Tujuan Sasaran Output Outcome Jadwal Pelaksanaan Anggaran Pelaporan Pelaporan

Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 2 dimiliki, setiap daerah dan setiap obyek Wisata Agro dibutuhkan kerjasama sinergis diantara pelaku yang terlibat dalam pengelolaan Wisata Agro, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Kerjasama sinergis diantara pelakustakeholder yang terlibat dalam pengelolaan wisata perlu dilakuka pembinaan dan pengembangan agrowisata. Pembinaan dan pengembangan agrowisata kepada stakeholder maupun Pemerintah bisa dalam bentuk promosi maupun dalam bentuk Focus Group Discussion antar instansi terkait dalam hal permasalahan-permasalahan yang ada pada agrowisata serta untuk dapat mengembangkan agrowisata tersebut.

A. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan koordinasi, dan sinkronisasi dalam rangka pembinaan dan pengembangan Kawasan Agrowisata yang potensial di setiap wilayah.

B. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan ini ialah: 1 Adanya konsep kesepakatan antar stakeholder dalam mengembangkan Agrowisata untuk suatu Kawasan tertentu di masing-masing wilayah Provinsi. 2 Adanya komitmen dukungan dari berbagai pihak terkait untuk pengembangan Kawasan Agrowisata Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 3 yang bersangkutan.

C. Output

Hasi yang diperoleh antara lain : 1. Kesepakatan Rencana Pengembangan Agrowisata 2. Komitmen Stakeholder dalam mengembangkan agrowisata

D. Outcome

Berkembangnya agrowisata.

E. Metode Pelaksanaan

1. Dalam rangka pelaksanaan Pembinaan dan

Pengembangan Agrowisata perlu adanyanya Kesepakatan Rencana Pengembangan Agrowisata : a. Melakukan koordinasi dan silronisasi hasil analisis potensi Kawasan yang potensial untuk Pengembangan Kawasan Agrowisata dilihat dari aspek teknis, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan alam. b. Melakukan koordinasi dan silronisasi hasil Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 4 delineasi Kawasan sebagai salah satu wilayah yang telah ditetapkan bersama akan dikembangkan sebagai Kawasan Agrowisata. c. Menyusun progres hasil koordinasi dan sinkronisasi mengenai Rencana Tata Ruang dan Tata Guna Lahan. d. Melakukan pembinaan dan pengawalan Hasil pemetaan sesuai komponen-komponen yang perlu dibangundikembangkan serta tahapan pelaksanaannya dalam rangka pengembangan wilayah yang bersangkutan sebagai Kawasan Agrowisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. e. Menyusun progres hasil koordinasi dan sinkronisasi mengenai pola manajemen Agrowisata yang direkomendasikan bersama Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengawalan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah: a. Rapat Koordinasi dan sinkronisasi dengan stakeholders terkait. b. Pemantapan rencana pengembangan kawasan Agrowisata dan atau membentuk Tim Pengembangan Agrowisata Koordinasi dan sinkronisasi Penyusunan rencana dukungan masing-masing sektor terkait dalam rangka Pengembangan Agrowisata dan Wisata Agro yang melibatkan instansi terkait, pakar usaha Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 5 Agrowisata dan wakil masyarakat sekitar agrowisata.

2. Dalam rangka Gelar Potensi Agrowisata :

Menghadiri acara Gelar potensi agrowisata yang diselenggarakan baik di tingkat Daerah atau di Tingkat Nasional. a Peserta Gelar Potensi Agrowisata adalah stakeholder terkait di Daerah Kabupaten Kota, Provinsi, termasuk wakil-wakil dari masyarakat di sekitar Kawasan Agrowisata dan instansi terkait. b Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi pemetaan Kawasan Agrowisata dengan stakeholders diharapkan dapat disosialisasikan lebih luas pada acara Pameran Agrowisata di Tingkat Daerah dan atau di acara Gelar Potensi Agrowisata yang rencananya akan di selenggarakan di Jogja Expo Center pada bulan Mei 2016. Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 6

F. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata: No Jenis Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi 2 Pemantapan rencana pengembangan agrowisata 3. Pelaksanaan Gelar Potensi Agrowisata 4.. Pelaporan

G. Anggaran

Anggaran Dana Dekonsentrasi Ditjen Perkebunan TA. 2016 untuk kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata dialokasikan pada 14 Satker. Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 7

H. Pelaporan

Pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata meliputi hasil koordinasi dan sinkronisasi termasuk permasalahan, pemecahan masalah dan tindak lanjut, dilaporkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi terkait kepada Cq. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan.

H. Pelaporan

Laporan pelaksanaan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Agrowisata kepada Ditjen Perkebunan Cq. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan paling lambat bulan November 2016 dan tembusan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan. Pedoman Teknis Pengembangan Agrowisata - 2016 Page 8 PENUTUP Pengembangan Kawasan Agrowisata melibatkan stakeholder dengan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan berbagai instansi di dalam dan di luar lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para pelaku usaha agribisnis, Pemerintah Daerah dan masyarakat luas yang merupakan komponen utama didalam sistem agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan. Pedoman teknis ini masih harus dijabarkan lebih lanjut ke dalam pedoman yang lebih operasional yang diterbitkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi. 1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Persaingan pasar yang sangat kompetitif menuntut setiap negara yang mempunyai keunggulan komparatif suatu produk untuk selalu tanggap dan antisipatif. Indonesia memiliki unggulan komoditi perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, teh, kopi, pala, dll. Berbagai faktor yang mempengaruhi persaingan pasar tersebut diantaranya isu- isu yang berkaitan dengan peningkatan daya saing produk perkebunan Indonesia terutama yang berkaitan dengan mutustandarisasi, proteksi lewat hambatan non tarif barrier serta Sanitary and Phytosanitary SPS. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi makin banyak produk yang bernilai tambah dapat dihasilkan dan peluang pasar komoditi perkebunan Indonesia di pasar Internasional semakin terbuka luas, namun hal ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku usaha produk Perkebunan Indonesia.