Kebijakan Terkait Sektor Kehutanan

14 | P a g e atas perubahan iklim di dalam kerangkan pembangunan berkelanjutan, 3 memberikan gambaran mekanisme pembiayaan dan institusi untuk mengimplementasikan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, 4 memberikan gambaran kerjasama di dalam kerangka perubahan iklim 7 . Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca RAN GRK RAN GRK adalah dokumen kerja yang menyediakan landasan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat serta pelaku ekonomi untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca dalam periode 2010-2020 yang sesuai dengan target pembangunan nasional. RAN GRK merupakan acuan utama bagi aktor pembangunan di tingkat nasional, provinsi, dan kotakabupaten dalam perencanaan, implementasi, monitor, dan evaluasi pengurangan emisi gas rumah kaca. Proses legalisasi RAN GRK dibuat melalui Peraturan Presiden. RAN GRK mengamanatkan kepada Pemerintah Provinsi untuk menyusun rencana aksi pengurangan emisi untuk tingkat provinsi, yang selanjutnya disebut dengan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca RAD GRK 8 . Substansi pada RAN GRK merupakan dasar bagi setiap provinsi dalam mengembangkan RAD GRK sesuai dengan kemampuan serta keterkaitannya terhadap kebijakan pembangunan masing – masing provinsi. Dengan demikian, RAD GRK kemudian akan ditetapkan melalui Peraturan Gubernur. Penyusunan RAD GRK diharapkan merupakan proses bottom-up yang menggambarkan bagaimana langkah yang akan ditempuh setiap provinsi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sesuai dengan kapasitas masing – masing. Lebih lanjut, setiap Pemerintah Provinsi perlu menghitung besar emisi gas rumah kaca masing – masing, target pengurangan, dan jenis sektor yang akan dikurangi emisinya. Namun demikian, Pemerintah Provinsi juga tetap harus memastikan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca di daerahnya tetap berkontribusi terhadap target pengurangan di tingkat nasional.

2.2.2 Kebijakan Terkait Sektor Kehutanan

Rencana Jangka Panjang Kementerian Kehutanan 2006 – 2025 telah mengidentifikasi beberapa strategi yang secara tidak langsung berkaitan dengan sumber emisi kebakaran hutan, konservasi hutan, dan manajemen hutan bakau. Setidaknya terdapat tiga strategi utama yang terkait dengan hal tersebut: 1 SFM – Strategi Mitigasi Hutan, 2 RED – Strategi Mitigasi Hutan, dan 3 Jenis tanaman – Strategi Mitigasi Hutan Strategi tersebut didukung dengan beberapa program seperti program riset dan pengembangan hutan, perencanaan makro hutan, stabilisasi area hutan, dan program manajemen pendukung dan teknis. Lebih lanjut, terdapat pula dua peraturan menteri; yakni Peraturan Menteri 682008 mengenai penyelenggaraan pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan dan 7 Yellow Book: Indonesia‟s Response to Climate Change, 2010, Bappenas, p.3 8 Pasal 8, Ayat 1, Draft RAN GRK, 2010 15 | P a g e Peraturan Menteri 392009 mengenai Tata cara pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan REDD. Beberapa peraturan terkait sektor kehutanan juga berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup. Di dalam Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, sektor kehutanan memiliki potensi yang besar dalam upaya penurunan emisi GRK, diantaranya yaitu pengelolaan hutan yang berkelanjutan dari hutan produksi, hutan konservasi, dan hutan lindung, serta pembatasan konversi lahan hutan menjadi non-hutan dan degradasi kualitas hutan, pengelolaan hutan pada lahan gambut dan pencegahan kebakaran hutan. Arah kebijakan untuk penurunan emisi GRK di bidang kehutanan di arahkan untuk mensinergikan program-program bidang kehutanan seperti; 1. Mensinergikan kebijakan, perencanaan, dan program para pemangku kepentingan di bidang kehutanan. 2. Mempertajam kebijakan dan langkah-langkah pengurangan emisi karbon dari bidang kehutanan yang secara efektif dapat menyelesaikan masalah penyebab deforestasi dan degradasi hutan. 3. Mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan. 4. Merevitalisasi ekosistem hutan yang terdegradasi dengan pelibatan masyarakat. 5. Menekan laju deforestasi dari berbagai gangguan seperti penebangan liar, kebakaran hutan, konversi hutan untuk kepentingan non-hutan. 6. Mengembangkan hutan tanaman untuk pemenuhan permintaan hasil hutan kayu untuk keperluan industri kehutanan. Secara umum, Indonesia mengejar strategi ganda untuk upaya mitigasi pada sektor kehutanan, yang mencerminkan dua fungsi utama hutan dalam konteks perubahan iklim, yaitu sebagai sumber karbon dan penyerap karbon. Melindungi hutan yang ada akan menjaga stok karbon dan kapasitas penyerapan, reboisasi dan rehabilitasi hutan akan meningkatkan kapasitas hutan sebagai penyerap karbon, sedangkan deforestasi dan degradasi hutan akan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Maka strategi sebagai bentuk mitigasi dapat diringkasi sebagai berikut: 1. SFM – Strategi Mitigasi Hutan 1, peningkatan stok karbon hutan dan menghindari emisi terkait dengan degradasi dan deforestasi yang tidak terencana. 2. RED – Strategi Mitigasi Hutan 2, mengurangi jumlah emisi melalui manajemen konversi lahan hutan. 3. Perkebunan – Strategi Mitigasi Hutan 3 - Meningkatkan kapasitas penyerapan karbon melalui promosi perkebunan di lahan tutupan non hutan. Dalam kebijakan saat ini banyak peran dari perkebunan untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon. Tetapi sedikit yang terencana, di luar pengembangan KPHs, untuk memastikan bahwa pohon-pohon yang terpelihara dengan baik dan tumbuh, atau untuk memantau secara akurat pertumbuhan perkebunan dan penyerapan karbon. Pembangunan dan pembentukan KPH merupakan sarana penting untuk menjaga keabadian dari penyerapan karbon di hutan dan karena itu harus dilihat sebagai prasyarat penting untuk semua aktivitas mitigasi. 16 | P a g e Rencana Strategis Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014 disusun berdasarkan kondisi saat ini dan permasalahan serta isu-isu strategis dalam pembangunan kehutanan ke depan. Berdasarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional mengenai peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan, Kementerian Kehutanan memiliki visi yang tertuang di dalam Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010- 2014, yaitu “Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan ”. Guna mewujudkan visi tersebut ditetapkan beberapa misi Kementerian Kehutanan, dengan arah kebijakan prioritas pembangunan pada; 1. Pemantapan kawasan hutan. 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai DAS. 3. Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan. 4. Konservasi keanekaragaman hayati. 5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan. 6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. 7. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan. 8. Penguatan kelembagaan kehutanan.

2.2.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian