persaingan internasional memaksa setiap perusahaan untuk membatasi model atau tipe  produknya  agar  dapat  berkonsentrasi  memanfaatkan  sumberdayanya  untuk
menekan  biaya  produksi  per  unit  sehingga  dapat  menghasilkan  beberapa  jenis produk saja tentunya dengan kualitas terbaik dan harga dapat bersaing dari produk
lainnya.  Disisi  lain  kebutuhan  konsumen  akan  produk  atau  tipe  lain  dipenuhi melalui impor dari negara lain.
Indeks  Intra  Industry  Trade  IIT  yang  umum  digunakan  adalah  Grubel- Lloyd Index. Nilai Grubel Lloyd index berkisar 0-100.  Jika jumlah yang diekspor
sama  dengan  jumlah  yang  diimpor  untuk  suatu  produk,  maka  indeksnya  akan bernilai 100. Sebaliknya apabila perdagangan suatu negara hanya melibatkan satu
pihak saja ekspor atau impor saja maka nilai indeksnya adalah 0. Tabel 2.1. Klasifikasi dari nilai Intra Industry Trade
Intra Industri Trade Klasifikasi
0.00 No integration one way trade
0.00 – 24.99 Weak integration
25.00 – 49.99 Mild Integration
50.00 – 74.99 Moderately strong integration
75.00 – 99.99 Strong integration
Sumber: Austria, 2004
2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian
Indikator  kinerja  perdagangan  Indonesia  salah  satunya  dapat  dilihat  dari dayasaing  secara  komparatif  dan  pertumbuhan  pangsa  ekspor  di  pasar  tujuan.
Dalam  mengukur  dayasaing  komparatif,  metode  RCA  cukup  banyak  digunakan. Sedangkan  untuk  melihat  pertumbuhan  pangsa  ekspor  digunakan  metode  EPD.
Negara  yang  tergabung  dalam  ASEAN  Plus  Three  telah  sepakat  untuk membentuk FTA. Dengan perfoma ekspor Indonesia seperti sekarang ini, dampak
yang akan terjadi dari adanya ASEAN Plus Three FTA dapat terlihat, khususnya dampak  terhadap  ekonomi  makro  dan  sektoral  Indonesia.  Dalam  penelitian  ini
sektor yang akan disimulasi adalah 10 sepuluh sektor yang memiliki nilai ekspor dan impor terbesar.
Peningkatnya  volume  perdagangan  yang  diharapkan  karena  adanya  FTA akan  mendatangkan  multiplier  effect  terhadap  kegiatan  ekonomi  lainnya  yang
mungkin akan membawa perubahan terhadap kondisi makroekonomi dan sektoral
sehingga  perlu  ada  kajian  tentang  dampak  skema  FTA,  dengan  kasus  FTA ASEAN Plus Three. Dengan  mengkaji  FTA  ASEAN  Plus Three  mengggunakan
model GTAP, maka akan dapat diidentifikasi dampaknya terhadap perekonomian Indonesia  secara  menyeluruh,  baik  ditingkat  makro  dan  sektoral.  Gambaran
mengenai kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kinerja Perdagangan Indonesia dengan ASEAN Plus Three
Dayasaing produk Indonesia ke ASEAN
Plus Three RCA Keterkaitan
perdagangan antar negara IIT
Dampak Ekonomi bagi Indonesia, ASEAN, Cina, Jepang dan Rep. Korea:
-  Makro Ekonomi GDP, Konsumsi,
Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Ekspor Bersih
-  Sektoral Ekonomi Ekspor, Impor,
Output, Harga, Kesempatan Kerja
Implikasi Kebijakan Ekspor dan Impor Terbesar
Indonesia
Ekspor Produk Dinamis EPD
Simulasi Dampak FREE TRADE AREA ASEAN
Plus Three
GTAP
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Seluruh  data  yang  digunakan  dalam  kajian  ini  adalah  data  sekunder. Sumber  data  aliran  perdagangan  antara  negara-negara  ASEAN  dan  Asia  Timur
adalah  COMTRADE  yang  dikeluarkan  oleh  United  Nations  Commodity  Trade Statistics  Database.  Data  utama  lainnya  adalah  Data  Base  GTAP  untuk
menganalisis  dampak  adanya  Free  Trade  Area  FTA  ASEAN  dan  Asia  Timur yang  dikeluarkan  oleh  Centre  for  Global  Trade  Analysis,  Purdue  University.
Selain itu, digunakan pula data pendukung lain yang bersumber dari World Bank dan International Monetary Fund IMF.
3.2. Metode Analisis
3.2.1.  Analisis Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas ASEAN Plus Three
Kesiapan  Indonesia  dalam  rangka  menghadapi  perdagangan  bebas kawasan  ASEAN  Plus  Three  ASEAN,  Cina,  Jepang  dan  Rep.  Korea  dapat
dilihat  dari  perfoma  ekspor  Indonesia  di  pasar  ASEAN  Plus  Three  APT  yang telah  terjadi  selama  beberapa  tahun  terakhir.  Berbagai  indikator  dapat  dijadikan
alat  analisis  untuk  mengidentifikasi  performa  ekspor  Indonesia    di  pasar  APT. Antara  lain  analisis  Revealed  Comparative  Advantage  RCA,  Export  Product
Dynamics EPD dan Intra Industry Trade IIT.
3.2.1.1. Revealed Comparative Advantage RCA
Performa  ekspor  produk  Indonesia  di  pasar  ASEAN,  Cina,  Jepang  dan Rep.  Korea  dapat  dilihat  dari  tingkat  keunggulan  komparatifnya,  dimana  hal  ini
dapat  diketahui  dengan  metode  RCA.  Performa  ekspor  ini  menggambarkan dayasaing  secara  komparatif  untuk  masing-masing  komoditi.  Metode  ini
didasarkan  pada  suatu  konsep  bahwa  perdagangan  antar  wilayah  sebenarnya menunjukkan  keunggulan  komparatif  yang  dimiliki  suatu  negara.  Variabel  yang
diukur adalah kinerja ekspor Indonesia ke pasar tujuan dengan menghitung pangsa nilai ekspor terhadap total ekspor ke negara tujuan yang kemudian dibandingkan