170 jumlah rakyat pekebun yang bergerak dalam industri kelapa sawit cukup besar
maka selayaknya kebijakan pemerintah lebih berpihak kepada kelompok petani agar aspirasi dan kepentingan mereka diakomodir oleh kebijakan
Pemerintah. Distribusi pendapatan pemerintah ditunjukkan oleh besarnya penerimaan
yang diperoleh dari pajak. Sumber penerimaan pajak pemerintah terhadap agroindustri kelapa sawit terdiri dari pajak PPh, pajak PPn, pajak ekspor CPO dan
PK. Pada tingkat propinsi terdapat 3 tiga faktor yang hendaknya menjadi perhatian propinsi, diantaranya adalah pengaturan kepemilikan saham atau bentuk
pola usaha. Peran yang diterapkan dari pemerintah KabupatenKota dalam pengembangan industri kelapa sawit yang terpenting adalah penetuan tingkat
upah, dan pengaturan pengendalian lingkungan.
4. Pemberdayaan Masyarakat Kebun SDM
Pemberdayaan masyarakat
pekebun sebagai
pelaku pertanian
berkebudayaan industi hendaknya diarahkan untuk mewujudkan rakyat pekebun sebagai manusia yang memiliki sikap dan cara berpikir maju, profesional, mampu
menjalin kerjasama, serta berorientasi pada peningkatan mutu, keunggulan, produktivitas dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam
mengelola sumber daya serta mampu menjalin jaringan pemasaran dalam transaksi produk dan jasa. Menurut Nasoetion 1999 bahwa strategi
pengembangan agroindustri, selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga harus diarahkan pada: 1 Peningkatan kapasitas masyarakat dan
kelembagan, 2
Peningkatan efisiensi
pemanfaatan sumberdaya,
3 Pemberdayaan setiap komponen yang terlibat dalam pengembangan agroindustri, 4 Pendistribusian aset produktif dan hasil pembangunan secara
berkeadilan dan 5 Pembangunan yang berkelanjutan dan tahan akan pengaruh eksternal. Strategi tersebut dapat terwujud melalui peningkatan kapasitas dan
kemampuan masyarakat. Oleh karena itu maka pengembangan agroindustri kelapa sawit seharusnya
dikembangkan sesuai dengan kebudayaan industri yang dilandaskan kepada pengetahuan, kemajuan teknologi, mekanisme pasar sebagai media utama
171 transaksi dikaitkan dengan kemandirian daerah bukan kemandirian masyarakat.
Karakteristik agroindustri kelapa sawit di Indonesia berupa padat modal sekaligus padat karya, berbasis pada pendayagunaan sumberdaya lokal dan produknya
sebagian besar dipasarkan di pasar global, dengan karakteristik demikian maka pemberdayaan masyarakat kebun, khususnya masyarakat kebun kelapa sawit
berarti memberdayakan sebagian besar mesyarakat Indonesia memasuki era globalisasi.
5. Daya Saing
Kelapa sawit telah menjadi komoditi unggulan yang menghasilkan banyak devisa kepada negara. Walaupun menjadi produsen terbesar minyak sawit dunia,
tetapi komoditi ini belum memiliki rantai industri yang kuat. Contohnya saja, pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional seperti biodiesel maupun
oleokimia, dapat dikatakan masih jalan di tempat. Dibandingkan Cina dan Malaysia, produksi Indonesia untuk kedua produk tersebut masih dibawah 1 juta
ton. Di sektor hulu, permasalahan juga kerap terjadi antara lain rendahnya
produktifitas terutama pada perkebunan kelapa sawit rakyat. Masalah lain tentang kendala terkait masalah lingkungan dimana kelapa sawit dituding menjadi biang
keladi kerusakan lingkungan, semisal pembakaran hutan, peningkatan GHG, dan perusakan habitat orang hutan. Di produk minyak sawit, isu kesehatan juga perlu
mendapat perhatian yang cukup serius oleh karena itu sebagai upaya memperkuat daya saing industri kelapa sawit nasional, dibutuhkan suatu pengembangan system
penelitian nasional yang bersifat komperhensif yang disinergikan dengan kegiatan bisnis.
Sampai saat ini banyak penelitian dan makalah yang mengkaji kelapa sawit. Kajian itu tersebar disemua lini kelapa sawit, mulai dari hulu hingga ke
hilir. Beberapa penelitian yang dapat berkontribusi pada pengembangan industri sawit antara lain : pengembangan bibit sawit tahan ganoderma, pemuliaan
tanaman sawit kaya PUFA di sektor hulu. Sedangkan di Hilir dihasilkannya teknologi pengolahan biosurfaktan, Cocoa Butter Equivalen CBE dan pekatan
karoten, untuk sektor lingkungan.
172 Berbagai hasil analisis dan kajian yang berkaitan sosial ekonomi
kelembagaan, selera konsumen, peluang pasar, kebijakan, dan lingkungan merupakan salah satu pilar dalam meningkatkan daya saing, termasuk industri
kelapa sawit. Dukungan kebijakan dan kelembagaan merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan daya saing. direspon dengan teknologi-teknologi
ramah lingkungan, karena aspek lingkungan juga termasuk salah satu atribut dalam menentukan daya saing. Isu pengelolaan kelapa sawit di Indonesia,
khususnya yang dicurigai merusak hutan memperlemah daya saing industri sawit Indonesia, baik pada sisi investasi kredit dari luar negeri untuk membangun
kebun kelapa sawit dan pasar CPO Indonesia di Eropa.
6. Sarana dan Prasarana