Jenis-Jenis Pengendalian Sosial Pengendalian Sosial Social Control
Sosiologi SMA Jilid 1
106
Gosip sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, yakni apabila ada
individukelompok yang tindakannya menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma
sosial yang berlaku, maka individu tersebut akan menjadi bahan pembicaraan masya-
rakat.
Contoh: apabila ada seseorang siswa SMA diketahui temannya terlibat penyalah-
gunaan obat terlarang dan minum-minuman keras. Siswa tersebut akan menjadi bahan
pembicaraangosip teman-teman sekolahnya yang kemudian berkembang menjadi bahan
pembicaraan guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Kritik sosial yang dilakukan masyarakat dalam bentuk gosip
desas-desus tersebut dapat berperan sebagai pengendalian sosial. Dari adanya gosip tersebut pelaku merasakan
bahwa dia melakukan suatu pelanggaran norma-norma sosial. Misalnya seorang gadis yang hamil, ia segera
mendesak pacarnya untuk menikahi, atau meminta segera dinikahkan secara resmi oleh orang tuanya. Demikian pula
bagi pelajar SMA yang terlibat penggunaan obat terlarang, ia akan segera menghentikan tindakannya.
b. Teguran Teguran adalah kritik sosial yang dilontarkan secara
terbuka oleh masyarakat terhadap warga masyarakat yang berperilaku menyimpang. Teguran ini umumnya dilakukan
oleh orang-orang dewasa seperti para orang tua, guru, tokoh-tokoh masyarakat dan para pemimpin masyarakat.
Dalam pelaksanaannya teguran ada dua macam, yaitu teguran lisan dan teguran tertulis. Teguran lisan adalah
teguran yang dilontarkan secara lisan kepada individu yang berperilaku menyimpang. Misalnya teguran orang tua
secara langsung terhadap anaknya yang berperilaku menyimpang, teguran guru kepada siswa yang melanggar,
teguran lisan pemimpin terhadap bawahannya yang melanggar, dan sebagainya.
Adapun teguran tertulis adalah bentuk teguran yang dilakukan secara tidak langsung, tetapi melalui surat. Te-
guran tertulis pada umumnya dilakukan oleh pemimpin ke- pada bawahannya karena kewenangan dalam suatu organi-
sasi atau instansi tertentu. Misalnya teguran tertulis melalui surat dari kepala sekolah terhadap guru yang melanggar,
teguran tertulis dari kepala desa kepada aparatnya yang melanggar, teguran tertulis dari gubernur kepada bupati
Sumber: http:images.google.com S Gambar 5.5
Desas-desus sering terjadi dalam masyarakat kita.
Praktik Sosial
Kecakapan Akademik
Pendidikan berperan sebagai alat
pengendalian sosial, karena pendidikan
dapat membina dan mengarahkan warga
masyarakat kepada pembentukan sikap
dan tindakan yang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, masyarakat,
bangsa dan negaranya.
Bagimanakah cara pendidikan
memengaruhi Anda dalam menghadapi
masalah sosial? Jelaskan menurut
pendapat Anda sendiri.
Penyimpangan dan Pengendalian Sosial
107
yang melanggar, dan sebagainya. Kritik sosial bentuk teguran ini dapat berperan pula sebagai pengendalian sosial,
karena mereka yang berperilaku menyimpang itu jika ditegur atasannya cenderung memperbaiki sikap dan tindakannya.
c. Pendidikan Pendidikan juga berperan sebagai alat pengendalian
sosial, karena pendidikan dapat membina dan mengarahkan warga masyarakat terutama anak sekolah kepada pem-
bentukan sikap dan tindakan yang bertanggung jawab ter- hadap dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Menurut pendapat para ahli sosiologi maupun ahli psikologi, bahwa pengaruh pendidikan sangat menentukan
proses pembentukan kepribadian seseorang. Individu yang berpendidikan baik cenderung berperilaku lebih baik dari
pada individu yang kurang berpendidikan. Berpendidikan artinya individu mempunyai, mengalami, dan mengikuti
pendidikan yang sempurna dalam kehidupannya sehingga ia dapat membedakan mana yang benar dan salah, mana
yang baik dan buruk, atau mana yang boleh dan tidak boleh. Sebaliknya individu yang kurang pendidikan, ia cenderung
mengalami kesulitan penyesuaian dirinya dalam interaksi sosial di masyarakat.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka pendidikan dapat berfungsi untuk mencegah dan mengatasi perilaku
menyimpang dari warga masyarakat. d. Agama
Sama halnya dengan pendidikan, agama pun dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial. Agama dapat
memengaruhi sikap dan perilaku para pemeluknya dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Agama pada dasarnya
berisikan perintah, larangan, dan anjuran kepada pemeluk dalam menjalani hidup sebagai makhluk pribadi, makhluk
Tuhan, dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Norma-norma agama berfungsi untuk membimbing dan mengarahkan para
pemeluk agama dalam bersikap dan bertindak di masyarakat.
Apabila individu yang beragama tersebut berperilaku menyimpang atau bertindak melanggar norma-norma
agama, tentu ia akan dicekam perasaan bersalah atau berdosa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Bagi penganut
agama yang baik tentu ia akan berusaha menghindari perilaku yang melanggar norma-norma agamanya. Dengan
demikian jelaslah, bahwa agama sangat berperan sebagai alat pengendalian sosial.
Sosiologi SMA Jilid 1
108
e. Hukuman Punishment Menyimak keempat jenis pengendalian sosial di
depan, yakni gosip, teguran, pendidikan, dan agama dirasakan kurang tegas dan nyata sanksinya bagi individu
yang berperilaku menyimpang. Dalam kenyataan sehari- hari di dalam masyarakat, terdapat pula individu-individu
yang tebal muka. Sudah hilang rasa malunya atau tidak percaya adanya
siksa Tuhan. Mereka tentu tidak jera sekalipun digosipkan, ditegur,
ataupun diberikan pendidikanpeng- arahan. Oleh karena itu diperlukan
adanya hukum fisik seperti hukuman mati, hukuman penjara, hukuman
denda atau pencabutan hak-hak oleh masya-rakatpemerintah.
Dengan adanya sanksi hukuman yang keras tersebut, diharapkan bisa membuat jera bagi para pelanggar, sehingga
tidak berani mengulanginya lagi. Tidak hanya si pelaku, tetapi juga berpengaruh besar terhadap warga masyarakat
lainnya. Jadi, jelas bahwa hukuman merupakan alat pengendalian sosial yang paling keras dan tegas diban-
dingkan jenis pengendalian sosial. Misalnya individu yang melakukan pemerkosaan, penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang, pencurian ataupun pembunuhan. Mereka tentu tidak akan banyak pengaruhnya bila hanya
digosipkan atau ditegur begitu saja, melainkan harus diberi hukuman yang seberat-beratnya agar tidak mengulangi lagi
perbuatan tersebut.