Prosedur Perkawinan Poligami konsep keluarga sakinah bagi perkawinan poligami (studi kasus di desa Bojong indah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)

39 penilaian dari hakim pengadilan, maka suami tidak dapat memerlukan persetujuan dari isterinya. 29 Perlu kita ketahui bahwa pada Pasal 4 adalah persyaratan alternatif, artinya salah satu harus ada untuk dapat melakukan poligami. Sedangkan Pasal 5 adalah persyaratan kumulatif, dimana seluruh persyaratan harus dipenuhi oleh suami yang akan melakukan poligami.

3. Prosedur Perkawinan Poligami

Mengenai prosedur dan tata cara poligami yang resmi diatur oleh Islam memang tidak ada ketentuan secara pasti. Namun, di Indonesia telah mengatur perkawinan poligami dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dengan ketentuan sebagai berikut: “ Dalam hal suami akan beristeri lebih dari seorang sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2 Undang-Undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Aturan dalam pasal 3 ayat 2 adalah persetujuan dari isteri dan kehendak pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam pasal 56 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam, memberikan prosedur dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, yaitu: “Pengajuan permohonan izin di maksud pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagaimana di atur dalam BAB VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975”. Pada pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 menyebutkan: 29 Pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 40 “ Apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan”. Dalam kompilasi hukum Islam telah mengatur hal tersebut sebagai berikut: Pasal 56 KHI 1. Suami yang hendak beristeri dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan Agama. 2. Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagaimana yang diatur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. 3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum. Pengadilan agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila: 1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri. 2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan. Disamping syarat-syarat tersebut di atas, maka untuk memperoleh izin Pengadilan Agama harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Adanya persetujuan isteri. 2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka. 41 Persetujuan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan secara tertulis atau dengan lisan, sekalipun telah ada persetujuan tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan pada sidang Pengadilan Agama. Sedangkan tugas Pengadilan Agama diatur dalam pasal 41 PP No. 9 Tahun 1975 sebagai berikut: Pengadilan kemudian memeriksa mengenai: a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seseorang kawin lagi. b. Ada atau tidaknya persetujun dari isteri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan. c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak, dengan memperlihatkan: 1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami ynag ditandatangani oleh bendahara tempat bekerja; atau 2. Surat keterangan pajak penghasilan; atau 3. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan. d. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu. Selanjutnya pada pasal 42 juga dijelaskan keharusan pengadilan memanggil para isteri untuk memberikan penjelasan atau kesaksian. Didalam pasal ini juga dijelaskan bahwa pengadilan diberi waktu selama 42 30 hari untuk memeriksa permohonan poligami setelah diajukan oleh suami lengkap dengan persyaratannya. Mengenai hukum poligami Allah membolehkan berpoligami sampai empat orang isteri dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Yaitu adil dalam melayani isteri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran dan segala hal yang bersifat lahiriah jika tidak bisa berlaku adil maka cukup satu orang isteri saja monogami. Oleh karena itu, poligami hanya diperbolehkan, bila dalam keadaan darurat, misalnya isteri ternyata mandul, sebab menurut Islam, anak itu merupakan salah satu dari tiga human investment yang sangat berguna bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yakni bahwa amalnya tidak tertutup berkah adanya keturunan yang sholeh yang selalu berdoa untuknya. Maka dalam keadaan isteri mandul dan suami tidak mandul berdasarkan keterangan medis hasil laboratoris, suami diizinkan berpoligami dengan syarat ia benar-benar mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga dan harus bersikap adil dalam pemberian nafkah lahir dan batin. Jika suami khawatir berbuat zhalim dan tidak mampu memenuhi semua hak mereka, maka ia haram melakukan poligami. Bila ia hanya sanggup memenuhi hak-hak isterinya hanya tiga orang, maka ia haram menikahi isteri untuk yang keempatnya. Bila ia hanya sanggup memenuhi hak-hak isterinya dua orang, maka ia haram menikahi isteri yang ketiganya, dan begitu seterusnya. 43 Mengenai adil terhadap isteri-isteri dalam masalah cinta dan kasih sayang, Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa hal ini berada diluar kesanggupan manusia, sebab cinta itu adanya dalam genggaman Allah SWT yang mampu membolak-balikannya menurut kehendaknya. Begitu pula dengan hubungan seksual, terkadang suami bergairah dengan isteri yang satu, tetapi tidak bergairah dengan isteri yang lainnya. Dalam hal ini, apabila tidak disengaja, ia tidak terkena hukum dosa karena berada di luar kemampuannya.

4. Hikmah Poligami