Landasan Hukum Pendidikan Inklusi

Landasan yuridis memiliki hirarki dari undang-undang dasar, peraturan pemerintah, praturan daerah, kebijakan direktur, hingga peraturan sekolah, juga melibatkan kesepakatan internasiaonal. Hargio 2012: 20 landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusi adalah deklarasi salamnca UNESCO, 1994. Deklarasi ini sebenarrnya penegasan kembalil atas deklarasi PBB tentanng HAM tahun 1984 dan berbagi deklarasi lanjutan yang berujung pada peraturan standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu berkelainan memperoleh pendidikan sebagi bagian integral dan sistem pendidkan yang ada. Landasan yuridis nasional pendidikan inklusi tercantum dalam 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal 5 yang berbunyi “setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.” 2. Deklarasi Bandung Nasional ”Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif” 8-14 Agustus 2004 . 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan inklusi memberikan jaminan secara hukum dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan inklusi. Landasan yanng menaungi pendidikan inklusi antara lain undang-undang nomor 4 tahun 2007, deklarsi bandunng serta peraturan menteri nomor 70 tahun 2009.

2.2.5. Peserta Didik dalam Pendidikan Inklusi

Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pendidikakan inklusi tahun 2007 definisi dari pendidikan inklusi ada dua kategori sisiwa yaitu siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Peraturan mentri nomor 22 tahun 2006 yang berbunyi: “Peserta didik pendidikan inklusi adalah peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata yanng berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai kejenjang pendidikan tinggi. Berkelainan dalam hal ini adalah tuna netra, tuna rungu, tuna daksa ringan, dan tuna laras.” Peserta didik yang berkelainan antara lain: a. Tuna Netra Tuna netra menurut Koestler dalam Smith 2012: 141 yaitu ketajaman penglihatan pusat 20200 atau kurang pada bagian mata yang lebih baik dengankaca mata koreksi atau ketajaman penglihatan pusat lebih dari 20200 jika terjadi penurunan ruang penglihatan dimana terjadi pengerutan suatu bidang penglihatan sampai tingkat tertentu sehingga diameter terlebar dari 20 derajat pada bagian mata yang lebih baik. Dari uraian tersebut, anak tuna netra adalah individu yang indera penglihatanya kedua-duanya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang-orang awas. b. Tuna Rungu Sutjihati 2006:93 mendefinisikan tuna rungu Tuna rungu sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaranya. Smith 2012: 278 menjelakan bahwa ada dua faktor penyebab tuna rungu yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan atau pengalaman yang meliputi lahir prematur, campak, virus, ketidaksesuaian RH darah, dan radang telinga tengah. c. Tuna Daksa dan Cerebal Palsy Tuna daksa adalah kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan dan kelainan atau kerusakan otak dan saraf tulang belakang Hargio, 2012: 47. Cerebal palsy merupakan gangguan pada sistem serebai yang disebabkan oleh kelainan yang terletak pada sistem saraf pusat Hargio, 2012:47. Hargio 2012: 48 juga menjelaskan bahwa faktor penyebab tuna daksa antara lain masa sebelum lahir, pada saat lahir dan setelah proses kelahiran. d. Anak Berbakat Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa Renzuli dalam Smith 2012: 308 keberbakatan adalah mencerminkan suatu interaksi diantara tiga kelompok dasar sifat-sifat manusia. Kelompok tersebut diatas rata-rata namun tidak selalu tinggi kemampuan umum danatau tertentu, tingkat komitmen tugas yang tinggi motivasi, dan tingkat kreativitas yang tinggi. mereka yang memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat gabungan tersebut dan menerapkanya terhadap bidang yang bernilai potensial dari prestasi manusia. Anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh pengalaman lingkunngan, sehingga karakteristik anak berbakat dapat terlihat melalui tiga hal seperti yang diungkapkan Hargio 2012: 60 yaitu potensi, cara menghadapi masalah dan prestasi.