Fasilitas Transportasi Dampak Industri Pariwisata Terhadap Gaya Hidup Komunitas Pengrajin Logam (Kasus Di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede, Kota Yogyakarta, Diy)

hingga tahun 2004 tidak terdapat hotel atau tempat penginapan khusus wisatawan. Hal tersebut disebabkan oleh peraturan tidak tertulis yang tidak mengijinkan pembangunan penginapan di wilayah Purbayan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Yh: “Di Purbayan iki ndak ada penginapan utowo hotel sing khusus kanggo wisatawan. Iku wis adat utowo semacam peraturan tidak tertulis neng Kelurahan kene. Mungkin onone peraturan iku kanggo njogo supoyo pengaruh luar sing kurang apik ora keno neng warga. Peraturan iku sudah turun temurun dan gak ono warga sing protes utowo mbalelo. Neng Purbayan iki ono penginapan tapi dalam bentuk kos -kosan utowo kontrakan sing di tujokne kanggo warga sing kerjo utowo pelajar sing golek ilmu lan dudu wisatawan sing muk manggon pirang ndino” Di Purbayan ini tidak ada penginapan atau hotel yang khusus untuk wisatawan. Itu sudah menjadi adat atau semacam peraturan tidak tertulis di Kelurahan ini. Mungkin adanya peraturan itu untuk menjaga supaya pengaruh luar yang kurang bagus tidak mengenai warga Purbayan. Peraturan itu sudah turun temurun dan tidak ada yang protes atau membangkang. Di Purbayan ini ada penginapan tetapi dalam bentuk kos -kosan atau kontrakan yang diperuntukkan buat warga yang bekerja atau pelajar yang sedang menuntut ilmu dan bukan wisatawan yang hanya tinggal beberapaa hari.

5.2. Fasilitas Transportasi

Jasa transportasi yang terdapat di DIY dibutuhkan wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang terdapat di Yogyakarta ataupun untuk datang ke Yogyakarta sendiri. Selain dari alat transportasi, dibutuhkan syarat pendukung lain seperti kondisi jalan-jalan, kelancaran lalu lintas, jadwal perjalanan yang teratur, dan kondisi alat transportasi sendiri yang memadai sehingga dapat menciptakan kenyamanan pengguna jasa. Syarat-syarat tersebut dapat dikatakan terpenuhi untuk kota Yogyakarta. Kondisi jalan aspal yang cukup lebar dan ketertiban rambu-rambu lalu lintas di Yogyakarta terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas. Untuk dapat berada di Yogyakarta dapat dilakukan dengan menggunakan transportasi darat melalui bus antar propinsi atau kereta api. Selain itu terdapat juga bandara untuk transportasi udara dari dan ke wilayah lain. Transpotasi antar kota untuk menuju tempat-tempat wisata dapat ditempuh dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan. Alat transportasi yang dapat digunakan antara lain biro-biro perjalanan, taxi, bus, dan mikro bus yang dapat di sewa atau di carter dengan menghubungi agen-agen perjalanan. Di Yogyakarta, hingga tahun 2004 terdapat 11 perusahaan bis wisata dan 17 perusahaan taxi Buku Petunjuk Wisata Jogja. Obyek-obyek wisata yang sudah dihubungkan oleh transportasi umum secara teratur adalah Prambanan, Kaliurang, Parangtritis, Imogiri, Samas dan Kota Gede; Glagah, Congot, Pandan Simo, Gua Kiskenda, dan Sendang Sono. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan biro-biro perjalanan biasanya bekerjasama dengan hotel-hotel sebagai salah satu bentuk pelayanan, sehingga para wisatawan tidak perlu repot-repot untuk menuju tempat-tempat wisata. Biro perjalanan ini dilengkapi dengan pemandu atau guide. Pemandu tersebut akan melayani para wisatawan dalam perjalanan ke obyek-obyek wisata. Hingga tahun 2004 terdapat 36 biro jasa perjalanan dari 11 biro perjalanan pada tahun 2000 Buku Petunjuk Wisata Jogja, 2004. Sedangkan untuk transportasi kota dan lokal dapat menggunakan bis kota dengan berbagai jalur serta tujuannya. Terdapat beberapa perusahan bus yang beroperasi di Yogyakarta, antara lain KOBUTRI, KOPADA. Bus-bus kota ini keliling kota dengan berbagai tujuan yang berangkat dari terminal Giwangan dan memutar di kampus UGM. Jalur transportasi kota menuju Kelurahan Purbayan adalah jalur 6 dan 10 dari terminal Giwangan. Sebelum terdapat terminal Giwangan, transportasi untuk jalur kota Yogyakarta berpusat di terminal Umbulharjo. Pemindahan terminal pusat tersebut memiliki pengaruh tersendiri bagi kelancaran jalur trasnportasi kota yang secara tidak langsung juga mempengaruhi perkembangan pariwisata kota. Hal tersebut dikarenakan banyak penduduk yang tidak mengetahui jalur untuk ketempat lain setelah pemindahan terminal, seperti yang dikatakan oleh Ibu X: “Kulo rodo mboten apal jalur bis sak wise terminalipun dipindah teng Giwangan. Pas tasih teng Umbulharjo ngonten kulo tesih apal tapi yen sak niki..? Ditambah meneh kulo jarang nitih bis, menawi tindak -tindak biasane nitih sepeda motor.” “Saya hampir tidak hafal jalur bis sesudah terminalnya pindah ke Giwangan. Waktu masih di Umbulharjo gitu saya masih hafal tetapi kalau sekarang..? Ditambah lagi saya jarang naik bis, kalau bepergian biasanya saya naik motor.” Kondisi tersebut hampir dialami oleh sebagian warga yang menggunakan pribadi seperti motor atau mobil. Sehingga, apabila terdapat pendatang atau wisatawan yang hendak ke tempat lain dan menanyakan jalur bis kota menjadi terhalang. Selain dengan bis kota, untuk mencapai tujuan dapat juga ditempuh dengan menggunakan andong, becak, sepeda dan motor untuk transportasi lokal. Kendaraan ini dapat disewa untuk berkeliling selama di area wisata. Kendaraan ini dapat ditemukan di beberapa terminal lokal seperti di Gembira Loka, Kota Gede, sebelah timur pasar Beringharjo, Alun-alun Utara dan sebagainya Buku Petunjuk Wisata Jogja, 2004.

5.3. Fasilitas Makan