C. Kerangka Pikir
Kinerja Reksa Dana dapat diartikan sebagai kemampuan dari Reksa Dana untuk memberikan return tertentu sesuai dengan tingkat risiko tertentu.
Semakin besar return dan makin kecil risiko yang dihasilkan maka semakin tinggi rasionya, semakin baik kinerja Reksa Dana tersebut Pratomo dan
Nugraha, 2005. Kinerja Reksa Dana dapat dijadikan tolok ukur baik tidak nya berinvestasi di suatu perusahaan Reksa Dana, sehingga hasil tersebut dapat
dijadikan panduan yang dapat membantu investor dalam memilih Reksa Dana yang baik untuk portofolio mereka. Merupakan suatu hal yang penting bagi
investor untuk mengetahui kinerja dari masing-masing Reksa Dana sebelum menentukan pilihan Reksa Dana yang tepat. Ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan sebelum menghitung kinerja Reksa Dana, yang pertama adalah mengumpulkan data NAB mingguan rata-rata dari masing-masing Reksa Dana
untuk menghitung return Reksa Dana, kemudian data IHSG yang digunakan sebagai return bencmark dan data suku bunga Bank Indonesia untuk
menghitung suku bunga bebas risiko risk free. Kemudian dari data yang diperoleh dilakukan pengukuran kinerja Reksa Dana saham menggunakan
Risk-Adjusted Return. Metode Risk-Adjusted Return yang digunakan adalah Indeks Sharpe, Indeks Treynor, Indeks Jensen ,
dan Information Ratio dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Indeks Sharpe
Metode Sharpe bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penambahan hasil investasi yang didapat untuk tiap unit risiko yang
diambil. Pengukuran kinerja Sharpe didasarkan atas konsep garis pasar modal capital market line sebagai patok duga yaitu dengan
cara membagi risk premium dengan standar deviasinya. Risk premium diperoleh dari rata-rata return portofolio dikurangi dengan rata-rata
tingkat pengembalian bebas risiko. Return portofolio Reksa Dana dapat diperoleh dari NAB Reksa Dana pada periode pengukuran
dikurangi dengan NAB Reksa Dana sebelum periode pengukuran kemudian dibagi dengan NAB Reksa Dana sebelum periode
pengukuran. Rata-rata pengembalian suku bunga bebas risiko diperoleh dari rata-rata BI rate pada periode pengukuran. Setelah Risk
premium sudah diketahui selanjutnya adalah menghitung risiko individual dari Reksa Dana yaitu standar deviasi yang merupakan
penyimpangan rata-rata dari Reksa Dana. Setelah semua diperoleh maka untuk mengetahui nilai Sharpe adalah dengan membagi Risk
premium dengan standar deviasi tersebut.
b. Indeks Treynor
Pengukuran kinerja Reksa Dana dengan menggunakan Metode Treynor dihitung dengan memperhatikan fluktuasi pasar. Dalam
penghitungannya digunakan pembagi beta yang merupakan risiko
fluktuasi terhadap risiko pasar. Sama halnya dengan indeks Sharpe, pada
indeks Treynor,
kinerja portofolio
dilihat dengan
menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaan dengan indeks Sharpe adalah
penggunaaan garis pasar sekuritas security market line sebagai patok duga yaitu dengan membagi Risk premium dengan beta portofolio.
Risk premium diperoleh dari rata-rata return portofolio dikurangi dengan suku bunga bebas risiko. Sedangkan beta diperoleh dari
persamaan regresi dari premi return portofolio dikurangi dengan return rata-rata bebas risiko sebagai variabel dependen dan return
IHSG dikurangi rata-rata return bebas risiko sebagai variabel independen. Kemudian untuk mengetahui nilai Treynor adalah dengan
membagi nilai Risk premium dengan nilai beta portofolio.
c. Indeks Jensen
Metode ini untuk mengukur aktual return terhadap teoritikal return dari portofolio dengan menggunakan prinsip CAPM Capital Asset
Pricing Model yang sejauh mana Reksa Dana dapat memberikan keuntungan diatas harga pasar. Langkah pertama dalam menghitung
indeks Jensen adalah mencari return portofolio Reksa Dana dengan menggunakan NAB Reksa Dana. Kemudian menghitung beta
portofolio yang merupakan risiko sistematis dengan menggunakan garis persamaan regresi antara variable dependen dan independen.
Rata-rata return suku bunga bebas risiko deperoleh dari BI rate. Tingkat pengembalian pasar merupakan return IHSG yang dijadikan
indeks pasar. Langkah berikutnya adalah mengurangi tingkat pengembalian pasar IHSG dengan rata-rata return bebas risiko yang
kemudian dikalikan dengan beta. Hasil perkalian tersebut
ditambahkan dengan rata-rata return bebas risiko. Langkah terakhir adalah dengan mengurangi rata-rata return portofolio Reksa Dana
dengan hasil penjumlahan tersebut.
d. M-Square Ratio
Pengukuran Sharpe dan pengukuran Treynor dapat digunakan untuk
mengukur kinerja
portofolio, tetapi
hasilnya sulit
diintepretasikan jika kinerja portofolionya dibandingkan dengan kinerja pasar Hartono, 2010.
merupakan perluasan dari metode Sharpe dengan mengalikan hasil penghitungan Sharpe dengan standar
deviasi pasar. Standar deviasi pasar diperoleh dari IHSG. Kemudian dari hasil tersebut ditambah dengan rata-rata return bebas risiko. Hasil
dari perhitungan ini menandakan bahwa return portofolio Reksa Dana telah disesuaikan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko
pasar. Selanjutnya akan diketahui apakah Reksa Dana tersebut mampu outperform atau underperform setelah hasil tersebut dikurangi dengan
return pasar IHSG. Jika nilai selisih return portofolionya positif maka Reksa Dana tersebut memiliki retrun diatas return pasar
outperform.
e. Information Ratio
Pengukuran ini merupakan rasio antara alpha dan risiko unik portofolio atau risiko non-sistematik portofolio yang disebut tracking
error dari industri. Nilai rasio ini mengukur return tidak normal per
unit risiko yang dapat didiversifikasi dengan memegang portofolio pasar. Information dapat diperoleh dari Nilai Jensen alpha yang dibagi
dengan risiko unik portofolio, risiko unik diperoleh dari nilai selisih risiko total dan risiko sistematik
. Dari analisis diatas maka akan diketahui kinerja masing-masing Reksa
Dana saham berdasarkan 5 metode diatas pada setiap periode. Langkah selanjutnya adalah membandingkan kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja
benchmark. Data yang digunakan adalah NAB per unit penyertaan dan IHSG. Kinerja Reksa Dana saham dan IHSG dapat diketahui dengan menghitung
return pada setiap periode pengukuran. Kemudian setelah diketahui masing- masing kinerja, langkah berikutnya adalah membandingkan kinerja Reksa
Dana saham dengan kinerja benchmark. Apabila kinerja Reksa Dana saham melebihi kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan outperform,
namun jika kinerja Reksa Dana saham berada di bawah kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan underperform.
D. Paradigma Penelitian