5.2. Analisis Kinerja Ekspor Indonesia di Pasar ASEAN Plus Three
Analisis kinerja perdagangan Indonesia dilakukan untuk  mengidentifikasi dayasaing  produk-produk  Indonesia  dalam  rangka  menghadapi  ASEAN  Plus
Three  Free  Trade  Area APT  FTA.  Kinerja  ekspor  Indonesia  di  pasar  ASEAN
Plus Three dapat dilihat dari berbagai macam indikator. Antara lain dapat dilihat
melalui keunggulan komparatif suatu komoditi, produk ekspor dinamis dan dapat dilihat  pula  dengan  mengukur  tingkat  integrasi  perdagangan  di  suatu  kawasan
yang melakukan kegiatan perdagangan. Indikator  yang  dibahas  dalam  penelitian  ini  antara  lain  dengan  cara
melihat keunggulan komparatif komoditi Indonesia di pasar tujuan ekspor dengan mengukur  posisi  pasar  dari  produk  Indonesia  untuk  tujuan  pasar  tertentu.  Nilai
ekspor  yang  tinggi  belum  cukup  untuk  menjustifikasi  apakah  komoditi  tersebut memiliki  performa  yang  baik  di  pasar  tujuan.  Oleh  sebab  itu  penelitian  ini
menggunakan  beberapa  alat  analisis  untuk  mengukur  performa  ekspor  Indonesia di pasar tujuan yaitu Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Jepang, Rep. Korea
dan Cina ASEAN Plus Three.
5.2.1.   Analisis Revealed Comparative Advantage RCA
Performa  ekspor  produk  Indonesia  di  pasar  ASEAN  Plus  Three  dapat dilihat  dari  tingkat  keunggulan  komparatifnya,  dimana  hal  ini  dapat  diketahui
dengan  metode Revealed Comparative Advantage RCA. RCA  menggambarkan daya  saing  secara  komparatif  untuk  masing-masing  komoditi  di  pasar  ASEAN
Plus Three .
Tabel  5.6  menunjukkan  beberapa  komoditi  yang  diperdagangkan  dan memiliki  nilai  ekspor  dan  impor terbesar  dalam  pasar  tujuan  yaitu  ASEAN  Plus
Three .  Dari  tabel  tersebut  terlihat  bahwa  nilai  RCA  Revalead  Comparatif
Advantage terbesar  Indonesia  ke  negara-negara  tersebut  didominasi  oleh  sektor
dari pertambangan dan penggalian. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi ekspor sektor pertambangan dan penggalian Indonesia cukup besar terhadap total ekspor
komoditi  tersebut  dari  seluruh  dunia.  Selain  itu  kontribusi  ekspor  komoditi  dari sektor pertambangan dan penggalian Indonesia sangat besar terhadap total ekspor
seluruh  komoditi  Indoensia  ke  pasar  ASEAN  Plus  Three.  Dengan  kata  lain
73 komoditi  pada  sektor  tersebut  memiliki  dayasaing  yang  tinggi  di  pasar  ASEAN
Plus Three .
Dari  Tabel  5.6,  komoditi  gas  memiliki  nilai  RCA  tertinggi  selama  tahun 2005-2009  yaitu  dengan  rata-rata  12.7,  komoditi  minyak  lemak  juga  konsisten
diurutan ke dua dengan nilai RCA sebesar 6.93. Kemudian diikuti oleh komoditi batu  bara  5.51,  metal  1.98,  minyak  mentah  1.88,  mineral  1.77  dan  kilang
minyak  1.21.  Komoditi  dengan  nilai  RCA  di  atas  1  tersebut  ternyata  memilki nilai  ekspor  yang  relatif  tinggi  dan  memberikan  kontribusi  yang  besar  terhadap
total  ekspor  Indonesia  ke  pasar  ASEAN  Plus  Three  Tabel  4.1  dan  Tabel  4.2. Sedangkan  untuk  komoditi  seperti  barang-barang  kimia,  karet  dan  plastik
walaupun  memiliki  nilai  ekspor  dan  kontribusi  yang  besar  terhadap  total  ekspor Indonesia  namun  tidak  cukup  memiliki  daya  saing  secara  komparatif.  Hal  ini
dikarenakan  ekspor  barang-barang  kimia,  karet  dan  plastik  dari  seluruh  dunia memiliki  nilai  yang  jauh  lebih  besar.  Dengan  kata  lain  produk-produk  tersebut
kurang memilki kontribusi yang besar terhadap total ekspor dunia untuk komoditi yang sama, walaupun komoditi tersebut merupakan salah satu komoditi unggulan
ekspor Indonesia. Komoditi  yang  memiliki  nilai  RCA  dibawah  angka  1  menunjukkan
komoditi  tersebut  tidak  memiliki  daya  saing  secara  komparatif  di  pasar  ASEAN Plus  Three
.  Dari  Tabel  5.6,  terlihat  bahwa  komoditi-komoditi  yang  tergolong industri  manufaktur  seperti  tekstil,  elektronik,  mesin  dan  peralatannya  kurang
memiliki  dayasaing  secara  komparatif.  Terlihat  dari  nilai  RCA  nya  yang  berada dibawah kisaran angka 1.  Seperti tekstil  yang  memiliki  nilai  RCA sebesar 0.85,
mesin  dan  peralatannya  sebesar  0.33  serta  elektronik  dan  peralatannya  sebesar 0.28.
Komoditi yang memiliki nilai RCA rendah tersebut pada umunnya adalah komoditi  yang  nilai  impornya cukup  besar dan  berkontribusi signifikan terhadap
total  impor  Indonesia  dari  pasar  ASEAN  Plus  Three  Bab  IV.  Seperti  komoditi mesin  dan  peralatannya  yang  memiliki  pangsa  impor  sebesar  17.27  persen,  nilai
RCA komoditi tersebut hanya sebesar 0.33.
Tabel  5.6.  Nilai  RCA  Revealed  Comparatif  Advantage  Beberapa  Komoditi Indonesia Tahun 2005-2009
No Sektor
2005 2006
2007 2008
2009 Rata-
rata 1
Gas alam 14.98
12.27 12.65
10.14 13.48
12.7 2
Minyak nabati dan hewani 6.09
7.35 6.97
6.91 7.3
6.93 3
Batu bara 4.29
5.44 6.48
4.55 6.78
5.51 4
Logam 2.1
1.87 2.25
1.87 1.81
1.98 5
Minyak mentah 1.48
1.33 1.4
2.01 3.16
1.88 6
Mineral 1.88
2.19 1.73
1.3 1.74
1.77 7
Kilang minyak dan produk batu bara
1.38 1.32
1.25 1.06
1.05 1.21
8 Tekstil
0.90 0.84
0.88 0.84
0.82 0.85
9 Produk kimia, karet dan
plastik 0.77
0.87 0.93
0.81 0.7
0.81 10
Kendaraan bermotor dan suku cadang
0.61 0.55
0.53 0.58
0.51 0.56
11 Barang-barang dari logam
0.52 0.47
0.53 0.55
0.49 0.51
12 Peralatan transportasi
0.31 0.40
0.34 0.48
0.78 0.46
13 Mesin dan peralatannya
0.34 0.36
0.34 0.31
0.32 0.33
14 Logam besi
0.26 0.40
0.34 0.31
0.30 0.32
15 Peralatan elektronik
0.41 0.27
0.26 0.24
0.22 0.28
5.2.2.  Analisis Export Product Dynamics EPD