Perkembangan Industri Sawit Nasional

115

2. Perkembangan Industri Sawit Nasional

Bisnis CPO Indonesia berkembang pesat pada dekade 1990 – 2000an dengan daya saing yang relatif bagus. Areal kelapa sawit tumbuh dengan laju sekitar 11 dari 1.126 juta ha pada tahun 1991 menjadi 3.584 pada tahun 2001 Susila, 2004b, meski nilai RCA-nya jauh di bawah Malaysia yang menunjukkan dayasaing CPO Malaysia jauh di atas Indonesia Arisman, 2002 seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai RCA CPO Indonesia dan Malaysia 1990 – 1998 Tahun Indonesia Malaysia 1990 13.85 65.72 1991 17.11 66.08 1992 17.03 77.86 1993 12.41 33.31 1994 11.95 30.78 1995 10.72 30.08 1996 10.87 27.65 1997 16.29 27.26 1998 9.53 48.29 Sumber: Arisman 2002 Perkembangan berikutnya 2000 – 2005 pertumbuhan ekspor CPO Indonesia dan dunia selalu positif. Pada periode ini, Malaysia masih lebih dominan daripada Indonesia, meski produksi Indonesia lebih tinggi. Pangsa ekspor CPO Malaysia rata-rata mencapai lebih dari 50 ekspor CPO dunia, sementara pangsa ekspor Indonesia belum mencapai 40 Nuryanti, 2008 116 seperti disajikan pada Tabel 2. Konsistensi peningkatan ekspor ini menurut kajian INDEF 2007 menunjukkan bahwa: 1 Serapan CPO oleh industri domestik masih rendah karena industri hilir kelapa sawit yang tidak berkembang. 2 Nilai tambah tertinggi diperoleh dari produksi CPO, bukan dari produk turunannya. Pengusaha masih lebih tertarik pada industri primer CPO yang cenderung padat tenaga kerja, bukan padat modal karena untuk memproduksi produk turunan diperlukan dana investasi yang tinggi. 3 Tersedianya pangsa pasar dunia atas minyak sawit dengan pengembangan industri hilir dan sumber energi alternalif biodiesel. Tabel 2. Volume, Persentase dan Pertumbuhan Ekspor Minyak Sawit 2000 – 2005 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Dunia Ekspor 000 ton Persentase Pertumbuhan 13.977,01 100 2,88 16.921,40 100 21,07 18.658,11 100 10,26 21.011,33 100 12,61 23,337,73 100 11,07 26.494,16 100 13,53 Indonesia Ekspor 000 ton Persentase Pertumbuhan 4.110,03 29,41 24,58 4.903,22 28,98 19,30 6.333.71 33,95 29,17 6.386,41 30,40 0,83 8.661,65 37,11 35,63 10.376,19 39,16 19,79 117 Malaysia Ekspor 000 ton Persentase Pertumbuhan 8.140,72 58,24 -5,17 10.002,49 59,1 22,87 1.448,74 56,00 4,46 12.079,13 57,49 15,60 11.793,59 50,53 -2,36 13.197,21 49,81 11,90 Lainnya Ekspor 000 ton Persentase Pertumbuhan 1.726,26 12,35 1,44 2.01,69 11,91 16,77 1.875,66 10,05 -6,95 2.545,79 12,12 35,73 2.882,49 12,35 13,23 2.920,76 11,02 1,33 Sumber: Nuryanti 2008 Sejak tahun 2006, Indonesia berhasil menggeser posisi Malaysia sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, lebih cepat dari yang diproyeksikan semula yaitu tahun 2010. Dalam lima tahun terakhir, peran Indonesia sebagai produsen CPO dunia meningkat tajam menjadi 44,3 pada 2008, sejalan dengan pesatnya pertumbuhan produksi yang tumbuh rata-rata 9,1 persen per tahun. Sebaliknya peran Malaysia turun secara tajam dari 49,8 pada tahun 2005 menjadi 40,9 pada tahun 2008 Miranti, 2010. Menurut Widodo et al.2010 hal ini juga bisa berdampak negatif yaitu kelangkaan minyak goreng dalam negeri akibat pertumbuhan ekspor serta kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan baru kelapa sawit.

3. Revitalisasi Perkebunan