19 | P a g e
Pada RAN-GRK terdapat Kebijakan pengelolaan limbah sampah dalam rangka mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan pengelolaan sampah dengan penerapan konsep 3R
Reduce, Reuse, Recycle
, fasilitasi prasarana pengumpulanpengangkutan sampah, pembangunan peningkatan Tempat Pemrosesan akhir TPA sampah menjadi
sanitary landfill
dan juga pengembangan TPA yang terpadu dengan teknologi pemanfaatan GRK untuk energi.
Dalam ICCSR, kebijakan pengelolaan sampah ke depan sekurangnya harus menerapkan dua kebijakan utama. Kebijakan pertama adalah pengurangan
reduce
sampah di sumber sebanyak mungkin, digunakan kembali
reuse
dan didaur ulang
recycle
3R sebelum diangkut ke TPA. Kebijakan kedua yaitu pengelolaan sampah harus dilakukan dengan mengintegrasikan partisipasi
masyarakat. Dua kebijakan ini digunakan sebagai prinsip dasar pengelolaan sampah sebagaimana yang dideskripsikan di dalam undang-undang pengelolaan sampah. Sementara itu,
partisipasi aktif masyarakat dalam program 3R sampah padat dimulai dari tingkat perumahan dengan mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat. Partisipasi industri juga
akan dilakukan dengan melaksanakan EPR
Extended Producer Responsibility
yaitu prinsip untuk produsen dan importir sampah B3.
Pada Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014 arahan kebijakannya berupa pengelolaan persampahan dikelola secara lebih efektif dan efisien melalui pola BLU Badan
Layanan Umum ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Dalam 5
lima tahun ke depan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum merencanakan untuk terus mendorong berbagai alternatif pembiayaan untuk investasi pembangunan
infrastruktur, termasuk
pola-pola KPS, yang salah satunya pengelolaan persampahan.
2.3 Peran Institusi dan Kewenangannya
Penyiapan institusi untuk RAD GRK pada tingkat provinsi juga perlu diawali dengan inventarisasi kewenangan pada setiap sektor yang terkait dengan emisi gas rumah kaca. Panduan
ini memberikan gambaran kewenangan yang dapat dan tidak dapat dilakukan lembaga di tingkat provinsi dan kabupatenkota pada sektor terkait emisi GRK dengan mengacu kepada kegiatan
yang ada di dalam RAN-GRK dan berdasarkan kerangka kelembagaan yang ada UU 322004, dan PP 382007.
2.3.1 Kerangka Institusi Nasional
Penyiapan institusi untuk RAD GRK pada tingkat provinsi juga perlu diawali dengan inventarisasi pembagian kewenangan urusan kepemerintahan pada setiap sektor yang terkait
dengan emisi gas rumah kaca. Panduan ini memberikan gambaran kewenangan dari nasional, provinsi, dan kotakabupaten terhadap program-program yang terdapat pada RAN-GRK. Dengan
mengacu kepada UU 322004 dan PP 382007 maka dari program yang ada di dalam RAN-GRK setiap sektornya dapat diketahui kewenangan setiap lembaga Nasional. Provinsi,
KotaKabupaten untuk melaksanakan program pada RAN-GRK tersebut.
20 | P a g e
Perlu dipahami bahwa RAN GRK mengatur pembagian kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca ke dalam beberapa bidang yang pada Dokumen RAN PI ataupun ICCSR diklasifikasikan
sebagai sektor dan juga terdapat beberapa perbedaan di dalamnya. Pembagian ini kemudian perlu diselaraskan dengan pengaturan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar susunan
pemerintahan, sebagaiman diatur di dalam PP 382007. Berikut ialah tabel komparasi sektor bidang kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca :
Tabel 2.1 Komparasi Pembagian Sektor – Bidang – Urusan Pemerintahan terkait Kegiatan
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
ICCSR RAN GRK
PP 38 2007
1 Sektor Transportasi
2 Sektor Kehutanan
3 Sektor Industri
4 Sektor Energi
5 Sektor Pengelolaan
Persampahan 1
Bidang Kehutanan dan Pengelolaan Lahan Gambut
2 Bidang Pertanian
3 Bidang Energi dan Transportasi
4 Bidang Industri
5 Bidang Pengelolaan Limbah
1 Pekerjaan umum
2 Perumahan
3 Penataan ruang
4 Perencanaan pembangunan
5 Perhubungan
6 Lingkungan hidup
7 Pertanian dan ketahanan pangan
8 Kehutanan
9 Energi dan sumber daya mineral
10 Perindustrian
keterangan : PP 382007 mendefinisikan bahwa terdapat 31 urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar susunan pemerintahan, daftar di atas hanya mena mpilkan yang berkaitan dengan pembagian pada
PP 382007, ICCSR, dan Draft RAN GRK.
Kegiatan – kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca yang tercantum di dalam RAN GRK
ataupun RAD GRK nantinya pada akhirnya akan memiliki keterkaitan dengan kewenangan dan juga urusan kepemerintahan yang diemban oleh masing
– masing lembaga. Oleh karenanya, ketentuan di dalam UU 322004 mengenai Pemerintah Daerah dan juga PP 382007 mengenai
Pembagian urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah KabupatenKota
merupakan acuan
dalam penentuan
lembaga penanggungjawab maupun pelaksana kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca. Padanan
pembagian bidang kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca pada RAN GRK dengan urusan pemerintahan pada PP 382007 menunjukkan bahwa seluruh bidang berada pada urusan
pemerintahan yang dibagi persama antar tingkatan danatau susunan pemerintahan
9
. Gambar 2 memperlihatkan keterkaitan antara bidang kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca dengan
pembagian urusan pemerintahan. Pada gambar tersebut juga diindikasikan klasifikasi urusan pemerintahan yang sifatnya wajib maupun pilihan bagi Pemerintah Daerah Provinsi maupun
KabupatenKota bergantung kepada karakteristik wilayah masing
– masing. Urusan wajib ialah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah KabupatenKota berkaitan dengan pelayanan dasar
10
. Adapun urusan pilihan
9
Lihat PP 382007 pasal 2
10
PP 382007, pasal 7, ayat 1
21 | P a g e
adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan
11
.
Tabel 2.2 Keterkaitan Bidang Pengurangan Emisi GRK pada RAN dengan Pembagian Urusan Pemerintahan
Bidang Pembagian Urusan Pemerintah PP 37 Tahun 2008
Urusan Wajib Urusan Pilihan
P e
k er
jaan U
mu m
P er
u mah
an P
e n
ata an
R u
an g
P er
e n
can aan
P emb
an gu
n an
P er
h u
b u
n gan
Li n
gk u
n gan
H id
u p
P er
tan ian
d an
K e
tah an
an P
an gan
K e
h u
tan an
P er
in d
u str
ian
En e
r g
i d
an S
u mb
e r
D aya
M in
er a
l
Pengelolaan Limbah √
√ Kehutanan dan Pengelolaan Lahan Gambut
√ √
√ √
Pertanian √
√ √
Energi dan Transportasi √
√ √
√ Industri
√ √
Sumber : Disarikan dari PP 38 Tahun 2007
Dalam pembagian urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan, pada umumnya terdapat beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan; yakni eksternalitas,
akuntabilitias, dan efisiensi dengan memperhatikan hubungan antar tingkatan danatau susunan pemerintahan
12
. Pada praktiknya, pembagian urusan pemerintahan ini sifatnya akan sangat konktektual dan sangat dimungkinkan untuk terjadi perbedaan antara suatu periode ke periode
lainnya maupun antar daerah. Oleh karenanya pada pengaturan teknis untuk setiap bidang urusan pemerintahan perlu dilakukan dengan melihat pengaturan yang dilakukan melalui
kementerianlembaga pemerintahan non departemen yang membidangi urusan pemerintah tersebut.
Secara umum Pemerintah Pusat melalui MenteriKepala Lembaga Pemerintah Non Departemen memiliki kewenangan untuk menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria NSPK untuk
pelaksanaan urusan wajib dan pilihan. NSPK tersebut kemudian berfungsi sebagai pedoman bagi
11
PP 382007, pasal 7, ayat 3
12
PP 382007, Pasal 4
22 | P a g e
Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota dalam melaksanakan setiap urusan wajib serta pilihan tersebut. Tabel 2 di bawah memberikan ilustrasi pembagian
kewenangan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah KotaKabupaten berdasarkan PP 382007. Hal tersebut merupakan kerangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang juga melingkupi kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Tabel 2.3 Kerangka Pembagian Urusan Pemerintahan
Pemerintah Pusat
a Penyelenggaraan sendiri urusan pemerintahan
b Pelimpahan sebagian urusan pemerintahan kepada gubernur selaku wakil Pemerintah
dalam rangka dekonsentrasi c
Penugasan sebagian urusan pemerintahan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan asas tugas pembantuan.
Pemerintah Provinsi
a Penyelenggaraan sendiri urusan pemerintahan tingkat Provinsi
b Penugasan sebagian urusan pemerintahan kepada pemerintahan daerah kabupatenkota
berdasarkan asas tugas pembantuan
Pemerintah KabupatenKota
a Penyelenggaraan sendiri urusan pemerintahan tingkat KabupatenKota
b Penugasan sebagian urusan pemerintahan kepada pemerintahan desa berdasarkan asas
tugas pembantuan
RAD GRK, sebagai bagian tidak terpisahkan upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang direncanakan di dalam RAN GRK, perlu dilaksanakan dalam kerangka institusi yang sesuai dan
telah ditetapkan sebelumnya. Kerangka institusi nasional yang berperan dalam mendukung pelaksanaan RAN GRK telah ditetapkan dengan melibatkan beberapa komponen sebagai berikut:
Tabel 2.4 Kerangka Institusi Pendukung Pelaksanaan RAN GRK
Institusi Tugas Peran
Kementerian Koordinator
Perekonomian a
Melakukan koordinasi pelaksanaan dan pemantauan RAN GRK dengan melibatkan para Menteri dan Gubernur yang terkait dengan upaya penurunan emisi gas rumah
kaca. b
Melaporkan pelaksanaan RAN GRK yang terintegrasi kepada Presiden paling sedikit 1 tahun sekali.
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional Kepala Bappenas
a Mengkoordinasikan evaluasi dan kaji ulang RAN-GRK yang terintegrasi
b Melaporkan hasil evaluasi kepada Menteri Koordinator Perekonomian
c Menyusun pedoman RAD-GRK yang akan diintegrasikan dalam upaya pencapaian
target nasional penurunan emisi GRK. Kementerian
Lingkungan Hidup a
Mengkoordinasikan inventarisasi GRK yang dilakukan oleh masing-masing KementerianLembaga dan Pemerintah Daerah dan melaporkan hasil inventarisasi
GRK tersebut kepada Menteri Koordinator Perekonomian. b
Menyusun pedoman dan metodologi MRV
Measurable Reportable Verifiable
Kementerian Dalam Negeri
Memfasilitasi penyusunan RAD-GRK bersama-sama dengan Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas dan Menteri Lingkungan Hidup
23 | P a g e
Kementerian Lembaga a
Melaksanakan RAN-GRK dan inventarisasi GRK pada KementerianLembaga masing-masing.
b Memantau pelaksanaan RAN-GRK secara berkala.
c Melaporkan pelaksanaan kegiatan RAN-GRK yang telah terverifikasi kepada
Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bappenas, dan Menteri Lingkungan Hidup secara berkala, minimal
satu tahun sekali.
Gubernur Pemerintah Provinsi
a Menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca RAD-GRK
yang mengacu pada RAN-GRK dan sesuai dengan prioritas pembangunan daerah berdasarkan kemampuan APBD dan masyarakat.
b Menetapkan RAD GRK melalui Peraturan Gubernur
c Menyampaikan RAD-GRK kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perencanaan
Pembangunan NasionalKepala Bappenas untuk diintegrasikan dalam upaya pencapaian target nasional penurunan emisi GRK.
Sumber: RAN GRK, 2010
Diadaptasikan dari: Kementerian Lingkungan Hidup, 2009
Gambar 2.2 Proses Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca dan Institusi
Penyiapan institusi juga memerlukan pemahaman distribusi kewenangan antar tingkat pemerintahan yang terkait dengan perubahan iklim. Pemerintah Pusat pada dasarnya adalah
membangunan kebijakan umum yang dilengkapi dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria NSPK Nurhadi, 2009. Pemerintah Provinsi, di sisi lain, adalah perpanjangan tangan dari
Pemerintah Pusat di daerah: Dengan demikian memiliki kewenangan untuk pengendalian implementasi kebijakan nasional dan NSPK. Pemerintah Provinsi juga memiliki peran dalam
memfasilitasi isu antar kabupatenkota. Adapun konteks desentralisasi untuk setiap sektor pada dasarnya berbeda tergantung konteks kebutuhan sektoral.
24 | P a g e
2.4 Pra Kondisi Institusi: Penyesuaian Kegiatan Antar Jenjang Kepemerintahan