Latar Belakang Masalah ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE RISK-ADJUSTED RETURN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Investasi tidak langsung melalui investment companies Reksa Dana sebagai intermediasi keuangan sedang berkembang pesat. Reksa Dana saham merupakan jenis Reksa Dana yang paling banyak diminati, suatu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana investor yang selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio berbagai jenis saham oleh manajer investasi. Perkembangan pesat ini ditinjau dari keunggulan Reksa Dana saham terutama, skala ekonomis dalam akses ke pasar saham dan diversifikasi investasi, manajer investasi yang profesional, dan return yang paling tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana jenis lain Wibowo, 2005. Sehingga, Reksa Dana saham merupakan sebuah solusi bagi masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan tentang analisis investasi tetapi ingin berinvestasi pada pasar saham dengan dana terjangkau. Meskipun begitu investasi di Reksa Dana saham bukan berarti tidak berisiko, masih banyak investor yang belum mengetahui hubungan antara return dan risiko, kebanyakan dari mereka hanya membentuk portofolio Reksa Dana secara acak tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Mereka terlalu percaya pada manajer investasi yang mengelola dana mereka. Diperlukan analisis pengukuran untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu Reksa Dana saham sehingga investor dapat selalu memperoleh return yang optimal dengan risiko terendah. Analisis pengukuran yang digunakan adalah analisis pengukuran kinerja Reksa Dana saham dengan mengkombinasikan antara return dan risiko yang biasa disebut dengan istilah Risk-Adjusted Return. Selain itu, kinerja Reksa Dana saham juga dibandingkan dengan kinerja benchmark IHSG agar dapat diketahui Reksa Dana yang mampu outperform maupun underperform. Terdapat lima jenis Reksa Dana yang terdapat di Bapepam-LK yaitu Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana pendapatan tetap, Reksa Dana saham, Reksa Dana campuran dan Reksa Dana terproteksi. Investor dapat memilih alokasi dananya berdasarkan instrumen pasar modal sesuai dengan tingkat risiko dan return yang diinginkan. Perkembangan Reksa Dana di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat terutama pada komponen Reksa Dana saham yang dapat terlihat dari meningkatnya IHSG dari tahun ke tahun. Selain itu, prospek industri Reksa Dana saham juga ditopang oleh peluang pertumbuhan dana kelolaan di tengah perbandingan jumlah investor Reksa Dana di Indonesia yang masih relatif minim, yakni sekitar 0.36 dari jumlah populasi kelas mengenah yang mencapai sekitar 45 juta jiwa. Meskipun jumlah investor Reksa Dana masih sedikit dan belum dapat menyamai Negara-negara maju yang lain tapi setidaknya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari lima kategori jenis Reksa Dana di atas Reksa Dana saham merupakan kategori jenis Reksa Dana yang paling diminati oleh investor karena menghasilkan tingkat return yang tinggi tetapi juga memberikan tingkat risiko yang paling tinggi dan tingkat ketidakpastian yang tinggi dibandingkan kategori jenis lain. Sehingga, perlu dilakukan pengukuran kinerja Reksa Dana sehingga dapat diketahui perbandingan antara tingkat risiko dan return dari Reksa Dana yang diterima oleh investor. Reksa Dana dikelola oleh Manajer investasi Investment Manager. Secara logika bahwa return yang dihasilkan oleh manajer investasi tersebut tentu akan lebih baik dari return pasar Amalia, 1999. Beberapa peneliti terdahulu mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa kinerja Reksa Dana Mutual Fund Performance yang dikelola manajer investasi tidak selalu berada diatas Kinerja pasar market performance, akan tetapi ada pula sebaliknya mengatakan bahwa bila dikelola secara maksimal akan menghasilkan return Reksa Dana diatas return pasar Rantetonding, 2002. Untuk mengetahui Reksa Dana yang optimal harus dilakukan pengukuran kinerja Reksa Dana. kinerja Reksa Dana adalah kemampuan dari Reksa Dana untuk memberikan return tertentu sesuai dengan tingkat risiko tertentu. Tingkat risiko adalah kemungkinan return aktual yang diharapkan karena faktor-faktor yang mempengaruhinya, semakin besar return dan makin kecil risiko yang dihasilkan maka semakin tinggi rasionya, semakin baik kinerja Reksa Dana tersebut Pratomo dan Nugraha, 2005. Jadi apabila kinerja Reksa Dana baik maka investor akan memperoleh tingkat return yang optimal dengan tingkat risiko yang sebanding. Reksa Dana dikelola oleh Manajer investasi yang profesional tetapi bukan berarti berinvestasi di Reksa Dana saham selalu mudah dan menguntungkan, apabila kita tidak cermat dalam memilih dan menganalisis risiko kerugianlah yang akan menghampiri. Suatu Reksa Dana saham yang memiliki risiko yang tinggi bukan berarti akan selalu menghasilkan return yang tinggi begitu juga sebaliknya bisa saja Reksa Dana saham yang memiliki risiko yang rendah karena memiliki kinerja yang optimal dapat menghasilkan return tinggi yang maksimal. Untuk saat ini mungkin masih sedikit investor yang memiliki pengetahuan untuk menganalisis kinerja Reksa Dana meskipun informasi maupun pengetahuan di era sekarang tidak terbatas, kebanyakan dari mereka hanya melihat Reksa Dana dari tingkat risiko atau return saja tanpa menggabungkan keduanya. Padahal, risiko dan return merupakan dua sisi yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi. Oleh karena itu seorang investor tidak akan pernah memperoleh return yang superior maksimal dengan risiko minimal tanpa menggunakan analisis pengukuran kinerja portofolio yang tepat. Pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja Reksa Dana dalam penelitian ini adalah pengukuran kinerja Reksa Dana berdasarkan Risk- Adjusted Return yang merupakan penilaian dengan mengkombinasikan tingkat return dan risiko, seberapa besar return yang dihasilkan akan dibandingkan pula dengan tingkat risiko yang diterima. Penelitian ini menggunakan Risk- Adjusted Return dengan metode Sharpe Ratio, Treynor Ratio, Jensen, dan Information Ratio dengan proxy return IHSG yang dijadikan benchmark karena obyek penelitian merupakan Reksa Dana saham yang 80-100 proporsi dananya dialokasikan pada instrumen pasar saham. Dengan demikian dari masing-masing metode dapat diketahui hasil kinerja Reksa Dana. Sehingga, dari data yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para investor untuk menentukan Reksa Dana saham mana yang akan dimasukkan kedalam portofolionya. Penelitian ini juga membandingkan hasil kinerja Reksa Dana saham dengan kinerja benchmark IHSG untuk mengetahui Reksa Dana saham yang termasuk outperform maupun underperform. Reksa Dana saham dinyatakan outperform apabila melebihi kinerja benchmark dan apabila kinerja Reksa Dana saham dibawah kinerja benchmark maka Reksa Dana saham dinyatakan underperform. Penelitian ini menggunakan data NAB mingguan dan IHSG selama tiga tahun yang dimulai dari tanggal 7 Januari 2011 sampai dengan penutupan akhir tahun yaitu tanggal 27 Desember 2013. Reksa Dana saham merupakan salah satu jenis investasi yang fluktuatif jadi semakin banyak periode penelitian akan mempengaruhi keakuratan data yang dihasilkan. Namun, perusahaan Reksa Dana saham selalu mengalami perubahan setiap tahunnya. Sehingga, dari pertimbangan jumlah sampel yang semakin sedikit dikarenakan terlalu lama memilih periode maka peneliti memilih rentang waktu yang tidak terlalu lama 3 tahun agar dapat memperoleh jumlah sampel yang tidak terlalu sedikit dan dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan investor. Melalui sampel penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh investor untuk mengetahui kondisi kinerja Reksa Dana saham yang mereka butuhkan selama periode 3 tahun sehingga mereka akan mengetahui Reksa Dana mana saja yang memiliki kinerja konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Intan 2011 berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap 48 Reksa Dana pendapatan tetap diperoleh 1 Reksa Dana yang memberikan kinerja positif berdasarkan metode Sharpe, 1 Reksa Dana yang memberikan kinerja yang positif berdasarkan metode Treynor dan 3 Reksa Dana positif berdasarkan metode Jensen. Reksa Dana yang memberikan kinerja negatif selama periode pengukuran berdasarkan metode Sharpe 43 Reksa Dana, Treynor 43 Reksa Dana dan Jensen 47 Reksa Dana. Hasil yang berbeda di perlihatkan oleh Wahdah 2012 berdasarkan penelitiannya pada Reksa Dana saham menyimpulkan bahwa berdasarkan dari tingkat pengembalian rata-rata 9 dari 10 Reksa Dana saham memperoleh hasil positif yang menandakan bahwa investasi di Reksa Dana saham dapat memberikan keuntungan. Berdasarkan tingkat risiko dimana standar deviasi dijadikan tolok ukur menandakan bahwa 10 Reksa Dana saham yang dijadikan obyek memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dari pasar. Perbedaan hasil penelitian antara Reksa Dana pendapatan tetap dan Reksa Dana saham ini mungkin akan membuat para investor berbondong-bondong berpindah untuk menginvestasikan dana yang dimilikinya pada Reksa Dana saham. Padahal, justru Reksa Dana sahamlah yang memiliki tingkat risiko paling tinggi dibandingkan dengan jenis Reksa Dana yang lain. Penelitian lain terhadap Reksa Dana saham dilakukan oleh Siahaan 2006 yang dilakukan pada jangka waktu 5 tahun yaitu periode 2001-2005 menyatakan bahwa dari 7 Reksa Dana saham yang dijadikan sampel hanya terdapat 3 Reksa Dana saham yang mampu outperform berdasarkan metode Jensen. Saraswati 2006 juga dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui apakah return dan risiko Reksa Dana saham lebih baik daripada return pasar LQ-45 dan apakah ada pengaruh positif antara rata-rata return dan risiko. Dari 16 sampel Reksa Dana saham diperoleh hasil bahwa keuntungan dan risiko Reksa Dana saham tidak ada yang lebih baik dari return pasar LQ-45 dan tidak ada pengaruh positif antara rata-rata return dan risiko. Hasil penelitian dari Saraswati 2006 yang menyebutkan bahwa keuntungan Reksa Dana saham tidak ada yang lebih baik dari return pasar akan dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Investasi dalam Reksa Dana saham memungkinkan investor memperoleh return yang tinggi sehingga keuntungan investor akan maksimal. Namun, Reksa Dana saham memiliki berbagai tingkat risiko mulai dari tingkat rendah sampai yang tinggi, sesuai dengan konsep “Low Risk Low Return dan High Risk High Return” setiap risiko tertentu akan memperoleh return tertentu. Pembentukan portofolio saham yang selalu berubah-ubah setiap saat, serta kebijakan alokasi aset yang tidak menentu akan sangat mempengaruhi hasil pengukuran kinerja Reksa Dana saham karena return yang dihasilkan juga terus berubah. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pengetahuan untuk mengukur investasi yang dipilih dapat memberikan return sebanding dengan tingkat risiko yang diterima. Menyadari akan hal itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Risk-Adjusted Return di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013 ”

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

2 95 147

Evaluation Performance of Equity Funds By Sharpe, Treynor, Jensen, Modigliani, Sortino, and Erov (Case Study Equity Funds Listed In Securitics and Exchange Commission (BAPEPAM) Period 2010-2012)

0 14 142

ANALISIS KOMPARASI KINERJA PORTOFOLIO REKSA DANA SAHAM SYARIAH DAN REKSA DANA SAHAM KONVENSIONAL DENGAN METODE SHARPE PERIODE 2011-2013

1 9 96

Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen (Studi Kasus Pada Reksa Dana Saham Periode 2013-2015)

0 3 130

Analisis Komparatif Kinerja Reksa Dana Saham Konvensional Dan Reksa Dana Saham Syariah Pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2013.

0 0 8

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN PADA BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 195

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE SHARPE, JENSEN, TREYNOR, M² DAN INFORMATION RATIO DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 3 296

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM YANG TERCATAT PADA BURSA EFEK INDONESIA DENGAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN.

0 0 259

Analisis Kinerja Reksa Dana yang Terdaftar di Bapepam Menurut Metode Risk Adjusted Return

0 0 24

Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

0 0 24