Berdasarkan uraian di atas, food availability, access to food dan stability merupakan faktor yang harus dicapai untuk menurunkan persentase rumah tangga
rawan pangan di sepanjang waktu. Faktor-faktor tersebut harus terjaga stabilitasnya sehingga penurunan persentase rumah tangga rawan pangan dapat
tercapai sepanjang waktu.
4.6 Hubungan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan
Kemiskinan sering dikaitkan dengan rendahnya tingkat pendapatan sehingga kehilangan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum
yang memungkinkan untuk hidup layak. Todaro 2000 menguraikan bila pendapatan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum maka orang
tersebut dapat dikatakan miskin. Jadi tingkat pendapatan minimum merupakan batas antara keadaan miskin dan tidak miskin.
Kemiskinan memiliki kaitan yang erat dengan pemenuhan kebutuhan pangan Sudiman, 2008. Kemiskinan dapat mengakibatkan kelaparan yang
selanjutnya berdampak pada gizi kurang, bahkan kematian. Eratnya hubungan antara kemiskinan dan gizi kurang, mengakibatkan banyak orang sering
mengartikan bahwa penanggulangan masalah gizi kurang baru dapat dilaksanakan bila keadaan ekonomi sudah baik. Tabel 10 menunjukkan perbandingan
persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan persentase rumah tangga yang rawan pangan. Secara umum, persentase penduduk yang miskin
menurun dari tahun ke tahun yang diiringi dengan menurunnya persentase rumah tangga rawan pangan. Hal ini menunjukkan semakin membaiknya kinerja
perekonomian dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Tabel 10 Perbandingan persentase penduduk miskin dan rumah tangga rawan
pangan di Provinsi Jawa Timur
Penduduk RT Rawan Penduduk RT Rawan
Penduduk RT Rawan Miskin
Pangan Miskin
Pangan Miskin
Pangan 1 Kota 21,47
13,85 15,52
9,26 13,15
9,87 2 Desa
19,31 18,76
24,19 13,95
23,64 12,96
3 Total 20,06
16,66 19,95
12,04 18,51
11,63 Uraian
2002 2005
2008
Sumber : Penduduk miskin bersumber dari BPS, rumah tangga rawan pangan dihitung berdasarkan metode Jonsson dan Toole et al. 1991 dalam Maxwell 2000
Gambar 18 menunjukkan kondisi ketahanan pangan rumah tangga pada penduduk miskin. Rumah tangga yang rawan pangan merupakan persentase yang
paling besar. Persentase rumah tangga rawan pangan ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2002 persentase penduduk miskin yang
terindikasi rawan pangan sebanyak 50,44 persen. Nilai ini menurun menjadi 39,18 persen pada tahun 2005 dan kembali menurun menjadi 39,03 persen pada tahun
2008.
50.44 39.18
39.03 11.20
18.34 19.85
35.70 38.11
34.75 2.66
4.37 6.36
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2002 2005
2008 Tahan
Rentan Kurang
Rawan
Tahun P
e r
s e
n
Gambar 18 Status ketahanan pangan penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur. Pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan tidak harus
menunggu penanggulangan masalah kemiskinan selesai. Kerawanan pangan dapat ditanggulangi antara lain dengan peningkatan food availability melalui
peningkatan kapasitas produksi pangan dengan perbaikan sistem inovasi teknologi, perbaikan kualitas lahan dan pengembangan sistem irigasi Hardono
dan Kariyasa, 2006. Hal ini tentunya juga harus diikuti dengan upaya peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya konsumsi pangan
bergizi, beragam dan berimbang. Melalui peningkatan ketahanan pangan yang baik, kebutuhan gizi akan tercapai, produktivitas meningkat dan selanjutnya dapat
menurunkan angka kemiskinan.
5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA