16 | P a g e
Rencana Strategis Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014 disusun berdasarkan kondisi saat ini dan permasalahan serta isu-isu strategis dalam pembangunan kehutanan ke
depan. Berdasarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional mengenai peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan, Kementerian Kehutanan memiliki visi yang
tertuang di dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010-
2014, yaitu “Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan
”. Guna mewujudkan visi tersebut ditetapkan beberapa misi Kementerian Kehutanan, dengan arah kebijakan prioritas pembangunan pada;
1. Pemantapan kawasan hutan.
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai DAS.
3. Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan.
4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan.
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.
7. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan.
8. Penguatan kelembagaan kehutanan.
2.2.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian
Hubungan antara kegiatan pertanian dengan emisi gas rumah kaca pada dasarnya berasal dari fungsi penanaman dan perubahan guna lahan sebagai akibat dari kegiatan pertanian. Beberapa
peraturan telah diterbitkan terkait dengan hal ini, diantaranya Peraturan Menteri Pertanian 502007, 472006, 262007, 142009, dan lainnya. Peraturan
– peraturan terkini memperketat ketentuan untuk penggunaan lahan gambut bagi perkebunan tertentu, misalnya sawit, tidak hanya
mempertimbangkan kedalaman rawa gambut 3m, tetapi juga komposisi tanah di bawah gambut, kematangan gambut, dan kesuburan lahan gambut; dengan demikian akan
mempengaruhi jumlah emisi gas rumah kaca.
Pada RAN-GRK, Kebijakan pembangunan pertanian diarahkan untuk meminimalisasi dampak negatif dari perubahan iklim dan berkontribusi dalam penurunan emisi GRK, yang dilakukan
melalui i mensinergikan dan mengintegrasikan kebijakan, perencanaan, dan program pada seluruh pemangku kepentingan di bidang pertanian seperti, dengan Kementerian Pekerjaan
Umum misalnya untuk ketersediaan air dan infrastruktur, Kementerian Kehutanan misalnya untuk REDD+, dan Pemerintah Daerah.
Dalam ICCSR, kebijakan pada sektor pertanian secara umum adalah meminimalisasi dampak negatif dari fenomena alam tersebut agar sasaran pembangunan pertanian tetap dapat dicapai.
Kebijakan juga diarahkan untuk meningkatkan peran sektor pertanian, terutama subsektor perkebunan dan subsektor pertanian di lahan gambut, dalam menurunkan emisi GRK. Secara
rinci kebijakan yang akan ditempuh adalah:
1. Meningkatkan pemahaman petani dan pihak terkait dalam mengantisipasi perubahan
iklim.
17 | P a g e
2. Meningkatkan kemampuan sektor pertanian untuk beradaptasi dengan perubahan iklim,
termasuk didalamnya membangun sistem asuransi perubahan iklim. 3.
Merakit dan menerapkan teknologi tepat guna dalam memitigasi emisi GRK, dan 4.
Meningkatkan kinerja penelitian dan pengembangan di bidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Pada RENSTRA Departemen Pertanian 2010-2014 terdapat persiapan terhadap antisipasi dari perubahan iklim diperlukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi
dan delineasi wilayah yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Selain itu, perlu diciptakan dan disiapkan berbagai
teknologi adaptif baik untuk adaptasi maupun mitigasi, seperti varietas unggul, teknologi pengelolaan lahan dan air, pemupukan serta paket-paket teknologi adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim, dan sebagainya.
2.2.4 Kebijakan Terkait Sektor Industri