Dalam usaha kerajinan itu, justru perempuan yang memegang peranan penting. Bapak-bapaknya justru tidak memiliki suara entah karena dia tidak mampu sakit
atau tidak berwawasan, dalam posisi lemah atau memang sengaja menyerahkan urusan pada sang istri malas. Perempuan yang sering keluar
mengurus usaha. Yang memegang manajemen usaha hingga peng ambilan keputusan juga perempuan. Laki -laki kebanyakan di rumah, hanya bermain atau
memanjakan burung peliharaan Perkutut. Tetapi dalam urusan ke luar tersebut, tetap menggunakan nama suami. Contohnya adalah Toms Silver, MD Silver, MH
Silver.
Dari jumla h total rumah tangga responden yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat dua responden yang memiliki status sebagai anak dalam usaha kerajinan
keluarga. Satu diantaranya bekerja dengan meneruskan usaha keluarganya dan satu yang lainnya adalah membuka cabang dari usaha keluarganya. Dan dari dua
responden perempuan yang dipilih, satu diantaranya berperan sebagai istri dalam rumah tangga pengrajin tersebut yang bekerja membantu usaha suami.
6. 1. 3 Status Penduduk
Berdasarkan karakteristik status penduduk, terdapat sebanyak 90 persen rumah tangga responden yang merupakan penduduk asli. Sebagian dari mereka
merupakan lahir dan besar di Kelurahan ini dan sebagian lagi merupakan pendatang tetapi sudah menentap lebih dari 10 tahun di Purbayan. Mereka pindah dan menetap di
Kelurahan Purbayan biasanya dikarenakan oleh faktor perkawinan. Sebanyak 10 persen dari total responden merupakan pendatang yang tinggal di
Kelurahan Purbayan tersebut kurang dari 10 tahun. Mereka pindah karena faktor pekerjaan. Para responden ini berasal dari Kabupaten Wonosari dan Gunung Kidul.
Mereka tinggal dan menyewa rumah selama mereka tinggal di Kelurahan Purbayan tersebut.
6. 1. 4 Pendidikan
Dilihat dari pendidikan akhir yang ditamatkan, terdapat 11 responden yang merupakan lulusan SLTA yang berasal dari empat responden lapisan bawah, empat
responden lapisan menengah dan tiga responden lapisan atas. Tamatan terbanyak
selanjutnya adalah SD, terdapat 10 responden lulusan SD, yaitu empat dari lapisan bawah, dua dari lapisan menengah dan empat dari lapisan atas. Responden yang
menamatkan pendidikannya di tingkat SLTP sebanyak tiga orang yang berasal dari dua orang lapisan bawah dan satu lapisan atas. Sedangkan lulusan akademi atau
perguruan tinggi terdapat enam orang, dari lapisan menengah sebanyak empat orang dan lapisan atas sebanyak dua orang. Hal tersebut dapat dilihat dalam gambar 2
dibawah ini.
Gambar 2. Tamatan Pendidikan Responden Penelitian
1 2
3 4
Lap. Bawah Lap menengah
Lap. Atas
SD SLTP
SLTA Akademi +
Sumber: Data Primer. 2005
6. 1. 5 Lapisan Sosial Pengrajin
Sebagian besar masyarakat Purbayan bermata pencaharian sebagai wiraswasta, yaitu sebesar 61,5 persen dari jumlah penduduk usia produktif. Dominasi
dari usaha wiraswasta tersebut adalah masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin logam. Pengrajin logam yang terdapat di Kota Gede atau Purbayan pada khususnya
termasuk ke dalam usaha home industry atau industri rumah tangga atau industri kecil Dinas Perekonomian Kota Yogyakarta. Klasifikasi home industry ini berdasarkan
jumlah modal kurang dari 100 juta dan tenaga kerja kurang dari 20 orang. Para pengrajin perak ini terbagi berdasarkan jumlah modal sebagai penentu
pokok yang kemudian mempengaruhi cakupan pemasaran atau penjualan hasil. 1.
Lapisan Atas. Pengrajin yang termasuk ke dalam lapisan atas ini merupakan pengrajin yang
memiliki modal antara 10 – 50 juta. Hanya beberapa pengrajin yang memiliki modal lebih dari 50 juta. Pengrajin lapisan ini memiliki pegawai tetap yang bekerja khusus dan
difasilitasi dengan peralatan modern. Selain itu, mereka biasanya memiliki pengrajin lepas yang siap bekerja sewaktu terdapat pesanan dalam jumlah besar.
Pengrajin lapisan atas ini memasarkan hasil kerajinannya ke toko atau gallerynya sendiri. Bagi pengrajin lapisan atas yang lebih besar juga memiliki cabang di
beberapa tempat seperti Bali, Jakarta. Selain itu, mereka juga memiliki jaringan untuk memasok ke toko-toko cindera mata yang terdapat dibeberapa daerah wisata. Seperti
dalam kasus Ibu Nn:
Ibu Nn merupakan salah satu pengrajin lapisan atas dengan modal utama lebih dari 50 juta dan memiliki pegawai 15 orang termasuk yang menjaga tokonya. Ia
menjadi pengrajin sudah sejak 10 tahunan yang lalu. Menurut ibu Nn meskipun letaknya di dalam kampung, tokonya cukup di kenal
oleh wisatawan dan mampu bersaing dengan toko -toko yang terdapat di Jalan Kemasan lainnya. Nn merupakan salah satu toko perak terkenal yang terdapat di
Kelurahan Purbayan.
Selain di jual ke tokonya, hasil kerajianan perak milik bu Nn ini dipasarkan ke Bali yang merupakan salah satu jaringan pemasarannya. Ia juga merupakan salah
satu pemasok bagi toko-toko besar seperti HS Silver yang sekarang menjadi salah satu pengrajin perak terbesar di Kota Gede.
2. Lapisan Menengah
Pengrajin lapisan ini memiliki modal antara 1 – 50 juta. Karena kurangnya modal untuk mendirikan galery dan menyewa tenaga kerja, kebanyakan dari pengajin
ini tidak dapat memasarkan langsung hasil kerajinannya di toko atau galerinya sendiri. Sebagian dari mereka menerima pesanan dari perusahaan atau lembaga-lembaga
yang membutuhkan jasa kerajinan. Sebagian lagi memasarkan hasil kerajinannya ke luar daerah. Karena keterbatasan modal, biasanya dalam pemesanan, pemesan
membayar uang muka sebagai modal awal selebihnya adalah sistem kepercayaan. Pengrajin lapisan ini cenderung memiliki jangkauan pemasaran yang lebih luas
daripada pengrajin lapisan atas. Mereka menjual hasil kerajinannya hingga ke berbagai tempat seperti perusahaan, insatansi pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan
bahkan ke luar negeri. Hal tersebut sesuai dengan kasus Bapak BI:
Bapak Bi merupakan salah satu pengrajin logam lapisan menengah. Ia menjadi pengrajin sudah 30 tahunan. Sebelum menjadi pengrajin seperti sekarang
pengrajin lapisan menegah ia memulai karirnya dengan menjadi kuli atau buruh pengrajin. Setelah mengetahui teknik dan memiliki modal kemud ian ia mulai
lepas dan menerima pesanan dari toko-toko besar. Bapak BI merupakan lulusan
S1 ISI. Dengan bermodalkan wawasan kemudian ia menawarkan hasil kerajinannya ke almamaternya dalam bentuk kalung-kalung rektor atau piagam
wisudawan. Selain itu, Bapa k BI memiliki ketrampilan khas sehingga banyak perusahaan
yang memesan kpada Bapak BI. Saya itu kemarin habis menyelesaikan orderan dari perusahaan Jerman yang
memesan gantungan dengan logo gambar perusahaan dia dengan tingkat kerumitan tertinggi. Hanya beberapa pengrajin yang dapat mengerjakannya”
Selain itu, bapak BI juga sering menerima pesanan dari kalangan pejabat misalnya untuk souvenir -souvenir acara.
3. Lapisan Bawah
Pengrajin ini merupakan dominasi dari pengrajin yang terdapat di kelurahan Purbayan. Lapisan ini memiliki modal kurang dari 10 juta. Pengrajin lapisan ini lebih
menyerupai buruh pengrajin. Modal utama yang lebih diperlukan adalah peralatan dan tenaga. Mereka memiliki peralatan yang masih sederhana dan atau manual. Pengrajin
lapisan ini me nerima pesanan dari pengrajin lapisan atas atau menengah. Kebanyakan dari lapisan ini, merupakan pegawai semi tetap dari pengrajin lapisan atas. Dalam arti,
apabila terdapat pesanan, pengrajin lapisan atas akan secara otomatis menyerahkan sebagian pesanann ya kepada pengrajin-pengrajin tersebut. Sistem yang mereka
peroleh adalah sistem free lance. Pengrajin lapisan atas tidak berani menanggung resiko membayar gaji mereka ketika tidak ada pesanan apabila mereka dijadikan
pegawai tetap. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Mj:
“Para pengusaha tersebut tidak berani ambil resiko dengan memiliki pegawai tetap dalam jumlah banyak. Meskipun dalam kenyataannya sebenarnya mereka
tidak akan rugi karena pesanan pasti selalu ada minimal dari pelanggan- pelanggan tetapnya. Tetapi yang jadi masalah mereka tetap meskipun pesanan
menurun. Selain itu, itu merupakan salah satu strategi pengusaha yang ingin memperoleh keuntungan lebih dari kondisi yang ada dibawahnya.”
Mereka bekerja dengan membuat jaringan dengan pengrajin lapisan atasnya. Sehingga apabila terdapat pesanan dalam jumlah besar, pengrajin lapisan bawah ini
akan mendapatkan pesanan juga. Selain hal tersebut diatas. Pengrajin lapisan bawah ini memiliki spesifikasi yang
berbeda-beda misalnya spesifikasi pembuat cincin, pembuat, gelang, pembuat kalung dan sebagainya. Seperti kasus Bapak My:
Bapak My merupakan pengrajin lapisan bawah dengan spesifikasi pembuat cincin. Ia bekerja sejak enam tahun yang lalu. Dengan bermodalkan ilmu dari
orang tuanya dan modal kurang dari 10 juta ia memulai usahanya dengan menerima pesanan cincin dari pengrajin atas bekas langganan bapaknya. Ia
bekerja dengan dua tenaga kerja yang membantunya. Menurut Bapak My, para pengrajin lapisan bawah bekerja dengan sistem kepercayaan dengan sesama
dan saling tolong menolong. Sehingga apabila ada pemesan kerajinan selain dari spesifikasinya, maka pesanan tersebut dilimpahkan kepada pengrajin lain sesuai
ahlinya.
“Ya kalau ada yang memesan selain cincin, tetap saya terima tetapi dalam pelaksanaannya saya serahkan misalnya kepada Bapak Bb yang merupakan
rekan seprofesi saya. Dengan demikian prinsip tolong menolong tetap dijalankan meskipun orderan sedang sepi.tapi saya tetap mendapkan untung, ya setidaknya
bagi hasil.”
Dengan adanya spesifikasi tersebut, sering terjadi waktu -waktu kosong atau tidak menerima pesanan pada pengrajin ini. Hal tersebut sering kali dikarenakan
sempitnya cakupan wawasan mereka. Waktu kosong tersebut mereka gunakan untuk santai dan beristirahat.
Dengan adanya spesifikasi tersebut, sering terjadi waktu-waktu kosong atau tidak menerima pesanan pada pengrajin ini. Hal tersebut sering kali dikarenakan
sempitnya cakupan wawasan mereka. Waktu kosong tersebut mereka gunakan untuk santai dan beristirahat.
6.2. Dampak Pariwisata Terhadap Gaya Hidup