 tahun 2003.
3. Optimalisasi Dukungan Untuk Berhenti Merokok Ada 3 tiga bantuan yang diberikan seperti pelayanan konsultasi bantuan
berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer, quitline atau telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah diakses dan
cuma-cuma serta terapi obat yang murah dengan pengawasan dokter. 4. Waspadakan Masyarakat Akan Bahaya Tembakau
Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah,
pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar penyakit akibat rokok.
5. Eliminasi Iklan, Promosi, Dan Sponsor Tembakau Larangan terhadap promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh
untuk memerangi tembakau. Di seluruh dunia, perusahaan tembakau menghabiskan 10 milyar US Dollar setiap tahunnya untuk biaya promosi
WHO Indonesia, 2008. 6. Raih Kenaikan Cukai Tembakau
Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.
2.4.3 Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah
Dalam mendukung peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Bagian Keenam tentang Kawasan
Tanpa Rokok bahwa pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok di tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat secara spesifik
sebagai tempat proses belajar mengajar dalam hal ini sekolah.
17
Untuk mewujudkan pengembangan kawasan tanpa rokok di sekolah, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyusun langkah-langkah
pengembangan kawasan tanpa rokok di tempat proses belajar mengajar. Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pemimpinpengelola
tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Yang perlu
dilakukan oleh pimpinanpengelola dalam hal ini kepala sekolah untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut Kemenkes,
2011: a.
Analisis Situasi Penentu kebijakanpimpinan di tempat proses belajar mengajar dalam hal ini
kepala sekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran seperti
karyawan, guru dan siswa terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. b.
Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusun Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Antara pimpinan sekolah, karyawan dan guru yang mewakili perokok dan bukan perokok melakukan pertemuan atau rapat untuk menyampaikan
maksud dan tujuan diadakan Kawasan Tanpa Rokok, membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok, meminta masukan
dan saran tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya
serta membahas cara sosialisasi yang efektif bagi guru, karyawan dan siswa. c.
Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Komite atau kelompok kerja yang terbentuk selanjutnya membuat kebijakan
yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya. d.
Penyiapan Infrastuktur Membuat surat keputusan dari pimpinan atau kepala sekolah tentang
penanggung jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah, menyediakan instrument pengawasan, menyediakan materi sosialisasi
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, pembuatan dan penempatan larangan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan
18
Tanpa Rokok di sekolah melalui poster, stiker dan sebagainya, pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok dan pelatihan bagi karyawan, guru dan
siswa tentang cara berhenti merokok. e.
Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Melakukan sosialisasi tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok di
lingkungan internal bagi karyawan, guru dan siswa, melaksanakan sosialisasi tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan, guru dan siswa melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan
sebagainya, penyediaan tempat bertanya dan pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
g. Pengawasan dan Penegakan Hukum
Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah dan mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku dan melaporkan hasil
pengawasan kepada otoritas pengawasan yang ditunjuk baik diminta atau tidak.
h. Pemantauan dan Evaluasi
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang telah dilaksanakan, meminta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap
masalah yang ditemukan dan putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.
2.5 Remaja 2.5.1 Pengertian Remaja