Hasil pengujian menerima hipotesis yang diajukan. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
Suharli 2007,
Vianita dan Amperaningrum 2012 serta Susilowati 2005 yang
menjelaskan tidak adanya pengaruh signifikan antara current ratio perusahaan dengan pembagian dividen
tunai. Hal ini dapat menjelaskan bahwa ada kemungkinan likuiditas tidak
digunakan untuk membayar dividen tetapi dialokasikan pada pembelian aktiva tetap atau aktiva
lancar guna memanfaatkan kesempatan investasi yang ada serta untuk biaya operasional. Namun dalam penelitian ini mengindikasikan adanya
pengaruh current ratio terhadap dividen tunai,
semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut melakukan
pembagian dividen tunai. Ini terjadi apabila kas sebagai aktiva lancar pada perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya karena dividen
tunai diambil dari kas perusahaan. Tanda negatif dalam penelitian ini mengindikasikan jika posisi likuiditas perusahaan rendah karena dividen
merupakan cash outflow maka dividen tergantung dari kemampuan membayar current ratio perusahaan. Apabila perusahaan menurunkan dividen maka
pemegang saham akan menganggap penurunan dividen sebagai tanda perusahaan sedang mengalami kesulitan finansial. Biasanya perusahaan lebih
memperhitungkan cash ratio sebagai faktor dalam kebijakan pembagian dividen tunai karena lebih memperhitungkan besar kas yang tersedia di perusahaan itu.
b. Pengaruh DTA terhadap Dividen Tunai
Hasil pengujian variabel debt total asset terhadap dividen tunai menggunakan uji t, diperoleh t
hitung
=
-2,691
yang lebih kecil dari t
tabel
-1,9855
Universitas Sumatera Utara
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 yang lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DTA berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap dividen tunai.
Hasil
ini sejalan dengan teori yang ada akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian Susilowati 2005 yang
menjelaskan tidak ada pengaruh antara
Debt to Total Asset DTA
dengan pembagian dividen tunai. Hal ini mengindikasikan bahwa DTA tidak dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan
dalam pembayaran dividen kas, sehingga para pemegang saham tidak terlalu penting untuk mempertimbangkan DTA ketika pemegang saham tersebut mengharapkan
dividen kas yang akan dibayarkan oleh perusahaan.
Perusahaan dengan rasio debt yang lebih tinggi cenderung membayar dividen yang lebih kecil, atau dengan kata lain tingkat pembayaran dividen
berhubungan negatif dengan tingkat leverage perusahaan. Ini terjadi apabila perusahaan memiliki hutang jangka pendek yang lebih besar, karena perusahaan
lebih dahulu melunasi hutang jangka pendeknya. Sedangkan bila perusahaan memiliki hutang jangka panjang, perusahaan tersebut dapat menunda pelunasan
dan membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang berutang memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok utang dan jika tidak dapat
memenuhinya dapat dilikuidasi. Risiko ini menyebabkan rendahnya pembayaran dividen karena perusahaan perlu menjaga cashflow internalnya untuk membayar
kewajibannya daripada membagikannya kepada pemegang saham. Rozeff 1982 menyatakan perusahaan dengan leverage tinggi cenderung memiliki rasio
pembagian dividen yang rendah untuk mengurangi transaction cost yang berhubungan dengan pembiayaan dari luar. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
sekarang yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen secara signifikan.
c. Pengaruh IOS terhadap Dividen Tunai