pangan yang cukup agar hidup sehat dan produktif. Berbagai konsep ketahanan pangan ini menjelaskan bahwa pencapaian ketahanan pangan tidak hanya
dilakukan dengan memerhatikan ketersediaan pangan saja, tetapi juga faktor- faktor lainnya, seperti harga pangan yang terjangkau dan distribusi pangan yang
merata, sebagai cara untuk mendapatkan komoditi pangan tersebut. Konsep ketahanan pangan menegaskan bahwa ketahanan pangan merupakan
suatu sistem yang tersusun atas berbagai faktor. Kasryno dalam Bulog 1997 menyatakan bahwa sedikitnya ada empat aspek penting yang perlu diperhatikan
demi pencapaian ketahanan pangan: 1. ketersediaan pasokan
2. pendistribusian pangan 3. aksebilitas masyarakat luas daya beli
4. pilihan ragam komoditas oleh rumah tangga Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin 2005 yang menyatakan bahwa ketahanan
pangan merupakan satu kesatuan utuh atas dimensi ketersediaan pangan, aksebilitas pangan, dan stabilitas harga pangan.
2.1.2 Kerawanan Pangan
Ketahanan pangan memiliki kaitan dengan kerawanan pangan. Kerawanan pangan merupakan suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh suatu
daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat
Ariningsih dan Rahman, 2008. Oleh karena itu membahas ketahanan pangan dan juga kerawanan pangan pada dasarnya adalah membahas hal-hal yang
menyebabkan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pangan. Ketersediaan pangan yang cukup baik secara nasional maupun regional tidak
menjamin ketahanan pangan. Hal ini terlihat dari adanya 64 kabupaten di Indonesia yang surplus pangan namun terindikasi rawan pangan DKP, 2009.
Walaupun pangan tersedia di dalam suatu daerah, namun jika tidak dapat diakses oleh masyarakat maka kinerja ketahanan pangannya rendah. Aksesibilitas tersebut
menggambarkan aspek pemarataan dan keterjangkauan. Menurut PP No. 682002, pemerataan mengandung makna adanya distribusi pangan ke seluruh wilayah
sampai tingkat rumah tangga, sedangkan keterjangkauan adalah keadaan dimana
rumah tangga secara berkelanjutan mampu mengakses pangan sesuai dengan kebutuhan untuk hidup yang sehat dan produktif.
Siregar 2009 menganalisis tentang kerawanan pangan dan penanggulangannya di Indonesia. Kerawanan pangan bukan hanya persoalan
ketersediaan pangan semata. Hal ini terlihat dari jumlah ketersediaan energi dan protein secara nasional sudah melebihi tingkat yang direkomendasikan, namun
masih terdapat adanya masalah gizi buruk dan busung lapar. Akses pangan merupakan satu hal yang sama pentingnya dengan ketersediaan bahan pangan itu
sendiri. Salah satu elemen dalam akses pangan adalah distribusi yang terlihat dari sarana dan prasarana transportasi yang diperlukan, pergudangan, pasar, dan yang
paling penting adalah daya beli masyarakat. Selain itu perlu juga didorong diversifikasi pangan mengingat adanya stagnasi dalam produksi beras dan
penurunan yield usaha tani. Kerawanan pangan terdiri dari kerawanan pangan kronis dan transien
DKP, 2009. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan yang terjadi dalam jangka panjang. Adapun kerawanan pangan
kronis adalah ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan pangan yang bersifat sementara, misalnya bencana alam, fluktuasi curah hujan,puso, perubahan iklim,
dan deforestasi hutan. Adanya kegagalan pasar dalam menciptakan ketahanan pangan merupakan
salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun tangan dalam mengatasi persoalan kerawanan pangan Simatupang dan Fleming, 2000; Rindayati, 2009.
Hal ini dilakukan agar kesejahteraan masyarakat dapat terpenuhi sesuai dengan amanat Undang Undang. Kegagalan pasar yang dapat menyebabkan kerawanan
pangan dapat diuraikan sebagai berikut Simatupang dan Fleming, 2000: 1. Kegagalan pasar dalam produksi pangan
Adanya kegagalan pasar dalam memproduksi makanan disebabkan oleh kurang optimalnya investasi yang dapat meningkatkan panen tanaman
pangan, degradasi lingkungan area tanam, dan harga komoditas pangan yang tidak menentu.
2. Kegagalan pasar dalam pemasaran makanan
Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pasar dalam pemasaran makanan yaitu : kurang optimalnya infrastuktur, kegiatan pengelolaan
pasca panen yang kurang sempurna dan kurangnya penggunaan kekuatan pasar.
3. Kegagalan pasar dalam mengelola makanan Kegagalan pasar dalam mengelola makanan disebabkan antara lain oleh
terbatasnya akses teknologi dan pelatihan dalam mengelola makanan. 4. Kegagalan pasar dalam mengkonsumsi makanan
Kegagalan pasar dalam mengkonsumsi makanan akan menyebabkan status nutrisi yang kurang
2.1.3 Ketahanan Pangan Regional dan Rumah Tangga