Peluang dan Kendala Pengembangan Industri Sawit Berkelanjutan

125 produk turunan CPO dipandang perlu untuk segera dimulai. Dengan banyaknya pabrik produk turunan CPO di Sumatera Utara akan berdampak kepada penyerapan tenaga kerja, PAD, GDP Sumatera Utara dan kesejahteraan masyarakat.

6. Peluang dan Kendala Pengembangan Industri Sawit Berkelanjutan

Pengembangan agroindustri akan sangat strategis jika dijalankan secara terpadu dan berkelanjutan. Terpadu artinya ada keterkaitan usaha sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif serta ada keterkaitan antar wilayah, antar sektor bahkan antar komoditas Djamhari, 2004. Berkelanjutan, sebagaimana dirumuskan oleh World Commission on Environment and Development WCED tahun 1987, adalah “Pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhannya” Plummer, 2005. Selain memiliki posisi tawar yang kuat di pasar CPO internasional, peluang untuk pengembangan agribinis kelapa sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumberdaya alamlahan, tenaga kerja, teknologi maupun tenaga ahli. Namun industri minyak dalam negeri belum memiliki kerangka pengembangan yang padu dan menyeluruh Susila 2004b; Deptan, 2007; Dradjat, 2007; Nuryanti, 2008; Miranti, 2010. Potensi dan kesesuaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Potensi dan kesesuaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit Kelas kesesuaian lahan Uraian Luas Ha Berpotensi tinggi S SC Sesuai Sesuaisesuai bersyarat 22.914.479 1.964.100 Berpotensi sedang SN Sesuaitidak sesuai 2.530.500 126 CSS CSN Sesuai bersyaratsesuai Sesuai bersyarattidak sesuai 142.600 704.006 Berpotensi rendah CS CSN NS Sesuai bersyarat Sesuai bersyarattidak sesuai Tidak sesuaisesuai 7.670.100 10.857.106 121.225 Jumlah 46.904.116 Sumber: Dradjat 2007 Perbedaan nyata kondisi pengelolaan antara Malaysia dan Indonesia tercermin dari rendahnya daya saing Indonesia dalam bentuk produksi, ekspor, dan fenomena berdirinya pabrik pengolah minyak sawit tanpa kebun sawit. Kondisi ini mengakibatkan produksi CPO, kualitas dan harga tidak bisa dikontrol dengan baik Nuryanti, 2008; Dou, 2009. Saat ini masalah yang dihadapi oleh industri CPO nasional terutama infrastruktur termasuk akses jalan dan konektivitasnya dengan pengangkutan di pelabuhan untuk mendukung industri pengolahan CPO. Masalah lain yang dihadapi adalah tidak selaras dengan pertumbuhan industri turunannya. Pertumbuhan industri CPO dan produk CPO selama ini hanya diikuti pertumbuhan industri hulu. Seperti, industri fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl esther. Sampai saat ini CPO belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan industri hilir. Produk industri hilir hasil olahan CPO yang pengembangannya masih minim seperti surfactant, farmasi, kosmetik, dan produk kimia dasar organik. Padahal dengan mengembangkan industri hilir, maka nilai mata rantai dan nilai tambah produk CPO akan semakin tinggi. Apalagi, produk turunan CPO mempunyai hubungan dengan sektor usaha dan kebutuhan masyarakat di bidang pangan. Misalnya, pupuk, pestisida, bahan aditif makanan, pengawet makanan, penyedap makanan, kemasan plastik Afifuddin dan Kusuma, 2007; Dou, 2009; ICN, 2009a. 127 Pengembangan industri minyak kelapa sawit telah menimbulkan kontroversi di masyarakat internasional. Di satu pihak, pengembangan kelapa sawit dan industri kelapa sawit memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan negara; di lain pihak ia menimbulkan dampak sosial dan lingkungan yang tidak dapat diabaikan. Beberapa negara Eropa dan Amerika telah memboikot produk kelapa sawit sebagai protes atas dampak negatif sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya. Isu yang mengemuka adalah produksi kelapa sawit yang terus mengalami peningkatan di Indonesia dan Malaysia telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain forest conversion, habitat loss, endanger species, serta greenhouse effect and climate change. Isu-isu ini berdampak pada tidak stabilnya harga CPO dunia Tryfina, 2006; Syaukat, 2010; Widodo et al., 2010. Mulai tahun 2011, Uni Eropa telah memberlakukan EU Directive mengenai ketentuan emisi rumah kaca. Dalam aturan ini disebutkan bahwa EU tidak boleh mengimpor CPO karena komoditas ini dianggap tidak memenuhi ketentuan pembatasan emisi, akibatnya CPO tidak bisa masuk ke pasar Uni Eropa ICN, 2009a. Permasalahan utama pengembangan kelapa sawit sebenarnya tidaklah melulu isu lingkungan. Pada mulanya negara-negara Barat terutama Eropa dan Amerika membuat kampanye negatif negative campaign dengan menyatakan bahwa minyak kelapa sawit tidak baik untuk kesehatan. Misalnya, Center for Science in the Public Interest CSPI di Amerika Serikat pada tahun 2005 mengemukakan bahwa minyak kelapa sawit dapat menimbulkan serangan jantung. Demikian pula dengan World Health Organization yang telah menyarankan untuk mengurangi konsumsi minyak kelapa sawit karena berpotensi menimbulkan cardiovascular diseases. Kampanye negatif ini sebenarnya merupakan ‘perang dagang’ karena terjadinya pergeseran penggunaan sumber minyak nabati: dari minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji matahari, dan minyak canola ke minyak kelapa sawit. Peningkatan produksi dan konsumsi minyak kelapa sawit di seluruh dunia telah mengurangi permintaan terhadap minyak nabati konvensional yang selama ini dihasilkan sebagian besar oleh negara-negara barat. Dari aspek produksi, minyak kelapa sawit memiliki biaya produksi yang paling rendah, mengingat tingginya produktivitas kelapa sawit per 128 satuan luas serta rendahnya biaya pemeliharaan tanaman Tan et al., 2009; Syaukat, 2010; Sulaiman et al., 2010. Teoh 2010 menyenarai tantangan dan peluang industri CPO dengan ringkasan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tantangan dan peluang industri CPO Aspek Tantangan Peluang Ekonomi • Kesenjangan pendapatan • Penurunan harga kenaikan Biaya • Pemahaman buruk tentang CPO berkelanjutan yang sudah memperoleh sertifikasi • Menutup kesenjangan hasil • Meningkatkan produktivitas petani kecil Lingkungan hidup • Penebangan hutan • Hilangnya keanekaragaman hayati • Perubahan iklim • Penggunaan pestisida dan pupuk • Moratorium penghentian sementara penebangan hutan • Penggunaan lahan terdegradasi untuk pemeliharaan kelapa sawit • Mekanisme pengurangan emisi gas rumah kaca • Reducing Emissions from Deforestation and Degradation REDD • Transformasi pasar Sosial • Konflik hak atas tanah, penggunaan tanah dan akuisisi tanah • Konflik dengan • Reformasi tanah berdasarkan hukum • Mekanisme penyelesaian konflik 129 Aspek Tantangan Peluang masyarakat setempat • Petani kecil yang tersisih • Tenaga kerja murah dan tenaga kerja anak-anak • Masalah keamanan • Dukungan kelembagaan untuk petani kecil • Membantu petani kecil memperoleh sertifikasi • Penggunaan pabrik lebih kecil untuk kelompok tani • Mempromosikan pertanian terpadu Tata kelola • Pemerintah • Lembaga Internasional • Platform Multi- stakeholder • Organisasi Masyarakat Madani • Korporasi • Kemitraan Publik- Swasta- CSO keberlanjutan • Kebutuhan akan kemitraan swasta Sumber: Teoh 2010 Dalam rangka memenuhi tuntutan internasional agar kelapa sawit dapat diproduksi secara berkelanjutan, maka pada tahun 2004 telah dikembangkan the Roundtable on Sustainable Palm Oil RSPO yang diikuti oleh tujuh kelompok kepentingan, yaitu produsen kelapa sawit, pengolah atau pedagang kelapa sawit, konsumen produk olahan kelapa sawit, pengecer, bank dan investor, NGO bidang lingkungan atau konservasi alam, serta NGO bidang sosial atau pembangunan. Tujuan RSPO adalah untuk mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui standard global yang kredibel dan keterlibatan para pihak. Pada saat ini, anggota-anggota RSPO telah menghasilkan 1.4 juta ton minyak kelapa sawit bersertifikat RSPO, 2006; Jelsma et al., 2009; Paoli et al., 2010; Gumbir-Sa’id, 2010; Syaukat, 2010. Menurut Weng 2005 pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan perlu menerapkan best-developed practice BDP dengan karakteristik sebagai berikut: 130 1 Melindungi lingkungan fisik seperti udara, tanah dan air 2 Memperhatikan dampak lingkungan kimia seperti penggunaan pestisida, keseimbangan nutrisi dan materi organik pada lahan sawit. 3 Memelihara lingkungan biologis seperti keragaman hayati, mereduksi gulma, hama dan penyakit, perlindungan ekosistem, keamanan dan kelangsungan pangan, memperlambat perubahan iklim melalui stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca greenhouse gas. Hal ini juga berimplikasi pada input energi yang rendah pada sumberdaya seperti pestisida dan pupuk. 131

III. ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT