Penilaian Risiko Produksi PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK

62

VI. PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK

6.1. Penilaian Risiko Produksi

Setiap kegiatan budidaya pertanian pasti dihadapkan pada masalah risiko. Salah satu indikasinya adalah terjadi variasi atau fluktuasi dari produksi yang diperoleh perusahaan. Risiko produksi yang terjadi akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi. Penilaian risiko produksi yang dilakukan pada usaha paprika hidroponik merupakan penilaian terhadap kegiatan spesialisasi yang dilihat berdasarkan produktivitas. Produktivitas didapat berdasarkan rasio antara produksi total paprika hijau, merah, dan kuning dengan luas lahan yang digunakan. Pengukuran peluang pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian yang dibagi dengan total kegiatan produksi selama kegiatan budidaya berlangsung. PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT. KSDW telah melakukan 18 kali tanam paprika hidroponik dari lima greenhouse dan selama itu PT. KSDW memperoleh hasil yang berbeda-beda. Adanya fluktuasi pada produktivitas mengindikasikan bahwa perusahaan menghadapi risiko pada kegiatan produksi. Risiko yang terjadi di PT. KSDW dalam membudidayakan paprika hidroponik disebabkan oleh kondisi alam yang tidak pasti, hama penyakit yang sulit diprediksi, serta tenaga kerja yang kurang terampil. Produktivitas yang diperoleh merupakan produktivitas dari total hasil produksi paprika. Total produksi merupakan penggabungan hasil produksi paprika merah. paprika hijau. dan paprika kuning di masing-masing greenhouse selama satu musim tanam. Untuk memudahkan perhitungan, luasan greenhouse pada data produksi Lampiran 1 dikonversi menjadi 1000 m 2 untuk mencari nilai produktivitas. Nilai produktivitas dari usahatani paprika hidroponik pada masing-masing greenhouse di PT. KSDW dapat dilihat pada Tabel 8. 63 Tabel 8. Produktivitas Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya per 1000 m 2 per Periode Tanam, Tahun 2002 hingga 2010 Tanam ke- Produktivitas kg1000 m 2 Greenhouse A Greenhouse B Greenhouse C Greenhouse D1 Greenhouse D2 1 12.555,47 11.160,00 12.960,00 12.413,79 8.904,11 2 12.357,72 10.800,00 13.248,00 10.906,40 14.500,99 3 12.703,74 15.060,00 13.187,88 - - 4 10.609,76 - 13.776,00 - - 5 10.975,61 - 14.865,69 - - 6 8.621,95 - - - - Tabel 8 menunjukkan bahwa masing-masing periode tanam memiliki produktivitas yang berbeda-beda sehingga produktivitas yang dihasilkan oleh PT. KSDW dalam membudidayakan paprika nilainya berfluktuasi. Produktivitas tertinggi adalah sebesar 15.060 kg per 1000 m 2 yang terjadi pada greenhouse B, sedangkan terendah adalah sebesar 8.621,95 kg per 1000 m 2 yang terjadi pada greenhouse A. Berdasarkan hasil wawancara, pihak Divisi Budidaya Tanaman Semusim PT. KSDW menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan produktivitas paprika hidroponik tertinggi, yaitu : 1. Kondisi cuaca dan iklim yang baik sehingga suhu dan tingkat kelembaban cocok untuk usaha budidaya paprika. 2. Jumlah hama dan penyakit sedikit yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim yang baik. 3. Nutrisi yang diberikan kepada tanaman cukup. 4. Benih yang digunakan merupakan benih yang berkualitas. 5. Bibit yang digunakan adalah bibit yang telah diseleksi dan memenuhi syarat untuk pindah tanam. 6. Media tanam yang digunakan dicampur dengan kompos sehingga tanaman tumbuh lebih subur. 7. Perlakuan pindah tanam dan pemeliharaan dilakukan dengan baik. Kondisi produktivitas terendah juga pernah dialami PT. KSDW, dan faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut : 1. Kondisi dan iklim yang kurang baik. 64 2. Jumlah hama dan penyakit yang menyerang banyak karena kondisi cuaca dan iklim yang kurang baik. 3. Nutrisi yang diberikan kepada tanaman tidak cukup. 4. Benih dan bibit tidak diseleksi sebelum ditanam. 5. Media tanam yang dipakai tidak dicampur dengan kompos. 6. Perlakuan pindah tanam dan pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik. Dalam penelitian ini, peluang kejadian dari produktivitas dapat diukur dari proporsi frekuensi kondisi produktivitas yang terjadi selama pengusahaan paprika hidroponik. PT. KSDW telah berproduksi selama 18 kali dengan nilai produktivitas yang berbeda-beda sehingga peluang yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0,056. Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas tersebut kemudian digunakan untuk mencari nilai produktivitas yang diharapkan expected return. Expected return atau nilai harapan merupakan perolehan atau pengembalian yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan usaha. Perhitungan expected return pada peluang kondisi yang sama adalah dengan mengalikan jumlah total produktivitas dengan peluang, namun karena peluang yang dihasilkan sama maka nilai expected return sama dengan nilai rata- rata dari produktivitas tersebut, sehingga diperoleh nilai produktivitas yang diharapkan sebesar 12.200,40 kg1000 m 2 untuk setiap kondisi dalam proses budidaya paprika hidroponik yang telah diakomodasi perusahaan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya paprika hidroponik memberi harapan perolehan hasil produksi sebanyak 12.200,40 kg untuk setiap luasan lahan 1000 m 2 . Dengan mengetahui harapan produktivitas yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan usaha budidaya paprika hidroponik berdasarkan perhitungan risiko produksi, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk kelanjutan usaha ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah yang akan diambil dalam perkembangan usaha. Pengukuran sejauhmana risiko produksi yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi, yaitu melalui pendekatan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, seperti misalnya nilai standard deviation 65 merupakan akar kuadrat dari nilai variance, sedangkan nilai coefficient variation merupakan rasio antara standard deviation dengan nilai expected return dari produktivitas dan pendapatan yang diperoleh PT. KSDW melalui usaha budidaya paprika hidroponik. Hasil penilaian risiko produksi paprika hidroponik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian Risiko Produksi Budidaya Paprika Hidroponik PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Berdasarkan Produktivitas per 1000 m 2 No. Ukuran Nilai 1 Variance 3.254.148,04 2 Standard deviation 1.803,93 3 Coefficient Variation 0,15 Tabel 9 menunjukkan penilaian risiko produksi paprika hidroponik berdasarkan produktivitas per 1000 m 2 melalui nilai standard deviation sebesar 1.803,93 dan nilai coefficient variation yang diperoleh adalah sebesar 0,15. Nilai ini berarti bahwa risiko produksi yang dihadapi PT. KSDW adalah sebesar 1.803,93 kilogram per 1000 m 2 atau sebesar 15 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh perusahaan. Nilai coefficient variation yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin tinggi pula risiko yang dihadapi perusahaan. Setiap kegiatan usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha, dimana secara ekonomi keuntungan yang diharapkan adalah berupa pendapatan usaha. Seperti halnya pada kegiatan usaha paprika hidroponik yang dijalankan PT. KSDW, pemilik mengharapkan umpan balik yang positif, yaitu adanya keuntungan berupa pendapatan dari kegiatan budidaya tersebut. Adanya risiko produksi yang dialami dalam menjalankan usaha budidaya paprika hidroponik menimbulkan kerugian bagi pihak PT. KSDW. Kerugian tersebut akan berpengaruh terhadap hasil produksi karena risiko yang ada menyebabkan kualitas dan kuantitas berkurang. Produktivitas paprika yang berfluktuasi. mengakibatkan pendapatan yang diperoleh berfluktuasi pula. Fluktuasi pendapatan yang diperoleh PT. KSDW melalui usahanya membudidayakan paprika dapat dilihat pada Tabel 10. 66 Tabel 10. Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya per 1000 m 2 per Periode Tanam, Tahun 2002 hingga 2010 Tanam ke- Pendapatan Rp Greenhouse A Greenhouse B Greenhouse C Greenhouse D1 Greenhouse D2 1 47.537.957 30.792.317 52.392.317 45.837.797 3.721.637 2 45.164.957 26.472.317 55.848.317 27.749.117 70.884.197 3 49.317.197 77.592.317 55.126.877 - - 4 24.189.437 - 62.184.317 - - 5 28.579.637 - 75.260.597 - - 6 335.717 - - - - Pendapatan yang diperoleh merupakan pengurangan penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan dengan asumsi bahwa biaya yang dikeluarkan setiap kali tanam adalah sama berdasarkan analisis pendapatan yang telah dilakukan yaitu sebesar Rp 103.127.638,00. Harga jual yang digunakan dalam perhitungan pun sama yaitu sebesar Rp 12.000 per kilogram sehingga diasumsikan risiko harga tidak terjadi. Harga ini merupakan harga rata-rata dari produk paprika hijau, merah, dan kuning. Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa pendapatan tertinggi diperoleh saat produktivitas tertinggi, yaitu sebesar Rp 77.592.317,00, begitupun sebaliknya dengan pendapatan terendah yang diperoleh yaitu sebesar Rp 335.717,00. Nilai produktivitas dan pendapatan usahatani yang dijalankan PT. KSDW dalam membudidayakan paprika hidroponik selama 18 kali tanam memang tidak bernilai negatif, namun adanya risiko yang terjadi meyebabkan nilai tersebut berfluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Oleh karena itu, pihak PT. KSDW diharapkan memiliki langkah penanganan yang sesuai dengan sumber- sumber risiko yang dihadapi agar dapat menghindari atau memperkecil risiko yang dihadapi. Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi pada usaha budidaya paprika hidroponik di PT. KSDW adalah sebagai berikut: 1. Serangan hama dan penyakit Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor risiko yang dihadapi dalam budidaya paprika hidroponik. Kondisi tersebut disebabkan karakteristik tanaman paprika yang rentan terhadap serangan hama dan 67 penyakit. Hal ini dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi yang tidak sesuai dengan harapan. Hama yang menyerang tanaman paprika di PT. KSDW adalah thrips, sedangkan penyakitnya adalah busuk batang dan benjol akar yang disebabkan oleh jamur, serta penyakit fisiologis seperti defisiensi unsur kalsium. Hama dan penyakit yang menyerang bukan saja berdampak pada hasil tetapi juga menyebabkan kematian pada tanaman sehingga tidak dapat berproduksi. Penyebaran hama bisa disebabkan oleh cuaca dan iklim, kurang optimalnya proses strerilisasi, dan orang luar lingkungan greenhouse yang menghantarkan hama atau penyakit tersebut. Penanggulangan terhadap serangan hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida setiap satu minggu sekali, mengecek ada tidaknya hama dan penyakit sejak usia tanaman masih dini, dan memusnahkan tanaman yang sudah terdeteksi berpotensi akan mati, karena tanaman yang terserang penyakit dapat menular ke tanaman lainnya. Menurut informasi di lapangan, PT. KSDW saat ini mengurangi penggunaan pestisida untuk menekan biaya produksi sehingga jumlah pestisida yang digunakan tidak sesuai dengan jumlah hama yang menyerang. Hal ini menyebabkan pertumbuhan hama dan penyakit yang menyerang tidak dapat dikendalikan. Berikut uraian beberapa hama dan penyakit tanaman yang menyerang paprika hidroponik di PT. KSDW. a. Thrips Thrips parvispinus Berdasarkan informasi di lapangan, hama thrips merupakan hama yang paling utama yang menyerang tanaman paprika hidroponik di PT. KSDW. Thrips menyerang daun-daun yang masih muda, biasanya pada saat tanaman beumur 3-5 bulan setelah tanam dimana pada umur tersebut tanaman sedang mengalami panen pertamanya, sehingga pertumbuhan tunas dan bunga terhambat. Thrips juga menyerang pada saat pembentukan buah dan suka bersembunyi di dalam bunga sehingga akan merusak calon buah Gambar 11a. Hama ini tingkat perkembangbiakannya tinggi pada saat musim kemarau. Efeknya terhadap produksi adalah kualitas yang buruk karena buah menjadi berlurik Gambar 11b, serta kuantitas yang berkurang akibat 68 dari tidak terbentuknya bunga. Penurunan kuantitas juga terjadi karena tanaman membutuhkan waktu lebih untuk berbuah karena harus membentuk tunas baru. Pencegahan yang dilakukan PT. KSDW adalah dengan mengatur sirkulasi udara dalam greenhouse, mengendalikan penyebaran sejak tanaman masih muda yaitu dengan mengelap satu per satu daun muda secara manual saat tanaman berusia dua bulan setelah tanam, dan menyemprotnya dengan pestisida. b. Busuk batang dan benjol akar Kebusukan yang dialami batang disebabkan oleh jamur Phythoptora infesta. Kebusukan batang terjadi akibat keadaan lembab di sekitar tanaman dan juga luka pada tanaman yang ditimbulkan saat kegiatan pewiwilan atau panen. Efeknya pada tanaman adalah tanaman layu dan mati sehingga tidak dapat berproduksi Gambar 11c. Pencegahan layu batang yang dilakukan PT. KSDW adalah dengan mengolesi fungisida pada batang bekas pewiwilan dan panen, serta dengan memusnahkan tanaman sebelum menyebar ke tanaman lain. Benjolan pada akar disebabkan oleh Meloidogyne spp. Benjolan ini yang menyebabkan akar tidak dapat menyerap unsur secara optimal sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Pencegahannya adalah dengan merendam media tanam dengan larutan fungisida sebelum proses penanaman, serta dengan memusnahkan tanaman yang terserang. c. Defisiensi Kalsium Ca Defisiensi merupakan gejala kekurangan zat pada nutrisi. Gejala kekurangan Ca ditandai dengan membengkoknya daun-daun pucuk yang kemudian akan mengakibatkan daun mati. Selain itu, gejala defisiensi Ca juga dapat terjadi pada buah dengan gejala buah mengalami kebusukan Gambar 12d. Pencegahan yang dilakukan oleh PT. KSDW untuk mengatasi penyakit ini adalah dengan pemberian nutrisi yang sesuai kebutuhan, penyemprotan Ca, serta pemusnahan buah rusak. 69 Gambar 11. Thrips pada Bunga a, Serangan Thrips pada Buah b, Busuk Batang c, dan Gejala Defisiensi Ca pada Buah d 2. Kondisi cuaca atau iklim Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu munculnya risiko dalam produksi paprika hidroponik di PT. KSDW. Hal ini disebabkan perubahan cuaca yang sulit diprediksi padahal kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. PT. KSDW belum menggunakan alat-alat canggih untuk dapat mengatur suhu di dalam greenhouse, sehingga suhu bergantung pada cuaca yang terjadi. Saat musim hujan, suhu di dalam greenhouse menjadi lembab. Hal ini dapat menyebabkan penguapan oleh tanaman berkurang sehingga tanaman dapat terserang penyakit akar. Tanaman yang akarnya telah terserang oleh penyakit akan mengalami pertumbuhan yang terhambat, busuk pada batang, atau layu dan tidak dapat berproduksi kembali. Kondisi tanaman yang seperti demikian diatasi dengan pemusnahan tanaman. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil produksi karena pengurangan tanaman akan berdampak pada penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Selain itu, saat musim hujan PT. KSDW berpotensi terkena bencana yang diakibatkan oleh hujan lebat dan angin yang kencang sehingga dapat merusak bangunan greenhouse. Hal ini tentu dapat menyebabkan kerugian pada PT. KSDW karena harus mengeluarkan biaya lebih untuk perbaikan. Selain musim hujan, musim kemarau juga berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Menurut informasi di lapangan, saat musim kemarau hasil paprika hidroponik kualitasnya menurun. Hal ini disebabkan oleh hama thrips yang mengakibatkan bercak pada buah sehingga buah yang a b c d 70 dihasilkan tidak mulus. Buah yang memiliki bercak kurang diminati di pasaran sehingga harga yang ditetapkan menjadi jauh lebih rendah. Jumlah thrips yang banyak terjadi karena tingkat perkembangbiakan hama thrips lebih cepat terjadi saat musim kemarau. 3. Keterampilan tenaga kerja Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya paprika hidroponik. Ketersediaan tenaga kerja terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi karena tenaga kerja sangat berperan dalam setiap kegiatan budidaya. Hal yang paling perlu dikerjakan secara teliti dari budidaya paprika adalah saat penanaman dan pemeliharaan. Saat penanaman yang perlu diperhatikan adalah teknik pemindahan bibit ke polybag penanaman. Saat pemeliharaan juga butuh teknik khusus terutama saat pewiwilan, jika terjadi kesalahan dalam pewiwilan, maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal. Selain pewiwilan, kegiatan pelilitan juga harus dilakukan dengan hati-hati agar batang tidak patah. Tenaga kerja yang telah terampil juga dapat mempercepat proses pemeliharaan. PT. KSDW memiliki 2-3 tenaga kerja harian lepas di masing-masing greenhouse paprika dan belum semua tenaga kerja tersebut menguasai teknik budidaya paprika dengan benar. Kurang terampilnya tenaga kerja dapat berpengaruh pada produksi yang dihasilkan karena kesalahan yang dilakukan tenaga kerja dapat membuat pertumbuhan tanaman paprika tidak optimal. Selain keterampilan, perilaku dan sikap tenaga kerja dalam memperlakukan dan merawat tanaman paprika dapat mempengaruhi produksi. Berdasarkan pengamatan, hampir semua tenaga kerja tidak melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan seperti mencuci tangan sebelum bekerja, menggunakan baju yang bersih, dan menggunakan cairan susu untuk dioleskan ke batang setelah pewiwilan. Ketidakdisiplinan tenaga kerja dalam kebersihan ini juga dapat berpengaruh terhadap jumlah hama yang menyerang karena hama dan penyakit juga dapat dihantarkan oleh manusia. 71

6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di