Kebijakan Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

11 | P a g e nasional maupun berbagai skenario penurunan emisi dari emisi per sektornya. Salah satu pertimbangan utama agar program-program mitigasi dapat dikategorikan dalam program NAMAs adalah program-program yang berbiaya murah least cost principle . Kedudukan program-program mitigasi dalam dokumen RAD dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari program-program NAMAs, jika program-program tersebut mengacu kepada Nasional baseline. Selanjutnya, jika dari aspek biaya program-program dari RAD ada yang termasuk dalam kategori biaya yang lebih murah, maka dapat diusulkan masuk dalam program- program NAMAs. Selanjutnya biaya yang akan dikeluarkan untuk melakukan program-program tersebut dapat bersumber atau mendapat insentif dari pemerintah pusat.

2.2.1 Kebijakan Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Dokumen ICCSR, Yellow Book, dan RAN GRK memberikan pengayaan kepada setiap bentuk produk perencanaan pembangunan. Dalam hal ini mengikuti tatanan yang diatur di dalam UU 252004 mengenai Sistem Pembangunan Nasional. UU 252004 tersebut membagi produk perencanaan pembangunan ke dalam 3 jenis : a perencanaan jangka panjang – Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Daerah, b perencanaan jangka menengah – Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Daerah Rencana Strategis KL, serta c rencana tahunan – Rencana Kerja Pembangunan Rencana Kerja KL. Dengan demikian, pada dasarnya belum terdapat keterkaitan langsung antara dokumen kebijakan yang memperkaya Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam hal perubahan iklim maupun dari Undang – undang mengenai lingkungan hidup kepada penyusunan RAD GRK. Ketentuan langsung yang mengamanatkan penyusun RAD – GRK terdapat pada RAN GRK, yang juga berarti bahwa RAN GRK adalah acuan penyusunan dan substansi RAD GRK. Namun demikian, RAD GRK yang diusulkan Pemerintah Daerah juga berfungsi sebagai bahan untuk mengkaji ulang target dan aksi pada RAN GRK 2 . Dokumen kebijakan pada tingkat nasional memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan penyusunan RAD – GRK pada tingkat Provinsi Gambar 1. Lebih lanjut, ini merupakan kombinasi dari hubungan Dokumen ICCSR dengan Sistem Pembangunan Nasional serta Dokumen RAN GRK dengan Sistem Pembangunan Nasional 3 . Kombinasi tersebut menjelaskan bagaimana keterkaitan Dokumen ICCSR, RAN GRK, dan RAD GRK yang dihasilkan oleh Pemerintah Provinsi. RAD GRK tentu perlu disusun karena merupakan ketentuan langsung yang diatur di dalam Peraturan Presiden mengenai RAN GRK, kemudian Gambar 1 menjelaskan bahwa substansi peta jalan Roadmap pengurangan emisi pada setiap sektor di dalam ICCSR pada dasarnya dapat diadopsi dijadikan pertimbangan oleh Pemerintah Provinsi untuk menentukan aksi mitigasi. 2 Draft RAN GRK, Pasal 4 ayat 3, Pasal 5, dan Pasal 8 ayat 4 3 Dokumen Laporan Sintesis ICCSR Halaman 8 Bappenas, 2010 dan RAN GRK Bappenas, 2010 untuk melihat keterkaitan ICCSR – Sistem Pembangunan Nasional dan RAN GRK – Sistem Pembangunan Nasional 12 | P a g e Gambar 2.1 Kerangka Keterkaitan DokumenKebijakan Nasional-Daerah dengan RAD GRK Indonesia Climate Change Sektoral Roadmap ICCSR ICCSR dipublikasikan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional pada Maret 2010. Dokumen ICCSR diharapkan dapat memberikan panduan pedoman yang detail dan sebagai alat untuk mengarustuamakan perubahan iklim di dalam setiap sektor ataupun lintas sektor pembangunan. Dokumen ICCSR bertujuan untuk mengatur target nasional, target sektoral, capaian dan prioritas aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim 4 . Ruang lingkup ICCSR merupakan kombinasi roadmap untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pedoman inisiatif terkait mitigasi emisi gasr rumah kaca yang disediakan di dalam ICCSR setidaknya meliputi lima hal : 1. Inventori emisi CO2 yang akan direvisi serta penyesuaiannya pada 2015. 2. Penyediaan panduan kebijakan untuk pengurangan emisi gas rumah kaca dari proyeksi scenario business as usual sebesar 26 pada tahun 2020 menggunakan sumberdaya nasional serta 41 dengan dukungan internasional. 4 ICCSR, 2010, Bappenas, p.6 13 | P a g e 3. Implementasi mitigasi yang mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional 2025. 4. Peningkatan energi alternatif. 5. Adopsi low-carbon development bagi seluruh sektor yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Secara konseptual peta jalan untuk mengadopsi usaha mitigasi terhadap sistem pembangunan yang disediakan oleh dokumen ICCSR meliputi 5 : a. Penentuan sektor mitigasi. b. Penguatan basis ilmiah. c. Status emisi inventori. d. Penentuan potensi reduksi emisi gas rumah kaca. e. Rekomendasi strategi mitigasi. f. Integrasi ke dalam sistem pembangunan nasional. Formulasi prioritas mitigasi diharapkan berasal dari studi terkini mengenai inventori emisi Inventori Gas Rumah kaca nasional, ICCSR juga memberi catatan bahwa hal ini sangat mungkin untuk diperbaharui sesuai perkembangan lebih lanjut pada konteks nasional maupun internasional 6 . Adapun pada dokumen ICCSR, sektor mitigasi emisi gas rumah kaca dibagi atas sektor transportasi, kehutanan, industri, energi, dan pengelolaan persampahan. Dalam pengaturan aktivitas mitigasi pada setiap sektor, dokumen ICCSR mengklasifikasikannya ke dalam tiga kategori sebagai berikut: 1 Dalam pengaturan aktivitas mitigasi pada setiap sektor, dokumen ICCSR mengklasifikasikannya ke dalam tiga kategori Kategori 1 Manajemen Data, Informasi, dan Pengetahuan ; 2 Kategori 2 Perencanaan dan Kebijakan, Peraturan, dan Pengembangan Institusi; 3 Kategori 3 Implementasi, Kontrol, dan Evaluasi. Penyusunan strategi dan aktivitias mitigasi pada setiap sektor di dalam ICCSR setidaknya meliputi penjelasan mengenai kegiatan, instansi terkait, lokasi kegiatan, serta waktu pelaksanaan. Kerangka waktu pelaksaan yang disusun terbagi ke dalam kurun waktu 2010 – 2029. “Yellow Book” National Development Planning: Indonesia’s Response to Climate Change Dokumen Yellow Book dipublikasikan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Dokumen ini dimaksudkan untuk menjembatani isu sektoral dan lintas sektoral yang sensitif terhadap perubahan iklim dan juga hubungannya dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional. Dokumen ini juga bertindak untuk mempertajam dan melengkapi susbtansi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010 – 2014. Secara umum maksud penyusunan dokumen ini meliputi : 1 integrasi program adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan sistem perencanaan pembangunan, 2 menyajikan prioritas sektoral dan lintas sektoral 5 ICCSR, 2010, Bappenas, p.6 6 ICCSR, 2010, Bappenas, p.9 14 | P a g e atas perubahan iklim di dalam kerangkan pembangunan berkelanjutan, 3 memberikan gambaran mekanisme pembiayaan dan institusi untuk mengimplementasikan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, 4 memberikan gambaran kerjasama di dalam kerangka perubahan iklim 7 . Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca RAN GRK RAN GRK adalah dokumen kerja yang menyediakan landasan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat serta pelaku ekonomi untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca dalam periode 2010-2020 yang sesuai dengan target pembangunan nasional. RAN GRK merupakan acuan utama bagi aktor pembangunan di tingkat nasional, provinsi, dan kotakabupaten dalam perencanaan, implementasi, monitor, dan evaluasi pengurangan emisi gas rumah kaca. Proses legalisasi RAN GRK dibuat melalui Peraturan Presiden. RAN GRK mengamanatkan kepada Pemerintah Provinsi untuk menyusun rencana aksi pengurangan emisi untuk tingkat provinsi, yang selanjutnya disebut dengan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca RAD GRK 8 . Substansi pada RAN GRK merupakan dasar bagi setiap provinsi dalam mengembangkan RAD GRK sesuai dengan kemampuan serta keterkaitannya terhadap kebijakan pembangunan masing – masing provinsi. Dengan demikian, RAD GRK kemudian akan ditetapkan melalui Peraturan Gubernur. Penyusunan RAD GRK diharapkan merupakan proses bottom-up yang menggambarkan bagaimana langkah yang akan ditempuh setiap provinsi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sesuai dengan kapasitas masing – masing. Lebih lanjut, setiap Pemerintah Provinsi perlu menghitung besar emisi gas rumah kaca masing – masing, target pengurangan, dan jenis sektor yang akan dikurangi emisinya. Namun demikian, Pemerintah Provinsi juga tetap harus memastikan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca di daerahnya tetap berkontribusi terhadap target pengurangan di tingkat nasional.

2.2.2 Kebijakan Terkait Sektor Kehutanan