EKSTRAKSI PROTEIN HASIL DAN PEMBAHASAN
37
sebagai reducing agent yang dapat memutuskan ikatan disulfida protein sehingga protein dapat terekstrak dari matriks pangan Corredig, 2006. Untuk mengetahui jumlah protein yang berhasil
diekstrak dari tahu, maka dilakukan pengukuran menggunakan metode Bradford. Dengan mengolah data yang dihasilkan oleh metode Bradford, maka didapatkan nilai total protein. Nilai total protein
untuk tahu kelompok elastisitas dan chewiness dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 13. Nilai total protein terekstrak untuk sampel elastisitas
Kode Sampel Total Protein
Tipe Tahu Jenis Koagulan
mg100mg
1 2.95
Silken GDL, Garam
6 1.92
silken egg GDL, Garam
12 3.30
Silken GDL. Garam
13 4.60
Silken GDL, CaSO
4
, MgCl
2
19 4.38
Silken GDL, CaSO
4
, MgCl
2
24 2.73
Hard Garam
28 1.53
Silken egg GDL, CaSO
4
31 1.00
Silken egg GDL, CaSO
4
36 0.94
Silken egg and shrimp Garam
46 3.15
Soft Garam
Nilai pada kolom yang sama dengan huruf superscript yang berbeda adalah berbeda signifikan pada p=0.05
tidak signifikan pada p0.05
Gambar 10. Grafik korelasi elastisitas dan total protein
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa total protein terlarut dari tahu kelompok elastisitas berkisar antara 0.94 hingga 4.60 mg100mg. Tabel tersebut menunjukkan bahwa total protein tertinggi
terdapat pada tahu tipe silken, sedangkan tahu bertipe hard dan soft total proteinnya berada di bawahnya. Tahu bertipe hard dan soft seharusnya memiliki protein yang lebih tinggi dibandingkan
R =-0.254
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1 2
3 4
5
E la
st is
it a
s
Total Protein mg100mg
38
dengan yang tipe silken. Tahu hard dan soft seharusnya memiliki protein yang lebih banyak dibandingkan dengan tahu tipe silken karena tahu hard dan silken mengalami penekanan yang
menyebabkan keluarnya air sehingga protein lebih terkonsentrasi. Seperti yang dinyatakan Muchtadi 2010, tahu keras mengandung lebih banyak protein, lemak, dan kalsium dibandingkan jenis tahu
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pelarutan protein untuk tahu tersebut tidak dapat mengekstrak protein dengan maksimal, akibat tertahan oleh matriks tahu. Data ini memang mendukung pernyataan
Muchtadi, namun sebenarnya data ini masih berdasarkan berat basah, artinya kadar air mungkin masih berpengaruh dalam data ini.
Walaupun ekstraksi atau pelarutan protein ini ditujukan untuk mendapatkan jumlah yang tepat untuk diinjeksikan ke dalam slab gel elektroforesis, tapi peneliti mencoba untuk melihat korelasi
antara total protein hasil pelarutan dan tekstur tahu, dalam hal ini elastisitas dan chewiness. Gambar 10 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara total protein dengan tingkat
elastisitas, yang ditunjukkan dengan nilai R yang rendah -0.254 dan tidak signifikan pada p0.05. Itu artinya kontribusi total protein menurut penelitian ini tidak secara signifikan mempengaruhi profil
tekstur elastisitas.
Tabel 14. Nilai total protein terekstrak untuk sampel daya kunyah
Kode Sampel Total Protein
Tipe Tahu Jenis Koagulan
mg100mg
28 1.53
Silken egg GDL, CaSO
4
34 0.82
Silken egg and shrimp Tidak diketahui
33 1.10
Silken egg GDL, CaSO
4
36 0.94
Silken egg and shrimp Garam
42 -
Silken egg Garam
32 1.35
Silken shrimp GDL, CaSO
4
31 1.00
Silken egg GDL, CaSO
4
40 -
Silken egg Garam
43 -
Silken egg Garam
29 4.11
Soft Garam
Nilai pada kolom yang sama dengan huruf superscript yang berbeda adalah berbeda signifikan pada p=0.05
Tabel 14 menunjukkan bahwa total protein untuk tahu kelompok daya kunyah atau chewiness berkisar antara 0.82 hingga 4.11 mg100mg. Sampel 42, 40 dan 43 tidak ditampilkan hasilnya karena
nilainya yang terlalu kecil. Hal ini dikarenakan tidak berhasilnya metode pelarutan mengekstrak protein dari matriks tahu. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kondisi koagulasi dan jenis koagulan
yang berbeda yang digunakan dalam pembuatan tiga tahu tersebut dibandingkan dengan tahu-tahu lainnya. Sehingga protein tersebut tidak dapat diputus ikatan disulfida proteinnya oleh larutan buffer
tris pH 8.4 yang mengandung 0.02 M 2-Mercaptoethanol, dan mengakibatkan protein tidak dapat terekstrak dari matriks tahu. Amat disayangkan jenis koagulan garam apa yang dipakai dalam
pembuatan tiga tahu tersebut tidak tertera dengan jelas pada kemasan, melainkan hanya terdapat tulisan ―garam‖.
Tahu yang memiliki protein tertinggi menurut Tabel 14 adalah tahu bertipe soft, sedangkan tahu bertipe silken, baik silken egg, silken shrimp, maupun silken egg and shrimp. Hal ini disebabkan
oleh penekanan pada tahu soft seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yang menyebabkan keluarnya air dan terkonsentrasinya protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muchtadi 2010
39
sebelumnya yang menyatakan bahwa tahu yang keras akan memiliki kandungan protein yang tinggi dibandingkan dengan tahu yang lainnya. Data ini memang mendukung pernyataan Muchtadi, namun
sebenarnya data ini masih berdasarkan berat basah, artinya kadar air kemungkinan masih berpengaruh dalam data ini.
signifikan pada p0.01
Gambar 11. Grafik korelasi chewiness dan total protein
Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang cukup signifikan antara total protein dengan tingkat daya kunyah yang ditunjukkan dengan nilai R yang cukup tinggi 0.882 dan
signifikan pada p0.01. Itu artinya total protein memberikan kontribusi yang signifikan terhadap profil tekstur daya kunyah. Hal ini senada dengan pernyataan Fahmi 2010, semakin tinggi kekerasan
sampel dan semakin kompak struktur sampel tersebut akan membuat daya kunyahnya menjadi semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi kadar protein pada tahu maka tekstur tahu tersebut
akan semakin keras. Semakin keras tahu maka semakin dibutuhkan lebih banyak kunyahan dan waktu kunyahan untuk membuatnya menjadi bagian yang kecil-kecil sebelum masuk ke tahap penelanan.
Dengan kata lain semakin tinggi kadar protein maka semakin tinggi daya kunyah. Dibalik itu semua, data ini masih berdasarkan berat basah. Itu artinya kadar air masih berpengaruh dalam data ini,
sehingga ada kemungkinan bahwa kadar airlah yang menyebabkan total protein tersebut memiliki korelasi positif terhadap nilai daya kunyah. Hal ini dapat dianalisis lebih jauh di hasil Kjeldahl nanti
yang juga menghitung kadar protein berdasarkan berat kering.