waktu yang diberikan untuk berdagang tergantung pada komoditas yang dijualnya. Bagi pedagang yang berjualan dipasar, mereka menghabiskan waktu dari pukul 04.00
hingga sore atau malam hari. Keramaian pasar pada hari tertentu membuat semakin banyak para pedagang yang bermunculan. Pedagang yang membuka warung atau
toko dirumah akan lebih fleksibel dalam meluangkan waktunya. Rata rata mereka membuka warungnya pukul 07.00 hingga malam pukul 19.00 atau pukul 20.00.
Rumah tangga yang membuka usaha berdagang lebih memiliki kesempatan untuk bekerja di bidang lain. Hal tersebut dikarenakan tidak atau kurang memerlukan
keahlian khusus untuk membuka usaha ini dan dapat menggunakan tenaga pembantu. Sehingga para pemilik toko dapat membuka usaha lain di samping usaha dagang.
4.4. Kelembagaan, Pelapisan Sosial dan Aktivitas Sosial Budaya 4.4.1. Kelembagaan
Kelembagaan yang terdapat di kelurahan Purbayan dapat dikatakan cukup berkembang. Berbagai kelembagaan yang berkembang antara lain:
1. Kelompok pengajian Kelompok pengajian ini terdapat disetiap RT di Kelurahan Purbayan. Selain
terdiri dari berbagai tingkatan umur, waktu pelaksanaan pengajian ini juga berbeda-
beda pula. Pengajian untuk anak-anak biasanya dilaksanakan pada sore hari atau sehabis sholat maghrib, untuk orang dewasa biasanya dilaksanakan pada malam hari
dan untuk ibu-ibu biasanya dilakuakan pada siang atau pagi hari. Kegiatan pengajian ini terdiri dari berbagai bentuk antara lain pengajian ceramah, pengajian Al-Qur’an, dan
solawatan. Ceramah dan kajian Al-Qur’an dilaksanakan di masjid-masjid pada malam atau sore hari. Sedang solawatan dilaksanakan pada saat ada acara selamatan warga
atau malam setiap malam Jum’at. Dikampung Purbayan terdapat Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem
Pengajaran Baca Tulis Al Qur-an, Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an LPTQ Nasional yang menghasilkan metode pengajaran baca tulis Al Qur’an secara mudah,
sederhana, dan cepat yang diakui secara nasional, bahkan internasional. Di Prenggan terdapat Pondok Pesantren Nurul Ummah.
2. Kelompok arisan Kelompok arisan ini juga menyebar di setiap RT dan dalam berbagai tingkatan
umur. Kelompok arisan yang umum ada antara lain arisan pemuda pemudi, arisan PKK, arisan kumpulan badminton atau volly, arisan bapak-bapak, dan arisan ibu-ibu
dalam berbagai bentuk. Pelaksanaan arisan sesuai kesepakatan anggot a yang umumnya dilaksanakan antara satu sampai dua minggu sekali.
3. Kelompok PKK Kelompok ini terbagi menjadi dua, yaitu PKK muda dan PKK tua. Kegiatan dari
PKK ini antara lain arisan, pelaksanaan kegiatan sosial desa dan pelaksanaan posyandu.
4. Karang taruna Karang Taruna di Kelurahan Purbayan berdiri pada tahun 1980-an. Karang
Taruna Kelurahan Purbayan dapat dikatakan berkembang dan hidup di tiap-tiap kampung di Kelurahan ini. Berbagai kegiatan baik kegiatan ekonomis maupun sosial
sering dilaksanakan oleh anggota Karang Taruna . 5. LPMK
LPMK berada di bawah atap Kelurahan. Berbagai kegiatan seperti simpan pinjam dikelola oleh lembaga ini. Usaha simpan pinjam, perkreditan maupun bekerja
sama dengan berbagai elemen merupakan contoh dari kegiatan lembaga ini. Selain itu usaha “kampung wisata” yang merupakan rencana jangka panjang dalam
pengembangan wilayah ini juga sedang digalakkan. 6. Koperasi
Salah satu koperasi yang terdapat di Kelurahan Purbayan adalah KP3Y atau Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta. KP3Y berdiri pada tahun 1960 an
dan bertempat di jalan Mondorakan Kelurahan Prenggan. KP3Y sekarang diketuai oleh Bpk Sutojo. KP3Y memiliki cakupan wilayah yang luas yang meliputi pengrajin di
Kecamatan Kota Gede baik masyarakat asli maupun pendatang yang berdiam di Kota Gede yang bergerak dalam bidang kerajinan perak. Koperasi ini berfungsi sebagai
wadah untuk mengkoordinir para pengrajin ketika ada kegiatan atau bantuan dari pemerintah. Kegiatan koperasi KP3Y ini misalnya adalah mengadakan pelatihan–
pelatihan yang bekerja sama dengan berbagai lembaga, mengadakan usaha perkreditan dan sebagainya.
4.4.2. Pelapisan Sosial
Sistem pelapisan sosial yang ada di Kelurahan Purbayan berdasarkan pada kekayaan dan kehormatan yang mereka miliki. Mereka yang menduduki lapisan atas
adalah orang-orang yang menduduki atau menjabat dalam struktur pemerintahan. Ketua RT dan RW masih sering menjadi kompetisi untuk dapat menduduki lapisan
yang lebih tinggi dari masyarakat biasa. Tetua-tetua desa juga memiliki satu tempat yang dihormati masyarakat Purbayan. Mereka yang tergolong dalam tetua desa ini
adalah orang yang tinggal dan mengetahui sejarah Kota Gede dari awal. Selain itu, dasar kekayaan atau ekonomi juga mempengaruhi peran dalam penentuan pelapisan
sosial. Masyarakat dengan mo dal atau kekayaan lebih banyak akan semakin dihormati oleh masyarakat lainnya.
Secara bertingkat dapat dikatakan bahwa masyarakat Purabayan yang berada pada lapisan atas adalah mereka yang termasuk di dalam tetua atau sesepuh,
pengusaha modal tinggi, dan pejabat pemerintah. Masyarakat lapisan menengah adalah masyarakat yang berasal dari ekonomi lapisan menengah dan pegawai negeri.
Sedang masyarakat biasa merupakan lapisan bawah. Proses pelapisan tersebut terjadi sejak adanya
kerajaan Mataram Islam. Pada ma sa Kerajaan Mataram Islam pelapisan sosial dari tingkat teratas adalah keluarga kerajaan, bangsawan dan masyarakat biasa.
Berdasarkan pemilikan modal, maka pengrajin logam yang terdapat di Kelurahan Purbayan dapat digolongkan menjadi tiga lapisan. Lapisan atas adalah
pengrajin yang memiliki modal 10 – 50 juta dan memiliki toko atau galeri sendiri untuk
menjual hasil kerajinannya. Lapisan menengah adalah pengrajin dengan modal antara 1 – 50 juta dan tidak memiliki toko atau memasarkan hasil kerajinannya ke luar.
Lapisan bawah adalah pengrajin dengan modal kurang dari 1 juta dan menerima pesanan dari lapisan di atasnya.
4.4.3. Aktivitas Sosial Budaya
Budaya masyarakat di Kelurahan Purbayan merupakan budaya Jawa. Hal tersebut sudah diterapkan dan menjadi tradisi sejak berdirinya Kota Gede yang
merupakan wilayah dari Kerajaan Mataram Islam. Hal tersebut terlihat dari kegiatan- kegiatan yang ada di wilayah ini masih banyak yang mengikuti adat Jawa. Kegiatan
turun-temurun yang dijalani oleh masyarakat Purbayan adalah upacara siklus hidup. Upacara ini dilakukan sejak seseorang masih dalam kandungan, yaitu mulai dari
upacara atau selamatan saat hamil, lahir, upacara pernikahan, dan upacara kematian yang diselamati hingga seribu hari setelah meninggal. Dalam upacara-upacara
tersebut sering dimeriahkan dengan berbagai berbagai kesenian Jawa seperti wayang kulit, ketoprak, keroncong, samprongan, karawitan, ketek ogleng, dan lain sebagainya.
Kesenian-kesenian yang berbau mistik juga masih banyak digelar di daerah ini seperti jathilan atau kuda lumping.
Sekarang ini pelaksanaan upacara adat tersebut tergantung pada kepentingan seseorang saja. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat Kelurahan Purbayan yang lebih mendekati corak kehidupan masyarakat perkotaan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak BI sebagai berikut:
“Purbayan niki bisa dikatakan bukan kota dan bukan pula desa. Dalam arti, dikatakan bukan desa karena dalam perkembanganipun, waarga Purbayan
saged dikatakan kados mas yarakat kota cepet nyerep teknologi lan berfikir maju. Tapi disisi lain, Purbayan niki injih mboten kota. Mergane gotong royong
antar warga menawi wonten kang gadah hajat tasih ageng. Dugi-dugi saged empat hari kerja dipestekne libur menawi wonten kang g adah hajat”.
“Purbayan ini bisa dikatakan bukan kota dan bukan pula desa. Dalam arti, dikatakan bukan desa karena dalam perkembangannya, warga Purbayan dapat
dikatakan seperti masyarakat kota cepat menyerap teknologi dan berfikir maju. Tapi disisi lain, Purbayan ini juga bukan kota karena gotong royong antar warga
masih tinggi terlihat bila ada yang punya hajat. Bisa-bisa sampai empat hari kerja dapat dipastikan libur bila ada yang puya hajat”.
Disisi lain, corak Kerajaan Mataram Islam yang memperkenalkan Islam sejak adanya Kota Gede juga turut mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang ada. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya kegiatan seperti pengajian yang terdapat di setiap RT dengan berbagai tingkatan umur. Selain Masjid Agung, di Kota Gede juga terdapat Balai
Penelitian Dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an LPTQ Nasional. Bermula dari balai penelitian tersebut, kemudian berkembang pusat-pusat
belajar TPA disetiap RT dan kampung di Kelurahan Purbayan. Kesenian-kesenian yang berbau keislaman seperti kosidahan dan solawatan juga berkembang di wilayah
Purbayan.
BAB V. PERKEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan industri pariwisata khususnya di Kota Gede adalah melalui komponen pariwisata.
Menurut Yoeti 1985 komponen industri pariwisata meliputi fasilitas transportasi, akomodasi, catering service, pembelanjaan, dokumentasi, aktivitas rekreasi dan oyek
serta atraksi budaya. Lengkap tidaknya komponen tersebut mempengaruhi perkembangan industri pariwisata di suatu tempat, begitu juga di Kota gede.
Wisata Kota Gede merupakan rangkaian dari wisata Kraton Yogyakarta. Dengan demikian terdapat beberapa komponen pariwisata yang khusus berada di satu
tempat. Komponen-komponen pariwisata lain yang berada di satu lokasi ialah fasilitas akomodasi yang berada di wilayah Prawirotaman, jasa atau fasilitas transportasi
seperti biro perjalanan berada di daerah Laksda Adisucipto, fasilitas pembelanjaan di daerah Malioboro. Dilihat dari rangkaian di atas, selain sebagai obyek wisata, Kota
Gede termasuk ke dalam komponen fasilitas pembelanjaan. Hal tersebut disebabkan karena Kota Gede dikenal wisatawan mancanegara dengan kerajinan peraknya.
Dalam buku Petunjuk Wisata Yogja, dikatakan bahwa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata memiliki kelengkapan komponen-komponen pariwisata dengan
kualitas yang memadai dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Kesemuanya itu untuk memberikan kelancaran dan kemudahan para wisatawan yang berkunjung ke
Yogyakarta. Sarana-sarana transportasi, akomodasi dan berbagai sarana penunjang lainnya, seperti santapan makan dan minuman yang lezat, serta aneka ragam barang
cindera mata, mudah diperoleh di mana-mana Kota Gede sebagai suatu kawasan wisata memiliki kelengkapan dari komponen
industri pariwisata. Kota Gede dikembangkan menjadi wilayah wisata dikarenakan memiliki beberapa tempat sejarah yang dijadikan obyek wisata. Mengacu pada Yoeti
1985, komponen pariwisata yang dimiliki Kota Gede khususnya di Kelurahan Purbayan antara lain:
5.1. Fasilitas Akomodasi