2.3 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar kedua di Indonesia dengan kontribusi PDRB terbesar kedua setelah DKI Jakarta
dan penyumbang lumbung padi nasional kedua masih memiliki masalah dalam hal ketahanan pangan. Hal ini terlihat dari Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan
yang diluncurkan oleh DKP bahwa terdapat lima kabupaten di Jawa Timur yang masih rawan pangan. Hal ini menarik untuk diteliti agar diperoleh informasi apa
saja determinan yang mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat regional dan rumah tangga di Jawa Timur.
Berdasarkan teori terdahulu telah disebutkan bahwa pangsa pengeluaran untuk makanan memiliki hubungan dengan ketahanan pangan. Oleh sebab itu
pada awal analisis akan dilakukan klasifikasi status ketahanan pangan hubungan antara pangsa pengeluaran makanan dengan ketahanan pangan yang dihitung dari
konsumsi kalori dan protein. Selanjutnya akan dilakukan klasifikasi rumah tangga yang rawan pangan, rentan pangan, kurang pangan dan tahan pangan. Hal ini
dilakukan karena ketahanan pangan regional tidak menjamin adanya ketahanan pangan rumah tangga. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis determinan
ketahanan pangan regional dan rumah tangga. Determinan ketahanan pangan ketahanan pangan regional dianalisis dengan regresi data panel, sedangkan
ketahanan pangan rumah tangga dianalisis dengan regresi logistik ordinal. Diharapkan dengan analisis ini diperoleh langkah-langkah startegi pembangunan
ekonomi yang dapat meningkatkan ketahanan pangan baik di tingkat regional maupun rumah tangga.
Hipotesis yang dikembangkan untuk menduga jawaban dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan diantaranya adalah:
1. Persentase rumah tangga yang tahan pangan di kabupatenkota Provinsi Jawa Timur dipengaruhi oleh :
a. Food availibility : ketersediaan bahan pangan pokok b. Stability : deflator PDRB sebagai proksi IHK, rata-rata lama sekolah,
tingkat pengangguran terbuka c. Access to food : PDRB, infrastruktur jalan dan pasar
2. Determinan ketahanan pangan rumah tangga antara lain adalah
a. Food availibility : jumlah raskin food aid b. Stability : jumlah ART, lapangan usaha
c. Access to food : pendapatan, daerah tempat tinggal, gender kepala rumah tangga, pendidikan KRT, Umur KRT
Gambar 8 Kerangka pemikiran. Ketahanan
pangan regional
Ketahanan pangan rumah
tangga Ketahanan
pangan individu
Regresi data panel persentase rumah
tangga tahan pangan Provinsi Jawa Timur sebagai
lumbung pangan Indonesia
Status ketahanan pangan rumah tangga
Determinan kerawanan pangan regional:
a. Food availibility : ketersediaan bahan pangan
b. Stability : deflator PDRB sebagai proksi inflasi, rata-rata lama
sekolah, tingkat pengangguran terbuka
c. Access to food : PDRB, infrastruktur jalan dan pasar
Regresi Logistik Ordinal
Strategi pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan
ketahanan pangan regional dan rumah tangga
Determinan kerawanan pangan rumah tangga
a. Food availibility : jumlah raskin food aid
b. Stability : jumlah ART, lapangan usaha
c. Access to food : pendapatan, daerah tempat tinggal,gender kepala rumah
tangga,pendidikan KRT, Umur KRT
Halaman ini sengaja dikosongkan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2002-2008 dan PDRB kabupatenkota 2002-2008 yang
dikumpulkan oleh BPS Badan Pusat Statistik. Daerah yang menjadi analisis studi ini adalah Propinsi Jawa Timur yang mencakup 38 kabupaten dan kota. Data
Susenas yang digunakan terdiri dari Susenas Kor dan Susenas Modul. Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data
sosial kependudukan yang relatif sangat luas. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatangizi, perumahan, sosial
ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsipengeluaran dan pendapatan rumahtangga, perjalanan, dan pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan
rumahtangganya. Sejak tahun 1992, setiap tahun dalam Susenas tersedia perangkat data yang dapat digunakan untuk memantau taraf kesejahteraan
masyarakat, merumuskan program pemerintah yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sektor-sektor tertentu dalam masyarakat, dan
menganalisis dampak berbagai program peningkatan kesejahteraan penduduk BPS, 2005.
BPS melakukan survey ini setiap tahun dan menggunakan proportional random sampling
pada saat memilih sampel rumahtangga, pada daerah survey yang disebut Blok Sensus. Penentuan Blok Sensus ini didasarkan pada stratified
sampling design . Pada rumahtangga yang terpilih sampel, petugas BPS
melakukan wawancara langsung dengan kuesioner yang telah disediakan. Pertanyaan dijawab oleh kepala rumah tangga atau anggota rumahtangga yang
berumur 10 tahun ke atas. Ada beberapa pertanyaan yang sifatnya individu dan ada pertanyaan yang hanya untuk anggota rumahtangga yang berumur 10 tahun
keatas, dan ada pula yang ditujukan untuk keseluruhan rumahtangga. Meskipun pengumpulan data Susenas dilakukan setiap tahun, namun
pertanyaan yang rinci mengenai pengeluaran rumahtangga hanya dikumpulkan tiga tahun sekali. Survey ini disebut Susenas Modul Konsumsi, dimana unit
observasi adalah rumahtangga. Kepala rumah tangga diwawancarai tentang