BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Liberalisasi Perdagangan
Definisi mengenai liberalisasi perdagangan salah satunya dikemukakan oleh Madeley dan Solagral 2001 yang menyebutkan bahwa liberalisasi
perdagangan adalah sebagai suatu proses pengurangan dan pada akhirnya penghapusan semua hambatan tarif dan non tarif antar negara sebagai mitra
dagang. Liberalisasi perdagangan menjadi semakin menarik untuk dibahas karena
menimbulkan pro dan kontra. Menurut kelompok yang mendukung liberalisasi, kebijakan ini akan memberikan dampak positif bagi setiap negara. Pemikiran ini
didasarkan pada pandangan bahwa penghapusan hambatan perdagangan akan menyebabkan arus barang dan jasa menjadi semakin lancar.
Pandangan ini kontras dengan pemahaman kelompok anti liberalisasi. Menurut kelompok ini, liberalisasi akan menghancurkan perekomomian negara-
negara di dunia. Pengaruh negatif muncul karena barang impor yang semakin menguasai pasar domestik sehingga mematikan produksi dalam negeri atau
menurunkan ekspor domestik terutama yang berdayasaing rendah. Turunnnya ekspor selanjutnya berdampak negatif pula terhadap produksi
dalam negeri jika sebagian besar dari barang-barang yang dibuat dalam negeri untuk tujuan ekspor, atau karena kurangnya dana untuk membiayai proses
produksi yang disebabkan oleh berkurangnya devisa dari hasil ekspor. Namun demikian, bila domestik memiliki dayasaing yang lebih tinggi, maka liberalisasi
perdagangan dunia menciptakan peluang ekspor yang besar.
2.2. Free Trade Area FTA: Pengertian dan Dampak Integrasi Ekonomi
Regional Kegiatan ekonomi internasional
memiliki kecenderungan untuk membentuk organisasi perdagangan multinasional. Organisasi ini dibentuk dari
kumpulan negara berdekatan yang mempunyai kebijakan perdagangan bersama untuk menghadapi negara lain dalam bidang tarif dan akses pasar. Alasan umum
pembentukan grup ini adalah menjamin pertumbuhan ekonomi dan bermanfaat
bagi Negara anggota. Contoh organisasi yang terkenal sekarang antara lain European Union
EU dan North American Free Trade Agreement NAFTA. Pengaruh keberadaan dan pertumbuhan organisasi multinasional ini secara tidak
langsung bagi negara peserta adalah untuk menjaga persaingan secara global. Secara luas, pengelompokan regional dibentuk sebagai usaha pemerintah untuk
meningkatkan integrasi ekonomi global. Organisasi ini terdiri dari berbagai bentuk, tergantung tingkat
kerjasamanya yang mengarah ke tingkat integrasi yang berbeda antara negara peserta. Ada lima tingkat kerja sama formal antar negara anggota kelompok
regional, yaitu Free Trade Area FTA, Custom Union, Common Market, Monetary Union,
dan Political Union Kotabe dan Helsen, 2001.
Free Trade Are
FTA adalah kerjasama formal antara dua atau lebih negara untuk mengurangi hambatan tarif dan non tarif diantara negara anggota.
Akan tetapi masing-masing negara anggota bebas menentukan tingkat tarif individu dengan negara yang bukan anggota.
FTA adalah salah satu bentuk reaksi adanya globalisasi dan liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan penghapusan berbagai hambatan dalam
kegiatan perdagangan baik hambatan tarif tariff-barrier maupun hambatan non tarif non-tariff barier=NTB. FTA atau Free Trade Area adalah suatu bentuk
kerjasama ekonomi regional yang memperdagangkan produk-produk orisinal negara-negara anggotanya yang tidak dipungut bea masuk atau bebas bea masuk.
Dengan kata lain, ”internal tariff” antara negara anggota menjadi 0 persen, sedangkan masing-masing negara memiliki “external tariff” sendiri-sendiri.
Contohnya AFTA Asean Free Trade Area yang diawali dengan CEPT Common Effective Preferential Tariff
yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 1993 serta ACFTA ASEAN-China Free Trade Area yang telah diberlakukan 1
Januari 2010. Dampak dibukanya perdagangan bebas tidak hanya akan dirasakan oleh
ekonomi negara-negara yang berdagang, namun juga akan dirasakan oleh perekonomian
dunia secara
keseluruhan. Dampak
diliberalisasikannya perdagangan tersebut secara keseluruhan mengakibatkan kesejahteraan dunia
menurun. Berdasarkan teori perdagangan internasional, perdagangan internasional
seharusnya akan meningkatkan kesejahteraan negara-negara yang melakukan perdagangan bebas, karena melalui perdagangan bebas akan terjadi peningkatan
efisiensi penggunaan sumberdaya domestik dan akses pasar ke negara lain Stephenson, 1994.
Namun demikian, secara umum terdapat beberapa variabel ekonomi dunia yang meningkat seperti investasi global barang-barang kapital, volume
perdagangan dunia, dan indeks harga perdagangan dunia. Peningkatan arus perdagangan sebagai akibat dibukanya tarif seluas-luasnya mengakibatkan
peningkatan aliran barang-barang kapital untuk investasi volume perdagangan dunia. Peningkatan investasi global ternyata diikuti dengan tingkat pengembalian
kapital yang negatif sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dunia.
Custom Union .
Anggota Custom Union tidak hanya mampu mengurangi atau menghilangkan tarif antara anggota, tapi juga mereka mempunyai tarif
eksternal bersama terhadap negara yang bukan anggota Custom Union. Hal ini mencegah negara yang bukan anggota mengekspor ke negara anggota yang
mempunyai tarif eksternal rendah.
Common Market
. Jika kerja sama meningkat di antara negara Custom Union
, maka dapat terbentuk Common Market. Common Market menghilangkan semua tarif dan hambatan lain dalam perdagangan antara anggota, mengadopsi
seperangkat tarif eksternal bersama pada negara bukan anggota, dan menghilangkan batasan-batasan pada aliran modal dan tenaga kerja antar negara
anggota.
Monetary Union . Monetary Union berada pada level integrasi keempat
dengan satu mata uang bersama antar negara. Contohnya Negara anggota European Union
menggunakan mata uang. Tingkat integrasi ini juga disebut Economic Union
karena juga melakukan harmonisasi kebijakan ekonomi negara anggota, seperti pajak, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal Wild, Wild dan
Han, 2000.
Political Union . Political Union merupakan puncak dari proses integrasi.
Political Union dapat menjadi nama lain dari sebuah negara ketika union secara
sungguh-sungguh mencapai tingkat integrasi. Terkadang, negara-negara yang
berkumpul dalam Political Union antara lain adalah karena alasan sejarah, seperti British Commonwealth
yang terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian oleh British Empire. Namun ketika British bergabung dengan European
Union , perlakuan istimewa ini hilang. Sekarang kelompok ini hanya sebagai
forum untuk diskusi dan ikatan sejarah yang sama. Integrasi ekonomi regional termasuk FTA akan memberikan dampak
positif dan negatif terhadap perdagangan barang dan jasa dinegara-negara anggota FTA. Dampak positif dari integrasi ekonomi adalah Wild, Wild dan Han, 2000:
2.2.1. Trade Creation
Dengan analisis partial equilibrium, trade creation adalah penggantian dimana produk domestik suatu negara yang melakukan integrasi ekonomi regional
melalui pembentukan FTA dengan produk impor yang lebih murah dari anggota lain. Jika seluruh sumber daya digunakan secara full employment dan dengan
melakukan spesialisasi berdasarkan comparative advantage, masing-masing negara akan memperoleh dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan
masyarakat karena memperoleh barang dengan harga yang relatif lebih murah.
Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 2.1. Trade Creation
Efek positif dari trade creation ini bukan hanya berlaku untuk negara anggota, tetapi juga untuk negara lain yang bukan anggota karena adanya
peningkatan spesialisasi produksi yang mendorong peningkatan impor dari negara
2 1
3 4
G J
A C
M V
U H
N Z
W B
10 20
50 70
S
1
S
1
+T
Dx Sx
Px
Qx
lain rest of the world. Terjadinya trade creation dapat diilustrasikan pada Gambar 2.1. Salvatore, 1997. Dx dan Sx masing-masing merupakan kurva
permintaan dan penawaran domestik untuk barang X dari negara II, sedangkan kurva S1 merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna dalam keadaan free
trade untuk barang X dari negara I 1. Dengan mengenakan tarif bea masuk 100
persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I, sehingga harga impornya menjadi 2 atau kurva S1 + T. Produksi domestik negara II
sebanyak 20 unit barang X atau AM, sedangkan total konsumsi dalam negara II sebanyak 50 unit barang X atau GH. Kemudian negara I dan negara II membentuk
integrasi ekonomi regional dalam bentuk FTA. Setelah membentuk FTA, negara II mengimpor 60 unit barang X atau CB dari negara tanpa bea masuk pada harga
1 kurva S1. Produk domestik negara I turun menjadi 10 unit barang X atau CM dan total konsumsi naik menjadi 70 unit barang X atau AB. Dengan pembentukan
FTA, maka : Penerimaan bea masuk untuk negara II akan hilang, Konsumen domestik akan memperoleh transfer dari produsen domestik sebesar area AGJC
yang merupakan kenaikan konsumen surplus, Manfaat lain yang diperoleh negara II setara dengan area CJM + area BHN, atau setara dengan 15.
2.2.2. Konsensus yang Lebih Besar
Keuntungan untuk mengelimainasi hambatan perdagangan lebih mudah dilakukan pada kelompok negara-negara yang lebih kecil. Contohnya seperti
ASEAN dibandingkan dengan kelompok yang lebih besar seperti WTO.
2.2.3. Kerjasama Politik
Secara politik terdapat keuntungan dari negara-negara yang berintegrasi. Salah satu keuntungan yang juga diutamakan adalah dapat memperjuangkan
kepentingan bersama di forum perundingan yang lebih besar seperti WTO. Integrasi ekonomi juga memberikan dampak negatif terhadap anggotanya.
Wild, Wild dan Han 2000 mengidentifikasi terdapat tiga dampak negatif yaitu trade diversion
, pergeseran tenaga kerja, hilangnya kedaulatan nasional.
2.2.4. Trade Diversion
Terjadinya pengalihan perdagangan dari negara yang tidak ikut serta dalam perjanjian perdagangan tapi lebih efisien ke negara yang ikut serta dalam
perjanjian walaupun kurang efisien. Gambar 2.2 menunjukkan terjadinya trade diversion
pada negara yang melakukan integrasi ekonomi. Sebagai contoh, Dx dan Sx merupakan kurva permintaan dan penawaran domestik untuk barang X
dari negara II, sedangkan kurva S1 dan S3 merupakan kurva penawaran yang elastis sempurna dalam keadaan free trade untuk barang X dari negara I 1 dan
negara III 1,5. Dengan mengenakan tarif bea masuk 100 persen, negara II mengimpor 30 unit barang X atau JH dari negara I sehingga harga impornya
menjadi 2 atau kurva S1+T. Kemudian negara II membentuk integrasi ekonomi
regional dalam bentuk FTA dengan negara III.
Setelah pembentukan FTA, negara II mengimpor 45 unit barang X atau C’B’ dari negara III yang bebas bea masuk pada harga 1,5 kurva S3.Dengan
pembentukan FTA maka : kesejahteraan manfaat yang diperoleh negara II adalah sebesar segitiga C’JJ’ + segitiga H’HB’, atau senilai 1,25 + 2,5 = 3,75 ;
kesejahteraan manfaat yang hilang dari negara II sebesar segiempat MNH’J’ atau senilai 15 ; kesejahteraan manfaat neto yang hilang adalah sebesar 15 -
3,75 = 11,25 Lihat Gambar 2.2..
Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 2.2. Trade Diversion
2.2.5. Pergeseran Tenaga Kerja
Karena adanya kerjasama perdagangan maka produsen akan berproduksi ke negara yang lebih efisien. Sebagai contoh, untuk industri yang memerlukan
S
1
C’ 1,5
1 2
3 E
B’ J’
H’
10 H
J H
G’ Z
N M
G
20 50
60 S
3
S
1
+T
Dx Sx
Px
Qx
tenaga kerja dengan tingkat ketrampilan yang rendah akan mengalihkan tempat produksinya ke negara anggota yang memiliki tingkat upah yang rendah.
2.2.6. Hilangnya Kedaulatan Politik
Jika integrasi ekonomi sudah mencapai political union, maka suatu negara akan kehilangan kebebasan dalam menentukan politik luar negerinya sendiri.
Sejauh ini, bentuk integrasi pada tingkat yang paling tinggi political union sulit untuk dicapai.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Haryadi 2008 manganalisis dampak liberalisasi perdagangan pertanian terhadap perekonomian negara maju dan berkembang analisis GTAP. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa negara berkembang termasuk Indonesia belum siap sepenuhnya untuk meliberalisasi perdagangan dengan tarif nol persen.
Negara maju paling diuntungkan oleh kebijakan penghapusan tarif. Penelitian Oktaviani et al 2008 berjudul ”Consultancy and Training
Services to Develop Quantitative Analytical Tools and Framework for Assessing Investment and Trade Competitiveness
” dengan metode analisis RCA, Ekspor Produk Dinamik, CMSA dan CGE menunjukkan selama periode tahun 2000-2006
nilai ekspor Indonesia tumbuh sebesar 10.76 persen pertahun, nilai ini lebih rendah secara relatif dibandingkan Cina 23.61 persen. Terdapat 194 komoditas
Indonesia yang memiliki nilai RCA lebih dari 1 dan tingkat pertumbuhan ekspor yang positif. Berdasarkan matriks ekspor produk dinamik kategori komoditas
ekspor dalam kuadran rising star adalah komoditas pertanian dan agroindustri. Berdasarkan market destinatination Indonesia, Malaysia, Thailand dan
Cina memiliki kesamaan dalam penetrasi pasar, dimana seluruh negara tersebut berorientasi pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa,
dan Cina. Berdasarkan CMSA pertumbuhan ekspor Indonesia dipengaruhi efek pertumbuhan impor dan efek komposisi komoditas.
Rendahnya dayasaing investasi Indonesia dipengaruhi oleh infrastruktur seperti sedikitnya jalan yang sudah diaspal, sambungan telepon dan koneksi
internet yang minim, dan rendahnya konsumsi listrik. Faktor fundamental seperti share
hutang luar negeri terhadap GDP dan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap dayasaing investasi di Indonesia.
Hasil model CGE menunjukkan bahwa kenaikan harga komoditas pangan dunia akan memberikan dampak negatif bagi kondisi makroekonomi Indonesia.
Pendapatan Nasional akan menurun disertai dengan peningkatan inflasi karena sebagian besar komoditas yang mengalami kenaikan adalah komoditas impor
misalnya vegetable oils, fats dan palm oils. Penelitian Oktaviani, et al 2007 menganalisis FTA dalam skema ASEAN
Plus One yakni ASEAN-Cina dan ASEAN-Rep. Korea. Alat analisis yang
digunakan adalah IIT dan GTAP, menunjukkan hasil terjadi integrasi yang tinggi pada komoditi manufaktur antara ASEAN dengan negara Cina dan Rep. Korea.
Komoditi pertambangan terutama untuk negara Indonesia lebih banyak terjadi one way trade
atau nilai IIT bernilai 0. Pada kelompok lainnya, yaitu kelompok komoditi pertanian primer secara umum belum mampu bersaing menghadapi
pasar bebas. Nilai IIT yang relatif rendah dari angka maksimal 100 yang menunjukkan integrasi yang tinggi antar kedua wilayah menunjukkan
ketidakmampuan dayasaing produk pertanian primer Indonesia tersebut. Beberapa sub sektor kemungkinan dapat dikembangkan mengingat memiliki nilai IIT yang
cukup, seperti komoditi pertanian lainnya yang mencapai nilai IIT lebih dari 60. Integrasi yang tinggi menunjukkan kedekatan perdagangan di antara negara-
negara di kawasan tersebut. Jika dilihat fokus pada sektor pengolahan pertanian, maka komoditi minyak nabati terutama produk CPO Crude Palm Oil serta
turunannya merupakan produk andalan Indonesia. Malaysia dan Indonesia menempati urutan pertama dan kedua di dunia untuk eskpor CPO dan turunannya.
Secara keseluruhan dampak makro ekonomi FTA dalam Skema ASEAN- Cina maupun ASEAN-Rep. Korea meningkatkan total GDP negara-negara
ASEAN walaupun relatif kecil. Peningkatan GDP lebih banyak didorong oleh pengeluarankonsumsi masyarakat yang lebih tinggi. Peningkatan GDP yang
disebabkan oleh peningkatan investasi relatif kecil. Hal ini tentunya kurang baik apabila dilihat dalam perspektif jangka panjang.
Penelitian Thorpe 2005 yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada industri manufaktur di Asia Timur 1970-1996
dengan memisahkan IIT menjadi IIT horizontal dan vertikal. IIT horizontal timbul sebagai akibat adanya economies of scale dan differensiasi produk sedangkan
vertikal terjadi pada perdagangan komoditi yang sama dengan kualitas yang berbeda. Selain itu, Thorpe 2005 menggunakan model gravity, yang hasilnya
menunjukkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi IIT pada sektor manufaktur di Asia Timur adalah GDP, perbedaan GDP, GDP perkapita,
perbedaan GDP perkapita, jarak, kurs, ketidakseimbangan perdagangan, dan economies of scale
. Austria 2004 yang penelitiannya bertujuan untuk menganalisis
karakteristik perdagangan pada 11 sektor prioritas ASEAN periode 1997-2001 dan mengukur integrasi pada 11 sektor tersebut melalui IIT menunjukkan bahwa
IIT relatif tinggi hanya pada sektor ICT dan elektronik. Penelitian Menon 1996 bertujuan untuk mengukur besarnya kontribusi
pertumbuhan perdagangan intra industri dan pertumbuhan perdagangan neto terhadap pertumbuhan total perdagangan ASEAN periode 1981-1986 dan 1986-
1991 khususnya manufaktur. Dengan metode Grubel-Lloyd Index untuk mengukur IIT hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kontribusi pertumbuhan
perdagangan intra industri terhadap pertumbuhan total perdagangan ASEAN adalah lebih besar dibandingkan kontribusi yang diberikan oleh perdagangan neto
di sebagian besar negara ASEAN. Dari berbagai penelitian terdahulu, maka penelitian ini yang bertujuan
untuk mengetahui dampak ASEAN Plus Three FTA cukup relevan untuk dilakukan. Dengan posisi dayasaing seperti saat ini, penelitian ini ingin melihat
dampak secara luas dari adanya FTA dalam skema ASEAN Plus Three dan bagaimana jika dibandingkan dengan skema ASEAN Plus One seperti yang telah
dilakukan pda penelitiannya sebelumnya.
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis