81
tidak sah oleh Negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut Agama. Namun, apabila terjadi perceraian, maka yang di rugikan
adalah pihak perempuan, karena tidak ada bukti autentik yang menjadi syarat perkawinan tersebut.
5. Terjangkitnya penyakit menular seksual PMS, karena sering
berganti-ganti pasangan, maka menjadi rentan terhadap penyakit yang menular seperti HIVAIDS.
45
D. Faktor-Faktor Terjadinya Perkawinan Poligami
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pelaku, poligami adalah suatu aturan yang manusiawi yang diperintahkan oleh Allah
berdasarkan surat an-Nisa ayat 3. Oleh sebab itu mereka sangat menentang keras dengan pendapat yang mengharamkan atau melarang adanya poligami.
Perkawinan poligami di desa Bojong Indah adalah suatu yang tidak aneh lagi, karena hampir sebagian besar masyarakat yang melakukan
poligami, adalah tokoh masyarakat yang amat panatik dengan Agama di daerah tersebut. Selain untuk menghindari perbuatan zina dan fitnah, poligami
juga merupakan jalan untuk memberikan perubahan hidup. Karena bagi mereka banyak anak banyak rezeki, banyak isteri banyak rezeki pula. Selain
itu, poligami adalah ibadah bagi orang yang mengerti. Ekonomi adalah yang menjadi faktor terjadinya perkawinan poligami tersebut, dimana perempuan
yang di poligami adalah mereka yang sangat rendah tingkat ekonominya.
45
Dampak negatif yang dirasakan oleh pelaku poligami, di desa Bojong Indah, Kec.Parung, Kab.Bogor.
82
Poligami bagi mereka adalah suatu perkara yang gampang-gampang susah, karena tidak semua orang dapat berpoligami dan di poligami. Syarat
berpoligami dan yang di poligami paling utama, adalah mereka harus mengerti betul ilmu Agama dan yang paling utama adalah persetujuan isteri isteri-
isteri, serta saling menjunjung rasa pengertian. Ini terbukti bahwa mereka yang melakukan poligami kebanyakan orang yang mengerti Agama,
setidaknya dapat dikatakan mengenyam pendidikan pesantren, guru dan pernah menunaikan ibadah haji.
Penulis akan mengkategorisasikan pelaku poligami yang telah di wawancarai, dari status sosial dan sebab-sebab terjadinya poligami, di desa
Bojong Indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1.
Faktor Pemahaman Keagamaan Masyarakat desa Bojong Indah yang melakukan perkawinan
poligami 70 adalah kalangan tokoh masyarakat yang dianggap berperan penting dalam Agama, dan menjadi panutan masyarakat desa Bojong
Indah. Alasan pelaku poligami dalam kategori ini, menyatakan bahwa legalitas
Agama merupakan salah satu penyebab terjadinya poligami sampai kapanpun, karena merupakan sunah Nabi dan memiliki landasan teologis
yang jelas yakni ayat 3 surat an-Nisa. 2.
Faktor Sosial Ekonomi Sekitar 15 pelaku poligami dalam keadaan ekonomi yang
kurang, biasanya dirasakan oleh pihak perempuan sehingga kekurangan
83
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari adalah penyebab atau alasan terjadinya poligami, demi berlangsungnya kehidupan rumah tangga di desa
Bojong Indah. 3.
Faktor Pendidikan Begitu juga dengan pendidikan, dalam ketegori ini dari 5 pelaku
poligami adalah masyarakat yang berpendidikan minim dan pemahaman yang berbeda tentang pengetahuan poligami adalah menjadi salah satu
penyebabnya. 4.
Faktor Sosial Budaya Kebiasaan berpoligami bagi masyarakat di desa Bojong Indah
adalah sesuatu yang dianggap lumrah dan sesuatu yang tidak lagi dianggap tabu. Hubungan masyarakat dengan pelaku poligami sangat diterima
dengan baik, sehingga tidak terjadi adanya kesenjangan sosial di antara mereka. Kendati demikian, posisinya hanya menempati 5 saja dalam
faktor sosial budaya ini. 5.
Faktor Biologis Selanjutnya 5 dari pelaku poligami ss menyatakan bahwa salah
satu cara untuk memperoleh kepuasan seksual, adalah merupakan langkah untuk menghindari perzinahan dan mencari ridho Allah.
Dapat dilihat dari pengkategorisasian berdasarkan status sosial, bahwa faktor pendukung poligami di desa Bojong Indah adalah mencakup
semua aspek di atas, tetapi yang paling dominan pada perkawinan ini
84
adalah faktor Agama dan ekonomi, yang membuat para isteri rela untuk berbagi.
Tampak pada diagram di atas, alasan yang paling dominan bagi pelaku perkawinan poligami, di desa Bojong Indah adalah faktor
pemahaman keagamaan yang menduduki 70, dan faktor ekonomi 15. Sedangkan faktor pendidikan menempati angka 5, faktor sosial budaya
5 dan terakhir faktor biologis 5. Berdasarkan alasan pelaku perkawinan poligami di atas, bahwa
faktor tersebut sangat berbeda dengan syarat-syarat tertentu dibolehkannya poligami, yang diatur dalam pasal 4 undang-undang No. 1 Tahun 1974,
ketentuan tersebut sebagai berikut: a.
Pasal 4 ayat 1 dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2 Undang-undang Perkawinan,
maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan tempat tinggalnya.
Faktor Pamahaman Keagamaan
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor Pendidikan Faktor Sosial Budaya
Faktor Biologis
70 15
5 5 5
85
Ayat 2 pengadilan yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari
seorang apabila: 1
Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri, 2
Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
b. Kompilasi Hukum Islam Intruksi Presiden Republik Indonsia Tahun
1991 memuat ketentuan poligami dalam IX dari pasal 55 sampai dengan pasal 59, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pasal 55 ayat
1, 2, 3 sebagai berikut: 1
Beristeri lebih dari seorang pada waktu yang bersamaan terbatas hanya sampai empat orang isteri saja.
2 Syarat utama beristeri lebih dari seorang suami harus mampu berlaku
adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya. 3
Apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristeri lebih dari seorang.
c. Pasal 57 Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang
suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila: 1
Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri, 2
Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
3 Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
86
d. Pasal 59 dalam hal isteri tidak mau memberikan persetujuan dan
permohonan izin untuk beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur dalam Pasal 55 ayat 2 dan pasal 57,
“Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar isteri yang bersangkutan di persidangan
Pengadilan Agama dan terhadap penetapan ini isteri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.
Mencermati pasal-pasal di atas, tampak Negara berperan dalam mengatur urusan perkawinan yang menunjukkan, bahwa eksistensi
Pengadilan Agama sangat berperan dalam menentukan putusan, secara yuridis bagi pelaku perkawinan poligami.
Berbeda dengan masyarakat yang melakukan poligami di desa Bojong Indah, bahwa peraturan perundang-undangan tersebut dirasa
sangat menyulitkan, dan membuang-buang waktu serta biaya. Pelaku poligami tidak terlalu mementingkan legalitas perkawinan poligaminya.
Apabila hal demikian dilakukan, maka perkawinan mereka mendapat legalitas dari Negara dan berimplikasi dalam mempermudah pembuatan
akte anak, pembuatan kartu keluarga KK, dan pembagian harta waris.
83
BAB V PENUTUP