Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan antara status penduduk dengan pola konsumsi

2.5. Hipotesis Penelitian

Proses-proses sosial yang terjadi dalam komunitas pengrajin logam menghasilkan beberapa hipotesis yang menjadi pokok bahasan penelitian ini, antara lain: 1. Terdapat hubungan antara pelapisan sosial dengan gaya hidup a. Terdapat hubungan antara pelapisan sosial dengan gaya bangunan rumah b. Terdapat hubungan antara pelapisan sosial dengan gaya bahasa antar lapisan c. Terdapat hubungan antara pelapisan sosial dengan gaya pakaian d. Terdapat hubungan antara pelapisan sosial dengan pola konsumsi 2. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gaya hidup a. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gaya bangunan rumah b. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gaya bahasa antar lapisan c. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan gaya pakaian d. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pola konsumsi 3. Terdapat hubungan antara status penduduk dengan gaya hidup a. Terdapat hubungan antara status penduduk dengan gaya bangunan rumah b. Terdapat hubungan antara status penduduk dengan gaya bahasa antar lapisan c. Terdapat hubungan antara status penduduk dengan gaya pakaian

d. Terdapat hubungan antara status penduduk dengan pola konsumsi

2.6. Definisi Operasional 1. Pelapisan sosial: tingkatan yang terdapat dalam suatu komunitas berdasarkan penguasaan modal dan tenaga kerja. Terbagi menjadi • Lapisan sosial atas: pengrajin dengan modal 10 - 50 juta dengan tenaga kerja antara 5 - 19 orang dan memasarkan barang di galeri atau toko milik sendiri • Lapisan menengah: pengrajin dengan modal antara 1 - 50 juta dengan tenaga kerja antara 1 - 4 orang dan memasarkan barang ke luar daerah dengan bekerjasama dengan pihak lain • Lapisan bawah: pengrajin dengan modal kurang dari 10 juta dengan tenaga kurang dari empat orang dan menerima pesanan dari lapisan menengah dan atas 2. Status penduduk: keaslian tempat tinggal atau asal responden. Status penduduk diukur dari: • Penduduk asli : penduduk yang tinggal di daerah tersebut sejak lahir atau lebih dari 10 tahun • Pendatang : penduduk yang datang dari luar dan tinggal di tempat tersebut kurang dari 10 tahun 3. Pendidikan: lulusan atau tamatan pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh orangtua dan anak. Tingkat pendidikan diukur berdasar pada tamatan terakhir pendidikan • SD : tamat atau tidak tamat SD • SLTP : tamat SLTP • SLTA : tamat SLTA • Perguruan tinggi : tamat perguruan tinggi • Pendidikan non formal: kursus-kursus yang pernah diikuti 4. Gaya pakaian: cara pakaian dan variasi model yang dikenakan seseorang sehari- hari yang menunjukkan prestise mereka. Gaya pakaian diukur berdasarkan pada kriteria: Intensitas ganti pakaian • Jarang: intensitas ganti pakaian yang dilakukan oleh anggota keluarga satu kali sehari. Dengan variasi nilai = 1 • Cukup: intensitas ganti pakaian yang dilakukan oleh anggota keluarga dua kali sehari. Dengan variasi nilai = 2 • Sering: intensitas ganti pakaian yang dilakukan oleh anggota keluarga sesuai dengan aktivitas. Dengan variasi nilai = 3 Variasi pakaian: • Kurang bervariasi: memiliki satu jenis pakaian pakaian rumah dan pakaian pergi tidak dibedakan. Den gan variasi nilai = 1 • Cukup bervariasi : memiliki dua jenis pakaian pakaian pergi dan pakaian rumah dengan variasi nilai = 2 • Bervariasi : memiliki beberapa jenis pakaian membedakan jenis pakaian dan acara Dengan variasi nilai = 3 Anggaran biaya: • Tidak : rumah tangga yang tidak memiliki anggaran biaya khusus untuk membeli pakaian. Dengan variasi nilai = 1 • Iya : rumah tangga yang memiliki anggaran biaya khusus untuk membeli pakaian. Dengan variasi nilai = 2 Jumlah anggaran biaya: • Kurang : rumah tangga dengan anggaran biaya untuk setiap kali pembelian pakaian kurang dari Rp. 100.000. Dengan variasi nilai = 1 • Cukup : rumah tangga dengan anggaran biaya untuk setiap pembelian pakaian antara Rp. 100.000 – Rp. 500.000. Dengan variasi nilai = 2 • Lebih : rumah tangga dengan anggaran biaya untuk setiap kali pembelian pakian lebih dari Rp. 500.000. Dengan variasi nilai = 3 Tempat belanja: • Kurang : rumah tangga yang membeli pakaian keluarga di pedagang keliling atau kredit. Dengan variasi nilai = 1 • Cukup : rumah tangga yang membeli pakaian keluarga di pasar tradisional. Dengan variasi nilai = 2 • Baik : rumah tangga yang membeli pakaian keluarga di pasar modern atau mal. Dengan variasi nilai = 3 Gaya pakaian di ukur berdasarkan jumlah kumulatif dari kriteria intensitas ganti pakaian, variasi pakaian, anggaran biayan untuk membeli pakaian, jumlah anggaran biaya, dan tempat berbelanja pakaian, dengan variasi nilai: • Sederhana : rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya pakaian dengan jumlah 6 - 8 • Biasa: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya pakaian dengan jumlah 9 - 11 • Modern rumah tangga yang memiliki nilai untuk semua kriteria gaya pakaian dengan jumlah 12 - 14 5. Gaya bangunan rumah: bentuk rumah yang menjadi tempat tinggal tiap rumah tangga pengrajin. Tipe bangunan rumah diukur berdasarkan: Bentuk atap rumah: • Tipe klabangnyander : memiliki dua bangunan atap, samping kanan dan samping kiri. Dengan variasi nilai = 1 • Tipe jawa : bentuk atapnya terdiri dari empat bidang, bidang muka atas, bidang muka bawah, bidang belakang bawah, dan bidang belakang atas. Dengan variasi nilai = 2 • Tipe limasan : bangunan atapnya terdiri dari enam bidang, bidang muka atas, bidang muka bawah, bidang belakang bawah, bidang belakang atas, bidang samping kanan, dan bidang samping kiri. Dengan variasi nilai = 3 Bahan dasar bangunan : bahan dasar yang digunakan untuk membuat dinding rumah. Bahan dasar bangunan di ukur dengan kriteria: • Bambu. Dengan variasi nilai = 1 • Kayu. Dengan variasi nilai = 2 • Tembok. Dengan variasi nilai = 3 Bahan dasar bangunan : bahan dasar yang digunakan untuk membuat dinding rumah. Bahan dasar bangunan di ukur dengan kriteria: • Tanah. Dengan variasi nilai = 1 • Semen atau tegel. Dengan variasi nilai = 2 • Keramik. Dengan variasi nilai = 3 Gaya bangunan rumah merupakan jumlah kumulatif dari kriteria bentuk atap rumah, bahan dasar dinding rumah, dan bahan dasar tembok rumah, dengan variasi nilai: • Sederhana : rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya bangunan rumah dengan jumlah 5 - 6 • Biasa: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya bangunan rumah dengan jumlah 7 - 8 • Modern: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya bangunan rumah dengan jumlah 9 - 10 6. Gaya bahasa: cara seseorang berbicara dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Gaya bahasa diukur berdasar penggunaan bahasa kepada suami atau istri, kepada anak, dan tetangga dengan kriteria: • Bahasa ngoko : bahasa dengan tingkatan paling kasar kowe atau kamu. Dengan variasi nilai = 1 • Bahasa madya : bahasa dengan tingkatan menengah sampean atau kamu. Dengan variasi nilai = 2 • Bahasa jawa kromo : bahasa dengan tingkatan paling halus panjenengan atau kamu. Dengan variasi nilai = 3 Gaya bahasa merupakan jumlah kumulatif dari kriteria penggunaan bahasa kepada suami atau istri, penggunaan bahasa kepada anak, dan penggunaan bahasa kepada tetangga yang diukur dengan variasi nilai: • Kasar: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya bahasa dengan jumlah 3 – 4 • Biasa: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya bahasa dengan jumlah 5 – 6 • Halus: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria gaya bahasa dengan jumlah 7 - 8 7. Pola makan keluarga: kebiasaan makan rumah tangga pengrajin ketika membeli makan untuk makan keluarga sehari-hari. Pola makan diukur dengan kriteria: Perolehan makan keluarga: • Memasak: rumah tangga pengrajin yang menyediakan makan keluarga sehari- hari dengan mengolah atau memasak sendiri • Membeli: rumah tangga pengrajin yang menyediakan makan keluarga sehari- hari dengan membeli Intensitas makan di luar membeli: • Kurang: rumah tangga pengrajin yang membeli makanan untuk keluarga sekali dalam seminggu. Dengan variasi nilai = 1 • Kadang-kadang: rumah tangga pengrajin yang kadang-kadang membeli makanan untuk keluarga atatu tergantung kebutuhan. Dengan variasi nilai = 2 • Sering: rumah tangga pengrajin yang membeli makanan untuk keluarga lebih dari dua kali dalam seminggu. Dengan variasi nilai = 3 Tempat makanan • Kurang: rumah tangga pengrajin yang membeli makanan keluarga di warung makan. Dengan variasi nilai = 1 • Baik: rumah tanga pengrajin yang membeli makanan keluarga di warung makan dan atau di tempat lain, seperti rumah makan atau restouraan siap saji. Dengan variasi nilai = 2 Menu makan: • Kurang: rumah tangga pengrajin yang membeli makanan keluarga dengan menu makanan tradisional. Dengan variasi nilai = 1 • Baik: rumah tangga pengrajin yang membeli makanan keluarga dengan menu makanan masakan tradisional dan atau masakan barat atau siap saji. Dengan variasi nilai = 2 Pola makan merupakan jumlah kumulatif dari kriteria perolehan makan keluarga, intensitas makan di luar, tempat membeli makan, dan menu makan, yang diukur dengan variasi nilai • Kurang: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria pola makan dengan jumlah 3 – 4 • Baik: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria pola makan dengan jumlah 5 – 7 8. Pemilikan barang sekunder: barang-barang sekunder yang dimiliki oleh rumah tangga pengrajin. Pemilikian barang sekunder diukur berdasarkan kriteria: Pemilikan barang elektronik : rumah tangga pengrajin yang memiliki barang elektronik seperti televisi, CD player, radio tape, kompor gas, mesin cuci, kulkas, dan lain- lain. Pemilikan barang elektronik diukur dengan kriteria: • Kurang : bila rumah tangga pengrajin memiliki kurang dari 2 barang elektronik. Dengan variasi nilai = 1 • Cukup : bila rumah tangga pengrajin memiliki barang elektronik antara 3 – 5 jenis. Dengan variasi nilai = 2 • Baik : bila rumah tangga pengrajin memiliki lebih dari enam barang elektronik. Dengan variasi nilai = 3 Pemilikan alat komunikasi: rumah tangga pengrajin yang memiliki alat komunikasi seperti telefon, HP, mesin faks. Pemilikan alat komunikasi diukur dengan kriteria: • Kurang: bila rumah tangga pengrajin tidak atau memiliki satu alat komunikasi. Dengan variasi nilai = 1 • Cukup: bila rumah tangga pengrajin memiliki kurang dari tiga alat komunikasi. Dengan variasi nilai = 2 • Baik: bila rumah tangga pengrajin memiliki tiga atau lebih alat komunikasi. Dengan variasi nilai = 3 Pemilikan alat transportasi: rumah tangga pengrajin yang memiliki alat komunikasi seperti sepeda, motor, dan mobil. Pemilikan alat transportasi diukur dengan kriteria: • Kurang: bila rumah tangga pengrajin memiliki sepeda dan atau satu motor. Dengan variasi nilai = 1 • Cukup: bila rumah tangga pengrajin memiliki sepeda dan atau tiga motor. Dengan variasi nilai = 2 • Baik: bila rumah tangga pengrajin memiliki sepeda dan atau lebih dari tiga motor dan alat transportasi lain. Dengan variasi nilai = 3 Pola pemilikan barang sekunder merupakan jumlah kumulatif dari kriteria pemilikan barang elektronik, pemilikan alat komunikasi dan pemilikan alat transportasi, yang di ukur dengan variasi nilai: • Kurang: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria pola pemilikan barang sekunder dengan jumlah 3 - 4 • Cukup: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria pola pemilikan barang sekunder dengan jumlah 5 - 6 • Baik: rumah tangga yang memiliki variasi nilai untuk semua kriteria pola pemilikan barang sekunder dengan jumlah 7 - 9 2.7. Definisi Konseptual a. Perubahan sosial: perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang terdapat pada suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. b. Komunitas: kumpulan orang ynag berinteraksi karena kesamaan pekerjaan 2. Pengrajin logam: kegiatan mengolah suatu bahan logam mentah menjadi barang jadi berupa perhiasan. Bahan logam tersebut berupa perak, emas, tembaga, dan sebagainya 3. Pariwisata: suatu kegiatan perjalanan sementara yang dilakukan oleh seseorang dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan wisata 4. Wisatawan: orang yang melakukan perjalanan wisata 5. Industri pariwisata: berbagai kegiatan produksi dengan komoditi kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisatanya 6. Komponen industri pariwisata: kebutuhan-kebutuhan wisatawan selama berada di tempat wisata yang ditujunya. Komponen industri pariwisata berupa sarana transportasi, penginapan, tempat makan, tempat pembelanjaan, obyek wisata dan aktivitas rekreasi 7. Pariwisata kerajinan: pariwisata yang obyek wisatanya berupa sarana pembelanjaan berupa kerajinan-kerajinan yang menjadi ciri khas daerah tersebut 8. Perkembangan pariwisata: peningkatan atau penurunan yang terjadi pada suatu kegiatan pariwisata 9. Gaya hidup: simbol-simbol yang memperlihatkan kebiasan, pola kelakuan, dan tata cara dalam tiap lapisan masyarakat yang memperlihatkan identitas dari masyarakat tersebut. Terdiri dari gaya pakaian, gaya bahasa, gaya bangunan rumah, pola makan keluarga dan pola pemilikan barang sekunder BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah wisata Kota Gede, yaitu di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede, Kota Yogyakarta, DIY lihat Lampiran 1. Kawasan wisata Kota Gede tersebut dipilih sebagai lokasi karena diharapkan dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini, dimana Kota Gede ini merupakan salah satu tempat tujuan wisatawan yang datang ke Yogyakarta setelah mereka mengunjungi tempat wisata lain. Setelah mengunjungi berbagai tempat wisata di Yogyakarta, wisatawan tersebut akan singgah ke Kota Gede untuk membeli kenang-kenangan khas Kota Gede. Karena wisata Kota Gede termasuk ke dalam rangkaian wisata kunjungan Keraton, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta Hadiningrat akan diikuti dengan mengunjungi Kota Gede. Selain itu, Kota Gede juga mengikuti jalur obyek-obyek wisata yang sudah ditentukan oleh transportasi umum secara teratur. Jalur tersebut ialah Prambanan, Kaliurang, Parang Tritis, Imogiri, Samas, Kota Gede, Glagah, Congot, Pandan Simo, Gua Kiskenda, dan Sendangsono Buku Petunjuk Wisata Jogya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Gede merupakan obyek wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Penelitian lapang dilaksanakan selama enam minggu, dengan pembagian waktu penjajagan, pengurusan perijinan dan pengambilan data. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2005. 3.2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data nyata di lapangan. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei, dengan pengambilan sampel dari suatu populasi. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang kebutuhan data primer yang diperlukan dalam penelitian ini. Penelitian survei ini dilakukan untuk menguji hubungan antar beberapa variabel penelitian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pelapisan sosial dan varibel gaya hidup. Variabel gaya hidup dijelaskan dengan melihat pada variabel gaya bangunan rumah, gaya bahasa, gaya pakaian, pola makan dan pola pemilikian barang sekunder. Sedangkan vriabel Karakteristik responden dijelaskan dengan tingkat pendidikan dan status penduduk. Dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti, maka dilakukan penambahan informasi secara kualitatif untuk data kuantitatif singarimbun dan Effendi, 1995. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data yang berupa data deskriptif untuk menjelaskan fakta dan gejala sosial yang ingin diteliti. Data kualitatif akan diperlukan dalam melengkapi data-data kuantitatif. Data kualitatif ini digunakan untuk menjawab dan menjelaskan perumusan masalah tentang bagaimana dan mengapa masalah sosial tersebut terjadi. 3.3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi data yaitu penyebaran kuesioner, panduan wawancara dengan respoden dan informan, pengamatan berperan serta di lapangan, dan pengambilan serta kajian data sekunder. Data yang dicari dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara mendalam terhadap responden dan informan sebagai data penunjang. Sedang data sekunder diperoleh dari hasil analisis dokumen-dokumen berupa data BPS, data dari dinas maupun badan pariwisata setempat, data monografi dan buku potensi kelurahan Purbayan dan lain-lain. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga, dimana rumah tangga merupakan satuan ekonomis yang ditandai dengan satu kesatuan manajemen produksi dan konsumsi yang dilakukan oleh anggotanya. Rumah tangga yang dikaji merupakan satuan rumah tangga kelompok pengrajin logam di Kelurahan Purbayan, Kota Gede. Banyaknya responden yang digunakan untuk memperoleh data primer sebanyak 30 responden, dengan pembagian 10 responden dari rumah tangga pengrajin lapisan atas, 10 rumah tangga pengrajin dari lapisan menengah dan 10 rumah tangga pengrajin dari lapisan bawah. Penentuan jumlah 30 rumah tangga sebagai sampel penelitian dinilai cukup representatif untuk sebuah penelitian sosial untuk kepentingan analisis data Usman dan Kabar, 2000 Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik acak berlapis. Teknik tersebut digunakan karena terdapat keheterogenan dalam populasi yang diteliti. Populasi pertama-tama distratifikasi berdasar pemilikan modal yang terstratifikasi menjadi tiga pelapisan sosial yaitu lapisan atas, menengah, dan lapisan bawah. Masing-masing pelapisan sosial tersebut kemudian dipilih secara acak dan menjadi sampel penelitian. Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mereka yang tergolong tokoh masyarakat seperti ketua Karang Taruna dan ketua RW, kepala Lurah dan beberapa staf kelurahan, tetua adat, juru kuncen sebagai penjaga obyek wisata dan tetua yang telah lama hidup dan tinggal di dalam masyarakat Kelurahan Purbayan, serta pengrajin logam yang tidak menjadi responden. Selain itu, informan lainnya adalah dari dinas dan badan pariwisata yang terdapat di Yogyakarta. Informan-informan tersebut dipilih karena memiliki pengetahuan atau keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan pengrajin di Kelurahan Purbayan dan pariwisata yang terdapat di Kota Gede. 3.4. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dari lapangan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data trsebut kemudian diolah dengan melalui tiga tahapan. Tahapan dalam pengelolaan dan analisa data meliputi reduksi data, yang dilakukan dengan cara memilih data, menyederhanakan serta melakukan pengelompokan data ke dalam golongan- golongan yang sudah dikoding. Tahapan kedua, yaitu penyajian data. Data disajikan secara deskriptif sebagai hasil eksplorasi kasus. Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan didasarkan pada hubungan-hubungan antar fakta sosial atau konsep dalam penelitian. Ketiga tahapan tersebut dilakukan mulai saat penulis berada dilapang dan setelah peneliti selesai di lapang. Hasil analisa ditafsirkan dalam dua kelompok. Pertama, hasil analisa data ditafsirkan sesuai dengan hasil uji statistika dan tabulasi serta distribusi frekuensi data. Lebih lanjut penafsiran tersebut diperdalam dengan memanfaatkan hasil analisa kualitatif dan hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pengujian hipotesa dalam hal hubungan antar variabel dilakukan uji statistik Kolerasi Rank atau Spearman r s dengan taraf nyata lima persen 5. Uji tersebut dipilih karena kedua variabel yang diuji adalah variabel ordinal. BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Lokasi Dan Kondisi Geografis Daerah Penelitian