21
IV. PENUTUP
Semoga petunjuk teknis peningkatan akses pemasaran hasil perkebunan ini dapat menjadi acuan untuk
melaksanakan kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil perkebunan dengan seluruh pemangku kepentingan
dan stakeholder yang terkait, sehingga diharapkan dari kegiatan itu akan dapat menghasilkan rumusan-rumusan
konkrit dalam pemecahan permasalahan pemasaran hasil perkebunan serta berkembangnya jaringan dan akses
pemasaran didaerah-daerah
sentra produksi
hasil perkebunan. Terbangunnya akses pemasaran antara
produsen dengan konsumen atau user ataupun produsen dengan produsen, maka akan menghasilkan suatu hubungan
yang baik
dan pemasaran
menjadi mudah
yang menguntungkan bagi seluruh pihak yang terlibat
didalamnya. Akhirnya diharapkan tidak ada disparitas harga yang
tinggi antara
petanipekebun dengan
industri pengolahan ataupun dengan konsumen akhir.
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Efisiensi dibidang produksi dan pemasaran agar komoditas yang diperdagangkan bisa bersaing
menjadi tuntutan pada era perdagangan di pasar bebas. Perdagangan komoditas perkebunan pada
era globalisasi ekonomi saat ini, mengakibatkan terjadinya transparansi pasar yang sangat kuat.
Pada umumnya
skala usaha
komoditi perkebunan di Indonesia masih relatif rendah,
tersebar, dengan kualitas produk yang beragam. Rantai tata niaga pemasaran produk perkebunan
segar masih panjang, sehingga disatu sisi memberikan tekanan pada konsumen dalam
bentuk harga yang tinggi dan berfluktuasi, di sisi lain tekanan pada produsen dalam bentuk proporsi
harga yang diterima relatif rendah.
Disparitas harga antar daerah diakibatkan oleh, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari
pulau-pulau yang dihubungkan oleh lautan dan selat,
serta sentra
produsen komoditas
perkebunan yang banyak terletak di remote area
dan daerah peripheral, sementara konsumen
maupun industri terletak di pusat-pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan terciptanya daerah
surplus dan
minus sebagai
akibat dari
ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di sentra
– sentra konsumen. Ketidakseimbangan supply dan demand
disuatu pasar seringkali mengakibatkan
2 terjadinya fluktuasi harga , baik di sentra
produsen maupun sentra konsumen. Pada umumnya fluktuasi harga juga diakibatkan
oleh
ketidakseimbangan supply
yang disebabkan oleh sifat komoditi yang sangat
tegantung dari musim iklim. Keberhasilan
pembangunan pemasaran
komoditas pertanian sangat ditentukan oleh kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan
pembangunan pemasaran, yang sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi pasar yang aktual,
akurat
dan kontinue.
Untuk mendukung
ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan terpercaya ini diperlukan pelayanan informasi
pasar yang baik, sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan yang
tepat sesuai dengan perkembangan pasar.
Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar PIP secara umum telah dilaksanakan sejak awal tahun 1970
pada Direktorat Bina Usaha Tani, di setiap Direktorat Jenderal, Departemen Pertanian. Pada
kegiatan ini, data harga dikumpulkan oleh Dinas Pertanian
Provinsi dan
Kabupaten seluruh
Indonesia, dan dikirimkan ke Pusat Data secara mingguan melalui suratpos, dengan tujuan untuk
melakukan pendataan secara statistik.
Pada tahun
1979 Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan mulai melaksanakan Pelayanan
Informasi Pasar sistem harian yang mencakup sebagian besar komoditas tanaman pangan dan
hortikultura, dengan tujuan untuk memberikan
3 informasi harga secara harian kepada para pelaku
pasar melalui Radio. Sampai dengan tahun 1999 kegiatan ini sudah teralokasi di 27 propinsi, tetapi
dengan terjadinya reorganisasi di Departemen Pertanian pada tahun 2000, kegiatan PIP di tingkat
pusat tidak dapat terlaksana secara optimal, meskipun kegiatan ini masih dilaksanakan di daerah.
Pada tahun 2001 –2005 kegiatan PIP di tingkat
pusat dikoordinasikan oleh Subdit Pasar Domestik, pada masingmasing Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan, pada Direktorat
Jenderal
Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
Pertanian. Sejak tahun 2006, kegiatan PIP dari seluruh
sub sektor pertanian dikoordinasikan oleh Sub Direktorat Analisis dan Informasi pada Direktorat
Pemasaran Domestik,
Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Mulai
tahun 2016,
kegiatan PIP
dikoordinasikan oleh masing – masing subsektor
Perkebunan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan akibat dari dileburnya fungsi
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ke Direktorat Jenderal Komoditi.
Dan PIP hasil perkebunan akan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan.
4
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan
pedoman teknis
Pelayanan Informasi Pasar PIP Perkebunan ini adalah :
1.
Memberikan panduan teknis tentang tata cara pelaksanaan kegiatan PIP.
2.
Sebagai bahan
acuan dalam
mengembangkan sistem
pengumpulan datainformasi pasar disesuaikan dengan
kondisi masing-masing daerah.
3.
Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to date dan
dapat dipercaya
agar langsung
dapat dimanfaatkan oleh para pengguna informasi.
5
II. SISTEM PELAYANAN INFORMASI PASAR HASIL PERTANIAN