Peserta Didik dalam Pendidikan Inklusi

2012: 278 menjelakan bahwa ada dua faktor penyebab tuna rungu yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan atau pengalaman yang meliputi lahir prematur, campak, virus, ketidaksesuaian RH darah, dan radang telinga tengah. c. Tuna Daksa dan Cerebal Palsy Tuna daksa adalah kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan dan kelainan atau kerusakan otak dan saraf tulang belakang Hargio, 2012: 47. Cerebal palsy merupakan gangguan pada sistem serebai yang disebabkan oleh kelainan yang terletak pada sistem saraf pusat Hargio, 2012:47. Hargio 2012: 48 juga menjelaskan bahwa faktor penyebab tuna daksa antara lain masa sebelum lahir, pada saat lahir dan setelah proses kelahiran. d. Anak Berbakat Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa Renzuli dalam Smith 2012: 308 keberbakatan adalah mencerminkan suatu interaksi diantara tiga kelompok dasar sifat-sifat manusia. Kelompok tersebut diatas rata-rata namun tidak selalu tinggi kemampuan umum danatau tertentu, tingkat komitmen tugas yang tinggi motivasi, dan tingkat kreativitas yang tinggi. mereka yang memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat gabungan tersebut dan menerapkanya terhadap bidang yang bernilai potensial dari prestasi manusia. Anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh pengalaman lingkunngan, sehingga karakteristik anak berbakat dapat terlihat melalui tiga hal seperti yang diungkapkan Hargio 2012: 60 yaitu potensi, cara menghadapi masalah dan prestasi. e. Tuna grahita Keterbelakangan Mental. Gorrad dalam Smith 2012: 105 menggambarkan mengenai keterbalkangan mental yaitu suatu kondisi dimana seseorang memiliki otak yang lemah, sehingga perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai pada tahap perkembangan yang optimal. Penyebab terbelakang mental yang telah teridentifikasi oleh American Sociation On Mental Retardation dalam Smith 2012: 110 yaitu faktor genetik, faktor selama masa kehamilan, trauma kelahiran, penyakit dan cedera selama masa anak-anak dan remaja f. Anak Dengan Gangguan Belajar Gangguan belajar meliputi ketidak mampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekuranngan perhatian, ingatan atau pertimbangan,dan mempengaruhi performa akademik Hargio, 2012:77. Terdapat tiga macam gangguan belajar yaitu gangguan membaca, menuliskan ekspresi dan gangguan matematik. g. Anak Tuna Laras Anak tuna laras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Prestasi yang rendah di sekolah disebabkan mereka kehilangan minat dan konsentrasi belajar karena masalah ganguan emosi yang mereka alami. Kegagalan dalam belajar seringkali dianggap intelegensi mereka rendah Sutjihati, 2006:139. Istilah tuna laras atau gangguan emosiperilaku merupakan ketidak mampuan yanng ditandai dengan respon perilaku dan emosional dalam program- program pembelajaran sangat tidak sesuai dengan usia, budaya, atau norma-norma etnis yang berdampak buruk secara nyata pada pendidikanya Smith, 2012: 146. h. Tuna Wicara Tuna wicara atau kelainan bicara merupakan suatu kesulitan dalam mengungkapkan pesan-pesan yang diucapkan Smith, 2012: 203. Menurut definisi tersebut merupakan suatu kesullitan dalam menggunakan kata-kata atau pengetahuan kata yang buruk, sehingga akan menciptakan ketidaknyamanan dalam berkomunikasi. i. Autisme Autisme adalah suatu kelainan neurologis, yanng seringkali mengakibatkan ketidak mampuan interaksi komunikasi dan sosial Smith, 2012: 150. Anak-anak autis sering kali menunjukkan sifat kelainan sejak bayi seperti tidak tanggap terhadap orang lain, gerak diulang-ulang, menghindari kontak mata, tetap dalam kebiasaan, aneh dan sikap-sikap yang ritualitas Smith, 2012: 150 j. ADHD ADHD atau attention deficit hiperakctive disorder adalah gangguan yang muncul pada anak usia dini. ADHD tidak dianggap sebagai ketidakmampuan belajar tetapi mengganggu proses belajar. Anak-anak ADHD sering mengalami masalah dengan duduk diam tetap fokus, mengikuti instruksi, suka berorganisassi dan menyelesaikan pekerjaan rumah Hargio, 2012:93. Hargio 2012: 97 juga menjelaskan ada empat karakteristik anak ADHD yaitu hiperaktif, menggeliat, pendiampenghayal dan kurangnya perhatian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adapun peserta didik dalam pendidikan inklusi terdiri dari anak yang berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus antara lain tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, cerebral palsy, anak berbakat, tuna grahita, anak dengan gangguan belajar, tuna laras, tuna wicara, autis dan ADHD.

2.2.6. Kompetensi Guru Dalam Pendidikan Inklusi

Guru dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidika formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sebagai tenaga kependidikan diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena guru mempunyai peranan sangat penting dalam proses pendidikan. Seperti yang dikemukakan syaodih dalam Mulyasa 2009: 13 bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. lebih lanjut dikemukakanya bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum maka guru pulalah yanng melakukan evaluasi. Menyadari hal tersebut betapa pentingnya untuk meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas dan profesionalisme guru. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan inklusi kompetensi seorang guru merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan pendidikan. Kompetensi guru dalam megajar akan menunjukan kemampuan yang sebenar-benarnya, maka guru dituntut mempunyai kemampuan lebih dalam melaksanankan proses pembelajaran. Menurut Praptiningsih dalam jurnal pendidikan khusus volume 7 nomor 2 tahun 2010 yang berjudul Fenomena penyelenggaraan pendidikan inklusi kemampuan yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus 2. Pemahaman akan pentingnya mendorong rasa penghargaan anak berkaitan dengan perkembangan, motivasi dan belajar melalui suatu interaksi positif dan berorientasi pada sumber belajar. 3. Pemahaman tentang konvensi hak anak dan implikasinya terhadap implementasi pendidikan dan perkembangan semua anak. 4. Pemahaman tentang pentingnyamenciptakan linngkungan yang ramah terhadap pembelajaran yang beraitan dengan isi, hubungan sosial, pendekatan dan bahan pembelajaran. 5. Pemahaman arti pentingnya belajar aktif dan pengembangan pemikiran kkreatif dan logis. 6. Pemahaman pentingnya evaluasi dan asessmen berkesinambungan oleh guru 7. Pemahaman konsep inklusi dan pengayaan serta cara pelaksanaan inklusi dan pembelajaran yang berdeferensi. 8. Pemahaman terhadap hambatan belajar termasuk yanng disebab oleh kelainan fisik maupun mental. 9. Pemahaman konsep pendidikan berkuallitas dan kebutuhan implementasi pendekatan dan metode baru. Kompetensi mengajar dapat dikatakan sebagai kemampuan dasar yang mengaplikasikan apa yang seharusnya dilaksanakan guru dalam melaksanakan