Kebijakan dan Strategi Pemerintah di Bidang Persawitan Nasional

135 antara 50 – 150 ribu jiwa dan kepadatan minimal 200 jiwakm2 sebagai distrik agropolitan, konsep dan strategi ini mungkin diterapkan, namun sulit untuk daerah-daerah seperti Kalimantan dan Papua.

3. Kebijakan dan Strategi Pemerintah di Bidang Persawitan Nasional

Deptan 2007 telah merumuskan kebijakan, strategi dan program pengembangan agribisnis kelapa sawit untuk tahun 2006 – 2005. Dalam kebijakan jangka menengah 2006 – 2010 disebutkan bahwa kebijakan pengembangan yang akan dilakukan adalah: 1 Peningkatan produktivitas dan mutu kelapa sawit; meningkatkan produktivitas tanaman serta mutu kelapa sawit secara bertahap, baik yang dihasilkan oleh petani pekebun maupun perkebunan besar. 2 Pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah kelapa sawit; ekspor kelapa sawit Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah CPO, tapi dalam bentuk hasil olahan, sehingga nilai tambah dinikmati di dalam negeri dan meningkatkan kesempatan lapangan kerja baru. 3 Kebijakan industri minyak gorengmakan terpadu; kebijakan ini diperlukan mengingat rawannya pasar minyak goreng di Indonesia dan besarnya biaya ekonomi dan sosial akibat kelangkaan bahan pangan ini di dalam negeri dan goyahnya posisi Indonesia sebagai pemasok CPO terpercaya di pasar dunia. 4 Dukungan penyediaan dana; tersedianya berbagai kemungkinan sumber pembiayaan yang sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, baik yang berasal dari lembaga perbankan maupun non bank. Disamping itu perlu segera dihidupkan kembali dana yang berasal dari komoditi kelapa sawit untuk pengembangan agribisnis kelapa sawit. Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit Indonesia disajikan pada Tabel 9. 136 Tabel 9. Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit Indonesia. Tujuan Strategi Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat • Integrasi vertikal perkebunan kelapa sawit dan agroindustri yang menghasilkan produk turunan jenis pangan, seperti minyak goreng dan mentega • Integrasi horizontal perkebunan kelapa sawit dengan peternakan dan atau tanaman pangan Menumbuhkembangkan usaha perkebunan di perdesaan • Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha pengolahan minyak sawit • Mendorong penyediaan sarana dan prasarana pengolahan minyak sawit Meningkatkan pemanfaatan sumber daya perkebunan • Peningkatan produksi dan produktivitas kebun kelapa sawit melalui inovasi teknologi • Penyediaan sarana dan prasarana pendukung, terutama infrastruktur transportasi di dan ke perkebunan kelapa sawit dan infrastruktur pengolahan • Pengembangan diversifikasi usaha • Pemberantasan Organisme Pengganggu Tanaman OPT dan perlindungan sumber daya perkebunan kelapa sawit Membangun kelembagaan perkebunan yang kokoh dan mandiri • Revitalisasi dan mengembangkan organisasi pelaku usaha pada agribisnis kelapa sawit kelompok tani, asosiasi petani dan gabungan asosiasi petani 137 Tujuan Strategi kelapa sawit, koperasi petani kelapa sawit dan dewan minyak sawit, serta organisasi lain melalui inovasi kelembagaan • Pengembangan aturan UU dan aturan pelaksanaannya untuk diterapkan di agribisnis kelapa sawit melalui harmonisasi regulasi • Pengembangan sumber daya manusia sebagai pelaku yang handal pada agribisnis kelapa sawit Meningkatkan kontribusi sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional • Peningkatan produksi dan kualitas tandan buah segar dan minyak kelapa sawit serta produk turunannya • Pengembangan agroindustri yang mengolah minyak dan limbah kelapa sawit • Pengembangan pasar minyak kelapa sawit dan produk turunannya • Perlindungan usaha dan produk minyak sawit dan turunannya di pasar domestik • Menjalin sinergi kebijakan antara lembaga pemerintah dan lembaga legislatif dan antara pemerintah pusat dan daerah untuk menjadikan perkebunan kelapa sawit sebagai motor penggerak ekonomi nasional dan daerah Meningkatkan peran birokrasi • Peningkatan kualitas, moral dan etos kerja aparat yang bertugas pada pengembangan agribisnis kelapa sawit 138 Tujuan Strategi • Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif • Membangun sistem pengawasan yang efektif Sumber: Deptan 2007. Ke depan 2010 – 2014 industri sawit akan diarahkan ke klaster cluster industri berbasis CPO dengan tujuan memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai value chain dari industri hulunya, mampu meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun visi dan misi yang selaras sehingga mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber- sumber daya terbarukan green product Deptan, 2009. Menurut Hambali 2005, roadmap pengembangan klaster tersebut dibagi dalam empat tahap, yaitu: 1 Industri produk primer difasilitasi untuk tumbuh di daerah penghasil bahan baku. 2 Industri produk antara difasilitasi untuk tumbuh di daerah penghasil bahan baku. 3 Industri produk akhir tumbuh di daerah penghasil bahan baku. 4 Produk turunan CPO difasilitasi agar dapat diekspor oleh daerah penghasil bahan baku. Salah satu provinsi yang saat ini dibangun klaster industri kelapa sawit adalah Provinsi Riau. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 1,68 juta hektar atau sekitar 27 dari total luas perkebunan sawit di Indonesia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2004 dengan luas 1,34 juta hektar BI, 2009a dengan skema seperti disajikan pada Gambar 2. 139 Gambar 2. Skema Model Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit BI, 2009a

4. Penetapan Harga Tandan Buah Segar TBS