Kunci Keberhasilan dalam Menerapkan Balanced Scorecard

3.2.7. Kunci Keberhasilan dalam Menerapkan Balanced Scorecard

Sebagai sebuah konsep yang relatif baru, kesuksesan dan kegagalan implentasi Balanced Scorecard hendaknya dipandang secara positif. Hanya dengan memperhatikan dan memahami secara cermat poin-poin utama dari konsep dan penerapan BSc, suatu kegagalan dapat diminimalisir. Untuk itu, perlu dicermati beberapa asumsi yang mendasari konsep BSc. Yuwono 2006:94 mengungkapkan scorecard adalah suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh seluruh pihak terutama orang-orang dalam organisasi yang akan mengeksekusi strategi perusahaan. Kebersamaan dan kesabaran dalam mengenali, memahami, sekaligus menerima kultur dan minsed orang-orang dalam organisasi sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar proses scorecard tetap sejiwa dan selaras dengan napas organisasi, tanpa melupakan peran scorecard itu sendiri untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan. Dengan demikian diharapkan para pegawai bisa menerima scorecard itu sendiri untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan. Para pegawai bisa menerima scorecard sebagai suatu gambaran relevan mengenai perusahaan, suatu gambaran yang juga mencakup kebutuhan dan ambisi-ambisi jangka panjang. Menurut Yuwono 2006:95 ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan penerapan BSc yaitu: 1 Memandang bahwa BSc merupakan suatu pendekatan yang berdiri sendiri, yang berbeda dengan pendekatan lain. Jadi, bila sejak awal manajemen atau berbagai pihak dalam organisasi memandang keberadaan BSc secara eksklusif Universitas Sumatera Utara maka resiko kegagalan penerapan BSc semakin tinggi. 2 Kekeliruan dalam menentukan variabel dan tolak ukur BSc yang tidak sejalan dengan ekspektasi stakeholder, terutama non-owners stakeolders selain pemegang saham, seperti: karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat, dan bahkan juga generasi mendatang. 3 Improvement goals tujuan-tujuan pengembangan manajerial dan bisnis dalam perusahaan tidak didasarkan pada kebutuhan stekeholders. 4 Tidak ada sistem yang dapat diandalkan yang dapat merinci sasaran-sasaran pada tingkat manajemen puncak hingga level di bawahnya secara efektif, yang pada dasarnya merupakan alat aktualisasi strategi dan pengembangan bisnis. 5 Karyawan employes kurang mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan. Ini tentunya sangat berpengaruh terhadap efektivitas BSc karena BSc sesungguhnya membutuhkan peran serta seluruh individu dalam seluruh lini organisasi. Agar karyawan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan demi keberhasilan implementasi BSc, maka perusahaan perlu menempuh langkah-langkah konkret, misalnya dengan memberikan kesempatan pada karyawan untuk turut memiliki saham perusahaan employes stock allocation. Dukungan yang kuat dari manajemen puncak sangat membantu dalam pengimplementasian sebuah konsep Balanced Scorecard. Selain itu dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat keseluruhan organisasi memahami ide-ide dan pengaruh-pengaruh yang terkandung di dalam konsep tersebut dalam pekerjaan sehari-hari tiap karyawan. Universitas Sumatera Utara Salah satu tujuan utama Balanced Scorecard adalah untuk menciptakan partisipasi dan komunikasi mengenai visi dan tujuan strategis suatu perusahaan. Jika konsep tersebut diterapkan tidak sebagaimana mestinya, maka orang-orang didalam organisasi mungkin akan memiliki persepsi yang salah bahwa Balanced Scorecard adalah pengontrol diri mereka, bukan demi perusahaan yang sedang berusaha membuat kemajuan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah diterapkan. Balanced Scorecard dapat dilaksanakan dengan baik dengan beberapa asumsi antara lain: 1 Mendasarkan scorecard pada strategi perusahaan. Hal yang sangat penting adalah Balanced Scorecard harus didasarkan pada visi komphrehensif dan tujuan-tujuan strategis menyeluruh dari perusahaan. Jika scorecard tidak didasarkan pada strategi, ada bahaya serius suboptimasi, dimana berbagai bagian dalam sebuah organisasi bekerja pada tujuan yang bersilangan. 2 Berbagi tolak-ukur yang didefinisikan secara jelas dan konsisten. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam Balanced scorecard harus didefinisikan secara jelas dengan cara yang sama disosialisasikan keseluruh lini atau bagian organisasi. 3 Keseimbangan dan hubungan sebab-akibat antar berbagai tolak ukur. Tujuan-tujuan perusahaan secara tradisional dinyatakan dalam berbagai bentuk sasaran dan ukuran keuanga. Akibatnya, banyak sistem dikembangkan untuk memungkinkan dilakukannya monotoring terhadap ukuran-ukuran Universitas Sumatera Utara keuangan berbasis harian. Banyak perusahaan tidak mampu memonitor ukuran-ukuran non keuangan, atau bahkan tidak terbiasa melakukannya. Sehingga ada resiko substansial bahwa ukuran-ukuran non keuangan akan diabaikan. Balanced Scorecard dimaksudkan tidak hanya untuk memperlengkap perusahaan dengan suatu pandangan yang lebih luas tentang bisnisnya, tetapi juga mengharuskannya untuk menentukan bagaimana berbagai ukuran yang berbeda tersebut dapat saling mempengaruhi. 4 Sasaran-sasaran harus disusun pada setiap tolak ukur. Balanced Scorecard ditujukan untuk meningkatkan kredibilitas, maka yang harus diperhatikan adalah, pertama, sasaran harus konsisten dengan visi komprehensif dan strategi menyeluruh. Kedua, ia harus realistis dan dapat dicapai. Ketiga, sasaran harus ambisius untuk memacu organisasi berkembang. Esensinya, karyawan di seluruh jajaran organisasi hendaknya dapat membuktikan bahwa sasaran-sasaran tersebut pada umumnya dapat tercapai. 5 Meyakinkan kemungkinan dikerjakannya tolak ukur dan pengukuran. Agar Balanced Scorecard efektif, ia harus dilengkapi secara kontinu dengan info mutakhir dan relevan sehingga ia menjadi bagian alami dari proses pembelajaran dan diskusi strategis perusahaan. Perusahaan selanjutnya harus mengembangkan berbagai prosedur, sistem intuitif dan fleksibel dan biaya yang efektif untuk melakukan pengukuran, yakni suatu sistem yang memungkinkan penggunaan informasi dari berbagai database yang tersedia, baik internal maupun eksternal, dan juga membolehkan adanya digitalisasi Universitas Sumatera Utara pengukuran yang telah dilaksnakan secara manual dalam operasi-operasi normal. 6 Adanya pengembangan suatu oeganisasi pembelajaran. Dalam proses Balanced Scorecard, strategi dirinci kedalam berbagi tolak ukur dan sasarn spesifik. Proses ini mengembangkan partisipasi, kesadaran, dan desentralisasi, pembuatan keputusan, serta tanggung jawab terhadap pencapaian sasaran yang telah dirumuskan. 7 Menindaklanjuti konsep. Agar tetap kompetitif, suatu perusahaan harus meninjau strateginya secara berkala dan konsisten. Kebanyakan perusahaan beroprasi dalam suatu lingkungan yang memaksa mereka untuk menguji strateginya secara kontinyu. Rantai antara tujuan-tujuan strategis perusahaan dan berbagai tolak ukur di dalam scorecardnya bisa dianggap sebagai suatu hipotesis hubungan sebab- akibat tertentu. Apabila tolak ukur dan tujuan-tujuan strategis berubah menjadi tidak berkorelasi, maka teori-teori yang mendasari pemilihan strategi harus dikaji ulang. Diskusi-diskusi seperti ini harus diadakan paling tidak sekali dalam setahun, bahkan mungkin triwulan atau per bulan. Balanced scorecard tidak boleh dipandang sebagai produk statis tetapi sebagai suatu model hidup dari suatu perusahaan.

3.2.8. Balanced Scorecard dan Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis