penelitian ini adalah ketika dilihat makanan dan minuman jadi yang menempati porsi terbesar adalah pecel 19,71 persen, makanan ringan anak-anak 14,60
persen dan mie rebusbakso 13,36 persen. Kondisi ini sangat ironis mengingat konsumsi sumber protein di pedesaan masih rendah, namun konsumsi makanan
dan minuman jadi justru meningkat. Diantara kelompok padi-padian, beras merupakan komoditi terbanyak yang
dikonsumsi, mencapai lebih dari 90 persen. Sedangkan komoditi lainnya memiliki persentase yang sangat kecil Tabel 6. Dari kelompok padi-padian, konsumsi
tepung terigu di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan di pedesaan dan lambat laun mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan banyaknya jenis
makanan di perkotaan yang pengolahannya membutuhkan tepung terigu. Tabel 6 Persentase konsumsi padi-padian di Provinsi Jawa Timur
Kota Desa Total
Kota Desa Total
Kota Desa Total
1 Beras 96,73 92,73
94,35 95,71
91,62 94,37
95,72 91,31
93,35 2 Beras ketan
0,16 0,18
0,17 0,11
0,27 0,17
0,13 0,13
0,13 3 Jagung basah
0,32 0,35
0,34 0,88
0,38 0,34
0,81 0,56
0,67 4 Jagung pipilan
1,23 5,91
4,01 0,69
6,14 3,99
1,41 6,29
4,04 5 Tepung beras
0,62 0,32
0,44 0,95
0,61 0,44
0,69 0,74
0,72 6 Tepung jagung
0,03 0,03
0,03 0,09
0,06 0,03
0,04 0,09
0,06 7 Tepung terigu
0,89 0,45
0,63 1,46
0,86 0,63
1,14 0,86
0,99 8 Lainnya
0,03 0,03
0,03 0,11
0,05 0,03
0,06 0,03
0,04 TOTAL
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
100,00 100,00 100,00 Komoditi
2002 2005
2008
Sumber : BPS, diolah
4.3 Ketersediaan Pangan di Provinsi Jawa Timur
Salah satu cara untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah dengan menjamin ketersediaan pangan yang diperlukan masyarakat. Pemenuhan
kebutuhan pangan merupakan salah satu kewajiban pemerintah sesuai dengan amanat Undang Undang No 7 tahun 1996 tentang pangan. Pangan yang
dikonsumsi oleh masyarakat seharusnya dalam jumlah yang cukup, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Tersedianya pangan yang cukup diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga akan mendukung suatu daerah untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat. Masyarakat yang sehat akan menjadi modal atau penggerak dalam pelaksanaan pembangunan suatu daerah selanjutnya dapat
mewujudkan kondisi masyarakat yang adil dan makmur. Sebaliknya jika kebutuhan pangan tidak terpenuhi akan menyebabkan penderita gizi kurang,
sehingga produktivitasnya rendah, kehilangan kesempatan bersekolah, kehilangan sumberdaya karena biaya kesehatan yang tinggi, berisiko kelaparan dan pada
akhirnya akan menjadi miskin. Beras merupakan komoditi pokok dan strategis dibandingkan komoditi
pangan lainnya. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia pada umumnya dan di Provinsi Jawa Timur pada khususnya mayoritas mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokoknya. Sehingga, pemerintah memberi perhatian khusus terhadap produksi padi dengan mentargetkan untuk dapat mencapai swasembada beras di
sepanjang waktu. Jawa Timur sebagai penghasil padi kedua terbesar di Indonesia setelah Jawa
Barat, memiliki kontribusi produksi padi yang cukup besar dan cenderung semakin meningkat. Secara agregat pada tahun 2002, 2005 dan 2008 produksi
padi di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan Lampiran 3. Namun jika dibagi dengan data jumlah penduduk di Jawa Timur maka peningkatan ini hanya
terjadi pada tahun 2008. Pada tahun 2005 terjadi sedikit penurunan produksi padi perkapita, namun akhirnya meningkat kembali pada tahun 2008 Gambar 9.
24,82 24,69
28,24
22 23
24 25
26 27
28 29
2002 2005
2008
Tahun produksi
padi perkapita
kg
Gambar 9 Produksi padi perkapita di Provinsi Jawa Timur. Peningkatan produksi padi terkait dua hal utama yaitu luas panen dan
produktivitas padi. Kedua hal ini harus diperhatikan sehingga produksi padi dapat
terus meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Berbagai riset ditujukan untuk dapat memenuhi bibit-bibit padi yang unggul sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dari luas lahan yang ada.
4.4 Akses Pangan di Provinsi Jawa Timur